Ada berbagai macam tipe pelacur sepanjang sejarah
yang telah memainkan berbagai peran dalam peradaban, mulai dari yang
tersisihkan hingga yang memiliki posisi penting dalam masyarakat.inilah tipe pelacuran yang ada sepanjang sejarah.
Tawaif
Tawaif (Pic Courtesy: chandrakantha.com) |
para tawaifs dikenal sebagai seniman pertunjukan
di India Utara antara abad 18 sampai awal abad 20. Sama halnya dengan
geisha, mereka adalah penari dan musisi, mereka bukanlah sekedar
pelacur dalam arti biasa. Banyak dari mereka yang kaya, terutama yang
memilih pelanggan mereka dengan bijak. Mereka yang memiliki anak
perempuan seringkali meneruskan profesi dari ibunya. Bahkan, jika mereka
berasal dari garis keturunan yang panjang sebagai seorang tawaifs
dapat meningkatkan status sosialnya.
Mereka dilarang menikah, namun bisa masuk ke dalam jenis hubungan resmi
tertentu dengan pelanggan mereka, sehingga seolah-olah mereka memiliki
hak dan kewajiban sebagai seorang istri, kecuali nama suami melekat
pada mereka. Menariknya, keberadaan mereka diakui bersama dengan istri
yang resmi. Dimana istri resmi ini adalah cara terhormat untuk
melanjutkan garis keturunan, sementara tawaif adalah makhluk sensual
yang indah dimana hanya seorang pria yang kuat dan berkuasa dapat
menariknya.
Jugun Ianfu
Jugun Ianfu (Pic Courtesy: uniqpost.com) |
Jugun Ianfu atau Budak Seks pertama adalah orang Korea dari pulau Kyushu
Utara di Jepang atas permintaan salah seorang penguasa militer yang
dikirimkan oleh Gubernur Prefektur Nagasaki. Dasar pemikiran dibalik
pembentukan sistem formal Ianjo (rumah bordil) adalah pengembangan
palayanan seksual. Oleh karena itu perlu diawasi dan dikontrol untuk
mengurangi jumlah terjadinya pemerkosaan yang dilaporkan dari
tempat-tempat yang menjadi basis militer Jepang. Dalam proses perekrutan
tersebut tidak hanya melibatkan militer tetapi juga Departemen Dalam
Negeri yang membawahi para Gubernur dan polisi yang kemudian memainkan
peranan dalam kerjasama dengan pihak militer untuk merekrut. Cabang
khusus Shanghai menggunakan penghubung-penghubung di kalangan pedagang .
Untuk memperoleh perempuan sebanyak-banyaknya untuk melayani kebutuhan seksual miter pada akhir 1937 para perempuan yang dipaksa bekerja di Ianjo-Ianjo yang terletak diantara wilayah Shanghai dan Nanking dikelola langsung oleh militer Jepang. Ianjo ini menjadi model bagi Ianjo-Ianjo selanjutnya. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 1500 perempuan eks jugun ianfu yang sebagian besar dari mereka sudah berusia lanjut bahkan telah meninggal dunia. Perjuangan yang mereka lakukan untuk menuntut keadilan serta pengakuan tidak saja melelahkan dan lama, tapi mereka juga nyaris berjuang sendirian karena sampai saat ini tidak nampak adanya dukungan dari pemerintah terlebih pengakuan terhadap mereka.
Untuk memperoleh perempuan sebanyak-banyaknya untuk melayani kebutuhan seksual miter pada akhir 1937 para perempuan yang dipaksa bekerja di Ianjo-Ianjo yang terletak diantara wilayah Shanghai dan Nanking dikelola langsung oleh militer Jepang. Ianjo ini menjadi model bagi Ianjo-Ianjo selanjutnya. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 1500 perempuan eks jugun ianfu yang sebagian besar dari mereka sudah berusia lanjut bahkan telah meninggal dunia. Perjuangan yang mereka lakukan untuk menuntut keadilan serta pengakuan tidak saja melelahkan dan lama, tapi mereka juga nyaris berjuang sendirian karena sampai saat ini tidak nampak adanya dukungan dari pemerintah terlebih pengakuan terhadap mereka.
Ying-chi
Ying-chi (Pic Courtesy: listverse.com) |
Ying-chi adalah PSK independen dan resmi dalam sejarah Cina,
meskipun ini masih bisa diperdebatkan. Keberadaan mereka diakui dan
diberi kredit oleh Kaisar Wu, yang telah meminta khusus untuk merekrut
kaum wanita untuk tujuan tunggal mengawal pasukannya dan menghibur
mereka sepanjang perjalanan panjang ke medan pertempuran. Ying-chi
secara harfiah berarti “kamp pelacur,” istilah yang tidak diragukan lagi
sebagai salah satu yang menyenangkan pada tahun 100 SM.
