3584 penonton kala pertandingan Arema melawan PSAP yang menjadi rekor
terendah suporter di Kanjuruhan ternyata sanggup dipecahkan oleh
rekannya di liga lain yaitu Arema IPL vs Ayeyawady. Di laga Asia
tersebut hanya disaksikan oleh 700an penonton. Bahkan jika ditengok di
tribun utama, orang awam pasti mengira ada liga Tentara mengingat
penontonnya adalah tentara semua di tribun itu.
Siapa sangka, jumlah dibawah seribu ini adalah pertama kali dalam
sejarah Gajayana berdiri. Laga awal Arema di periode 1986 saja menurut
perkiraan disaksikan oleh 5000 suporter. Bahkan ketika itu kondisi
Gajayana masih berupa gundukan tanah.
Dari manajemen sendiri pun tidak ada yang bersedia dikomentari
perihal sepinya Gajayana ini. Namun yang jelas sosok Arema Indonesia IPL
sudah kehilangan dukungan dari sebagaian besar Aremania di Malang Raya.
Analisis asumsi berdasarkan fakta dilapangan mengindikasikan bahwa
Aremania sudah bosan dengan konflik yang terjadi di dalam tubuh Arema
IPL. Konflik yang dimulai dari pemecatan sepihak Milomir Seslija dengan
alasan Milo tidak punya komitmen.
Padahal selama di latih Milo, progres Arema sangat bagus. "Kau jangan
melihat tim ini sekarang, sebab saya baru memegangnya 23 hari. Tapi
lihat tim ini 5 bulan ke depan. Karena tim ini akan berjalan semakin
baik dimulai dari pertandingan pertama kompetisi hingga pertandingan
terakhir" kata Milo pada bulan November lalu ketika Arema kalah melawan
Persema 2-0 dalam ujicoba.
Dan benar saja, Milo nampaknya sudah mempersiapkan tim ini agar
semakin kuat, terutama 5 bulan ke depan, karena 5 bulan di depan ada
bulan Maret, yaitu Arema sedang mengalami jadwal padat di liga dan di
AFC Cup.
Akibat terjadi friksi dengan manajemen. Prestasi Milo yang sudah
membawa Arema menang selama 2 kali tidak berarti apa-apa, karena
manajemen tiba-tibanya menggantinya dengan sosok Abdurrahman Gurning.
Uniknya, surat pemecatan itu sendiri tidak ada, dan tiba-tiba sosok Milo
dipinggirkan begitu saja. Sebuah tindakan yang memantik pemain-pemain
yang selama ini dilatih Milo langsung melakukan pemberontakan.
Manajemen pun terlihat tidak punya kiat untuk mengatasi semua
permasalahan ini, bahkan Aremania yang memberikan usul agar penyelesaian
masalah dilakukan dengan damai dan mediasi dari kedua tim dengan
memecat pelatih Gurning tidak dihiraukan. "Aremania sebaiknya diam saja,
berdoa supaya tim ini kondusif, serahkan kepada kami, karena kami
sebagai manajemen berusaha memulihkan kondisi tim" kata Winarso.
Tentu saja intrik-intrik itu tetap berkelanjutan, hingga akhirnya 7
pemain plus 3 mengundurkan diri dari tim Arema. "Saya hanya ingin
bermain di tim yang nyaman mas, di tim yang suasananya kekeluargaan dan
penuh semangat" kata salah satu dari 7 pemain itu.
Konflik ini sudah pasti dimenangkan oleh Ancora sebagai pengelola
Arema IPL. Namun Ancora tidak berhasil memenangkan hati Aremania yang
sekarang banyak yang berpaling ke tim Arema di Indonesian Super Liga.
Sebagai contoh, laga melawan Persijap juga sepi penonton meskipun
digratiskan.
"Saya tidak tahu kemana Aremania, karena sebagai Aremania mereka
seharusnya mendukung Arema, padahal tiket sudah digratiskan" kata Fanda
Soesilo usai Arema IPL melawan Persijap.
Kehilangan Momentum
Nampaknya Arema IPL sudah kehilangan momentum untuk menggaet
penonton. Aremania sudah banyak pindah kepada tim yang dijujugi oleh
para pemain yang dibuang. Tim itu tentu saja Arema ISL.
"Kami tidak ingin terseret ke pusaran konflik mereka (Arema IPL),
ketika ada pemain datang kami terima dengan tangan terbuka, sebab kami
memang membutuhkan pemain-pemain itu untuk mendongkrak permainan Arema
di putaran kedua," Kata Sudarmaji media officer Arema.
Momentum IPL untuk memenangkan simpati juga sudah hilang ketika
mereka tidak bisa bermain di kandang Persema dalam derby d'ngalam.
Momentum Arema IPL juga hilang ketika membiarkan fantastic four (Along,
Este, Ridhuan dan Roman) untuk hengkang dan menyisakan Roman, dan
momentum Arema IPL hilang ketika pelatih Milomir Seslija digantung
statusnya.
Jangan heran jika penonton di laga-laga Arema IPL mendatang bakal
sepi karena mereka sudah kehilangan momentum untuk memenangkan hati
Aremania.
Seorang kawan yang aktif di Kaskus pernah bilang, "Sepakbola adalah
bisnis hiburan dan artis. Pemain adalah artisnya, jangan harap anda bisa
memenangkan hati konsumen jika artismu tidak bagus. Suporter 'asli'
tidak lebih dari 30%. Dan angka itulah yang datang memenuhi stadionmu
jika kamu tidak punya artis bahkan bisa kurang. Kecuali jika anda tidak
punya artis tapi tetap menangan"
Karena itu, sudahkah kalian memenangkan hati mereka sebagai pendukung?
Penulis Adalah Wartawan Wearemania.net