Surat untuk Ustadz Shodiq Mustika
Ustadz Shodiq Mustika yth, yang insyaAllah dimuliakan-Nya
Dengan bercucuran air mata saya menuliskan kisah ini..[maaf kalo mungkin ini cengeng bagi seorang laki2]
Perkenankanlah saya memohon nasehat,petuah dari anda dan sidang pembaca yg terhormat. Karena ketika saya menuliskan kisah sejati saya ini keseimbangan emosional dan jiwa saya masih sangat terguncang. Forum ini saya temukan setelah saya mencari lewat google entah saya lupa urutannya sampai landing kesini dengan kata kunci “menikahi pelacur”
Ustadz Shodiq, saya seorang laki2 32 thn menikah dengan seorang perempuan non-pri sudah 7 bulan ini.
Dari masa perkenalan, pacaran jarak jauh selama kurang lebih 3 tahun. Setelah 2 bulan berkenalan di sebuah cafe saya harus pergi karena mendapat pekerjaan kontrak di luar negeri selama 2.5 thn. Sebenarnya saya sudah patah arang dengan mahluk yg namanya perempuan, kepergian saya ke luar negeri ini juga bagian dari untuk melupakan kegagalan pernikahan saya yang pertama. Tapi dengan janji dan sumpah setia dia mampu meyakinkan saya bahwa dia akan setia menunggu sampai saya pulang. Begitupun saya berjanji setia untuknya.
Hari-hari saya lalui dengan bekerja dan setiap kali telp dan sms tak pernah putus. Awal pacaran jarak jauh ini selama 2.5 tahun ini kami lalui dengan senang dengan sedikit duka, karena awalnya kadang dia pergi pamit ke jakarta sebulan dua bulan untuk cari kerja yg sebenarnya saya tdk setuju ijinkan krn kebutuhan bulanan sudah saya cukupi sampai sering dia pergi tanpa ngasih tahu, hingga sakit hati yg sesungguhnya ketika saya menelopon berpuluh kali bahkan ratusan dia ga mengangkat telp, sms juga tak terbalas. Waktu itu dia masih di jakarta, padahal sampai detik terakhir hari kemarennya kita masih baik2 saja bercanda ria lewat telepon. Ketika akhirnya mengangkat telp dia ucap salam dengan berbagai alasan yg saya coba menerimanya saya mendengar suara lelaki disampingnya dia berbohong klo laki2 itu keponakanya ketika saya minta bicara dengan laki2 itu laki2 tsb mengaku teman dekatnya [dari pengakuannya nanti dia sehabis berhubungan badan dengan laki2 itu kuatir aku tahu dia berbohong,tapi pasangannya malah bilang kalo dia temen deket] Ketidak percayaan dan kegelisahan saya berawal dari situ.
Dalam pekerjaan konsentrasi saya hilang,nafsu makan berkurang berhari2 aku memikirkan apa yg sebenarnya terjadi. Tapi dengan kata2 manis dan rayuan dia berusaha meyakinkanku bahwa dirinya menantiku pulang untuk menikah.
Beberapa bulan kemudian setelah hampir 2.5tahun dan alhamdulillah sebelumnya saya sempat menunaikan ibadah haji sambil menangis deras memohon petunjuk Allah apakah rencana pernikahan saya yg masih terluka ini baik bagiku dllnya, tibalah saatnya cuti liburan ke Indonesia yg hanya sebulan yg memang sudah saya rancang untuk melangsungkan pernikahan yg telah saya bicarakan dengannya sebelum kejadian itu. Tapi setelah kejadian itu ketika saya bertemu dengannya dan orangtuanya saya sempat berucap bahwa kita hanya akan bertunangan saja karena feeling saya sejak awal ga bisa mempercayai calon istriku ini. Entah karena dorongan nafsu sekian lama untuk bercinta atau karena saya merasa rugi selama ini saya mencukupi kebutuhannya tiap bulan selama hampir 2.5 tahun ini,tagihan telpon yg puluhan juta dirupiahkan, yang memeluk dia pun hanya sekali waktu saya pamit pergi. Karena walopun saya brengsek tapi alhamdulillah hati saya tidak pernah berani menyentuh[berhubungan badan] dengan perempuan sebelum ijab qobul, lagian dalam hati saya waktu itu dia memang akan saya jadikan istri di kemudian hari sepulang saya dari luarnegri jadi saya tak berpikir untuk menodainya.