Beberapa sumber mempertanyakan klaim dari gadis-gadis ini yang
menyatakan mereka sebagai pelacur Cina pertama. Dikatakan bahwa Raja Yue
mendirikan kamp pelacuran pertama, terdiri dari para janda tentara yang
tewas. Para wanita ini memiliki kesan yang sangat berbeda di kemudian
hari, dimana mereka merupakan pelacur terhormat yang begitu populer,
yang perannya adalah memberikan kaum pria “persahabatan. Ying-chi juga
berbeda dari wanita-wanita yang bekerja di rumah bordir milik negara.
Auletrides
Auletrides adalah kelas pelacur Yunani yang
menikmati posisi yang unik dalam masyarakat. Para wanita ini memiliki
keterampilan lebih dari sekedar berhubungan seksual. Mereka adalah
pemain flute dan penari yang terlatih. Beberapa dari mereka juga
memiliki bakat lain yang memikat publik, seperti sulap dan akrobatik.
Banyak dari mereka turun ke jalan dalam pertunjukan publik yang
disertakan dalam upacara keagamaan dan festival.
Beberapa sumber mengatakan bahwa mereka juga hiburan yang populer untuk
anak-anak. Auletrides dapat disediakan untuk pesta pribadi juga,
ketika keterampilan seksual mereka diperlukan. Lainnya, penghibur yang
mirip dengan mereka adalah saltriai, atau pemain harpa, dan
kitharistriai, atau pemain kecapi. Para gadis ini melapor pada seorang
poroboskos, bertindak sebagai Madam, yang mengorganisasi mereka keluar
untuk keperluan pesta-pesta pribadi.
Pelacur Kuil
Pelacur kuil (Pic Courtesy: listverse.com) |
Peran pelacur kuil di masyarakat Yunani-Romawi kuno adalah salah satu
subyek dari banyak perdebatan. Ini bukan perdebatan apakah praktek ini
populer atau tidak, namun rincian dari praktek tersebut yang masih
memiliki banyak interpretasi. Pelacur kuil adalah mereka yang menjual
diri di tengah-tengah kesucian kuil, dengan seijin pendeta kuil dan
secara lebih luas, mereka tengah bekerja untuk Tuhan mereka. Hanya
bagaimana detail pelayanan yang ditawarkan oleh pelacur kuil tersebut
tidak diketahui. Beberapa kaum terpelanjar berpendapat bahwa mereka
hanyalah budak yang menjual jasanya sebagai cara untuk mendapatkan uang
untuk kuil tersebut.
Yang lain percaya bahwa mereka memiliki peran yang jauh lebih dihormati
di dalam kuil dan dalam pemujaan pada dewa mereka, serta percaya bahwa
mengunjungi pelacur kuil dan menyewa jasanya adalah bentuk ibadah. Teori
ini sangat populer dalam hubungannya dengan kultus dan dewi kesuburan
seperti Aphrodite. Ide dari pelacur kuil adalah umum dan ada tingkatan
yang berbeda dalam hirarki kuil. Para wanita dari berbagai jenis yang
masih perawan dibawa ke dalam kuil untuk mendedikasikan hidup dan tubuh
mereka untuk menyembah dewa atau dewi mereka. Beberapa sumber menyatakan
bahwa mereka adalah gadis-gadis muda berusia kurang dari 14 tahun yang
menjadi pelacur kuil dalam masa Yunani kuno. Ada sejumlah besar bukti
yang bertentangan untuk peran dari pelacur kuil ini, tetapi tanpa
diragukan lagi mereka adalah bagian penting dari kehidupan kuil.
Devadasi
Devadasi (Pic Courtesy: wikipedia.org) |
Devadasi adalah wanita yang telah dipaksa masuk ke dalam kehidupan
prostitusi demi pelayanan pada dewi kesuburan, Yellamma. Ketika
gadis-gadis mencapai usia pubertas, orang tua mereka melelang
keperawanan mereka kepada penawar tertinggi. Setelah keperawanannya
diambil, mereka kemudian menghabiskan sisa hidupnya sebagai pelacur
dalam nama Yellamma. Setiap malam, nasib mereka selalu sama dijual
kepada siapa pun yang membayar paling tinggi. Bagi orang tua mereka, itu
bukanlah kesepakatan yang buruk. Bukan hanya mereka tidak perlu
menaikkan mahar untuk diberikan kepada seseorang yang menikahi putri
mereka, tetapi mereka juga banyak menyimpan uang yang dihasilkan oleh
gadis-gadis tersebut.
Praktek ini telah menjadi bagian rutin dari agama Yellamma selama
berabad-abad. Meskipun dilarang di India pada tahun 1988, praktek masih
berlanjut sampai dengan hari ini. Stigma yang melekat pada devadasi
adalah berat bahkan jika perempuan memutuskan untuk melepaskan gaya
hidupnya tersebut, mereka tidak akan pernah menikah. Setelah mereka
didedikasikan untuk dewi mereka, tidak ada jalan untuk kembali.
