SEBUAH kompleks makam tua ter dapat di
tepi pantai Semenanjung Sembulungan. Bangunan tersebut terlihat cukup
menonjol di antara gubuk-gubuk lain di pantai berpasir putih
tersebut. Kom pleks makam itu juga dikelilingi pagar tembok. Gerbangnya
juga lumayan ko koh dengan tulisan “Selamat Datang” di bagian
atasnya. Tepat pada sisi utara kompleks tersebut ada makam.
Bangunan inti makam itu
dikelilingi tembok dan ditutup atap genting. Lantai bangunan dilapisi
keramik warna putih Namun, lantaran tidak ada juru kunci yang merawat
makam tersebut, kawasan tersebut terkesan kurang bersih. ‘’Memang tidak
ada juru kuncinya. Hanya sesekali saja kalau ke betulan ke sini, kami
yang menyapu dan membersihkan,’’ ujar Sunamin, seorang nelayan asal
pesisir Tratas, Kecamatan Muncar.
Tepat di tengah bangunan itu ter dapat
tirai putih, semacam kain kafan, yang mengelilingi se kaligus menutup
makam. Jarak kain pembatas dengan makam sekitar 1,5 meter. Kain itu
dipasang mirip seperti penutup dipan (tempat tidur) kuno yang berfungsi
sebagai pelindung nyamuk. Ketika tirai tersebut dibuka, ter lihat dua
makam yang posisinya berdampingan. Dilihat dari bentuk dan jenis
nisannya, makam tersebut diperkirakan su dah berumur puluhan
hingga ratusan tahun.
Namun, sejarah asal-muasal makam
tersebut masih belum begitu jelas. Itu lantaran banyak versi yang
berkembang di masyarakat terkait sosok tokoh yang dimakamkan di lokasi
tersebut. Salah satu versi yang beredar di masyarakat Muncar, makam ter
sebut merupakan makam se pasang penari gandrung di masa lalu. Konon,
saat itu tengah digelar upacara tradisi petik laut di Perairan
Muncar. Lantaran sesaji yang di berikan dalam tradisi itu kurang
lengkap, muncullah petaka di tengah laut.
Sepasang penari gandrung itu meninggal
dunia saat upacara petik laut itu. Selanjutnya, jenazahnya di makamkan
di Tanjung Sembulungan tak jauh dari lokasi pem buangan sesaji Petik
Laut. Karena itu, ada warga yang menyebut makam tersebut merupakan makam
Mbah Gandrung. Sementara itu, versi lain menyebutkan, makam
tersebut merupakan makam Sayid Yusuf.
Sayid Yusuf dikenal sebagai tetua
nelayan Muncar. Pada se tiap kegiatan petik laut Muncar selalu diadakan
ziarah ke ma kam tersebut. Pada masa hidupnya, Sayid Yusuf
sangat menyukai Gandrung, sehingga ku burannya disebut dengan
makam gandrung. Bahkan, setiap pe tik laut, kesenian Gandrung
dipentaskan di sekitar makam. Itu untuk menghormati sang tetua.
Versi lain menyebutkan,
kompleks tersebut adalah makam Mbah Kalong. Namun, referensi yang
menyebutkan tentang figur Mbah Kalong itu sangat minim. Biasanya, warga
Banyuwangi, Situbondo, dan sekitarnya, yang berziarah kelokasi itu
menyebut makam itu se bagai tempat peristirahatan yang terakhir Mbah
Kalong. Ada pula yang menyebut makam ini sebagai makam keramat
Mbah Agung Kalong. sumber : radar Banyuwangi