Pendukung fanatik klub sepak bola al-Masry, yang murka atas pembekuan
klubnya, bentrok dengan aparat keamanan Mesir di Port Said.
Seorang suporter klub itu tewas dan beberapa terluka akibat tembakan aparat.
Asosiasi Sepakbola Mesir sebelumnya telah membekukan al-Masry setelah suporternya terlibat kerusuhan di dalam stadion yang menewaskan 74 orang, Februari lalu.
Al-Masry, yang merupakan salah-satu klub terkemuka di Mesir, dilarang mengikuti kompetisi selama dua tahun.
Pelatih dan kapten klub yang bermarkas di Kota Port Said ini juga dikenai sanksi dilarang melatih dan bermain serta keduanya didenda.
Seorang suporter klub itu tewas dan beberapa terluka akibat tembakan aparat.
Asosiasi Sepakbola Mesir sebelumnya telah membekukan al-Masry setelah suporternya terlibat kerusuhan di dalam stadion yang menewaskan 74 orang, Februari lalu.
Al-Masry, yang merupakan salah-satu klub terkemuka di Mesir, dilarang mengikuti kompetisi selama dua tahun.
Pelatih dan kapten klub yang bermarkas di Kota Port Said ini juga dikenai sanksi dilarang melatih dan bermain serta keduanya didenda.
Hukuman ini dijatuhkan menyusul bentrokan di stadion
al-Masry, Port said, saat berlangsung laga lanjutan kompetisi antara
tuan rumah melawan al-Ahly, Februari silam.
Penyelidikan jalan terus
Meskipun dalam pertandingan ini al-Masry menang 3-1,
suporter fanatiknya menyerbu ke lapangan dan menyerang suporter
lawannya.
Dua klub ini sejak awal dikenal saling bersaing dan sebagian pendukungnya dikenal brutal.
Akibat bentrokan berdarah ini, 74 orang tewas terbunuh, yang disebut sebagai peristiwa kekerasan terparah dalam sejarah perjalanan sepak bola Mesir.
Sebagian besar yang tewas adalah pendukung setia klub al-Ahly asal ibukota Kairo.
Pendukung fanatik al-Ahli menganggap sanksi ini terlalu lemah. Mereka mengancam akan menggelar unjuk rasa untuk menentangnya, Minggu (25/03) besok.
Bagaimanapun, penyelidikan terhadap kasus bentrokan ini tetap berlanjut. Pekan lalu, jaksa telah mendakwa 75 orang karena dianggap bertindak lalai yang mengakibatkan warga sipil tewas dalam pertandingan sepak bola itu.
Sembilan petugas kepolisian dilaporkan merupakan di antara mereka yang menghadapi dakwaan.
Dua klub ini sejak awal dikenal saling bersaing dan sebagian pendukungnya dikenal brutal.
Akibat bentrokan berdarah ini, 74 orang tewas terbunuh, yang disebut sebagai peristiwa kekerasan terparah dalam sejarah perjalanan sepak bola Mesir.
Sebagian besar yang tewas adalah pendukung setia klub al-Ahly asal ibukota Kairo.
Pendukung fanatik al-Ahli menganggap sanksi ini terlalu lemah. Mereka mengancam akan menggelar unjuk rasa untuk menentangnya, Minggu (25/03) besok.
Bagaimanapun, penyelidikan terhadap kasus bentrokan ini tetap berlanjut. Pekan lalu, jaksa telah mendakwa 75 orang karena dianggap bertindak lalai yang mengakibatkan warga sipil tewas dalam pertandingan sepak bola itu.
Sembilan petugas kepolisian dilaporkan merupakan di antara mereka yang menghadapi dakwaan.