Kebanyakan devadasis diusir dari kuil ketika menginjak pertengahan usia
40-an, ketika mereka tidak lagi dianggap muda dan cukup menarik untuk
membawa kehormatan untuk dewi mereka, dan sebagian berubah menjadi
pengemis demi menyambung hidupnya selama sisa hidup mereka.
Ganika
Ganika (Pic Courtesy:economylead.com) |
Ganika adalah versi India dari geisha Jepang. Para wanita ini menikmati
kelas sosial yang tinggi di masyarakat yang berarti keberuntungan dan
kemakmuran yang selalu mengikuti. Seorang Ganika tidak akan pernah
menikah dan tidak pernah menjanda, sehingga mereka lolos dari stigma
sosial janda. Janda dianggap pertanda yang sangat buruk dan, pada satu
titik, dilarang tampil di depan publik. Masyarakat India mengakui
sembilan jenis pelacur dan Ganika adalah tingkat elit dalam hirarki ini.
Selain bakat seksual, Ganika diharapkan mempelajari berbagai
keterampilan lain di bidang seni pertunjukan. Setelah berbagai keahlian
yang disyaratkan dikuasai, wanita tersebut diangkat ke posisi Ganika.
Sementara jenis pelacur lain biasanya adalah ibu rumah tangga yang
mencari uang tambahan untuk suami yang mengendalikan mereka atau pelayan
yang melayani tuan mereka dengan layanan seksual, Ganika akan diberi
tempat terhormat di istana kerajaan serta memiliki lagu dan puisi yang
ditulis tentang kecantikan dan keterampilan mereka. Karena mereka
biasanya melayani kaum bangsawan, mereka dilindungi oleh undang-undang
negara. Mereka juga harus tunduk pada undang-undang juga, dan bisa
dipukuli atau didenda jika menolak kaum bangsawan.
Hetaira
Hetaira (Pic Courtesy: listverse.com) |
Hetaira adalah pelacur kelas tinggi di Athena. Karena prostitusi
dilegalkan disana dan para pelacur tidak bisa menjadi warga negara
Athena, hetaira seringkali adalah seorang budak. Kadang-kadang, dia
adalah seseorang yang tinggal di kota yang lahir dari orang tua
non-Athena. Tidak seperti porne, wanita yang melakukan profesinya di
balik pintu yang tertutup, hetaira seringkali terlihat di simposium.
Mereka dilarang menikah dengan penduduk asli, tapi bisa dibeli dan
dibebaskan oleh seseorang, meskipun praktek seperti itu tidak disukai.
Status mereka sebagai hetaira tidak akan pernah hilang, dan jika mereka
tertangkap berpura-pura menjadi warga negara penuh, mereka bisa dibawa
ke pengadilan. Jika terbukti bersalah mereka bisa dikembalikan ke
kehidupan perbudakan. Hetaira seringkali menjadi gundik dari orang-orang
yang berpengaruh dan telah dikenal sebagai model untuk patung
Aphrodite, karena keanggunan dan kecantikan mereka.
Mut’ah
Mut’ah adalah salah satu subjek yang rumit. Ini adalah pernikahan
sementara secara agama, di mana dua pihak masuk ke dalam perjanjian
pernikahan untuk waktu tertentu. Kontrak dapat tertulis atau lisan,
meliputi semua bagian dari pernikahan yang disepakati sebelumnya,
termasuk berapa banyak “mahar” yang pihak wanita akan terima, jenis
hubungan fisik apa saja yang akan terlibat, dan berapa lama pernikahan
akan berlangsung. Di satu sisi, para pendukung metode ini mengatakan
bahwa itu adalah cara untuk dua orang hidup bersama sebelum mendapatkan
pernikahan secara penuh untuk melihat apakah mereka cocok satu sama lain
tanpa melanggar hukum-hukum dalam agama.
Beberapa kontrak dapat menetapkan bahwa tidak akan ada kontak fisik, dan
ada pula yang dilakukan di bawah pengawasan orang tua kedua belah
pihak. Kontrak lainnya dapat menetapkan bahwa pernikahan hanya akan
bertahan beberapa jam dan pihak wanita akan mendapatkan bayaran untuk
itu. Jadi cara ini sebenarnya dapat menjadi sebuah jalan untuk mengakali
prostitusi yang ditentang oleh agama. Karena adanya pilihan batas waktu
dan pembayaran, mereka mengatakan bahwa itu adalah celah bagi kaum pria
dan wanita muda untuk memiliki pasangan tanpa rasa bersalah dalam
agama.
Semoga dengan Berita ini menambah wawasan
anda. Tetap gunakan kebijaksanaan anda dalam membaca postingan kali ini.
sumber : http://www.anehdidunia.com/2015/05/nama-jenis-pelacuran-dalam-sejarah-dunia.html