Prahara pertama terjadi, dia mengaku dengan menangis waktu kutanya apakah masih gadis? alih2 gadis ternyata dia udah punya anak. Anak itu yg aku jumpai waktu aku datang pertama kali dan sekarang sudah kelihatan besar. Bagai disambar petir dia cerita “sebagian” masa lalunya mengapa sampai mempunyai anak yang ternyata adalah anak haram hasil kumpul kebo selama 2tahun tanpa nikah namun ketika dia hamil pasangannya pergi begitu saja karena masih punya istri yang sah. Lalu karena malu dia menjebak temannya untuk menggauli dia hingga dia dituduh yang menghamilinya hingga diminta menikahinya. Pernikahan itu hanya seminggu tapi karena mantan suaminya bener2 punya nafsu buas dia bercerita dengan menangis kalo setiap hari harus melayani shahwatnya puluhan kali. Hanya seminggu mereka bercerai karena kakak laki2nya mengusir mantan suaminya karena adiknya ga tahan tersiksa dengan perilaku seks yang buas, mungkin mantan suaminya yg dijebak ini minta jatah sebagai imbalan menyelamatkan muka keluarga non-pri ini di masyarakat.
Dengan lapang dada dan hati yang hancur karena dibohongi selama ini aku menerima dia dan anaknya sebagai istri dan anak yg kuanggap sebagai anakku sendiri. Akhirnya kita menikah january 2009, status dia sudah cerai tahun 2006. Sampai sebulan jatah liburan yg cuma seminggu saya nikmati untuk bulan madu, saya balik lagi ke luarnegeri untuk menghabiskan kontrak tambahan.
Ketika kembali beraktifitas kerja, batinku serasa bergejolak keras pikiran curiga,kecewa,marah,sedih,sakit hati karena hatiku selalu tidak tenang. Hampir tiap hari aku menelpon hanya untuk memastikan semuanya baik baik saja. Tapi tetap hatiku selalu curiga,tidak tenang, hingga sampai kemaren malam…
Prahara yang paling besar dalam kisah ini setelah aku mendesak dan coba merayu bahwa aku ingin tahu cerita yang sesungguhnya terjadi tentang masa lalunya..
MasyaAllah.. mungkin ini jawaban doa yang selalu aku panjatkan:”Allahumma arinal haqqo-haqqo warzuqnattiba-ah Waarinal bathila bathila warzuknaztinaabah”
Ustadz Shodiq, entah dengan menangis yang dibuat2 ketika aku telp mendesak ingin tahu kehidupan masa lalu yang “sebagian” sudah aku ketahui.. dia,perempuan yang menjadi istriku ini adalah dulunya melacurkan diri[Pelacur] karena himpitan ekonomi setelah keperwananya direnggut oleh teman modelnya sewaktu masih SMA. Jadi sejak usia 17tahun sampai terakhir kepergok waktu aku telp bersama laki2 sudah ratusan mungkin ribuan kali melakukan hubungan seksual dengan pria hidung belang.
LANGIT DIATASKU BAGAI RUNTUH MALAM ITU… tapi hatiku kukuatkan dengan doa Ya Allah.. ya rahman-ya rahiem apakah ini coba untuk hambaMu yang lemah dan hina ini.
Bagaimana aku begitu buta dengan semua keputusan yang aku ambil. Terakhir kali aku katakan jujurlah sejelek apapun kamu aku tetaplah suamimu yang syah sekarang asalkan kamu mau bertobat dan berhenti melacurkan diri. Sudah ratusan kali sumpah atas Nama Allah dan Nabi yang dia ucapkan [yang memang dia sudah masuk islam sejak SMA walo non-pri], tapi karena keadaan, dia tetap melacurkan diri. Sumpah atas nama Allah itu diucapkan tiap kali berbohong ketika kutanya hal apapun yang akhirnya terbukti firasatku dengan pengakuannya sendiri kemaren malam itu..
Ustadz Shodiq, maafkan saya jika kisahku ini terlalu panjang jujur saya butuh bantuan dorongan moral untuk menentukan kira-kira jalan apakah yang harus saya tempuh ketika akhir bulan ini saya pulang ke Indonesia karena kontrak kerja sudah habis.
Apakah saya harus mempertahankan pernikahan saya yang baru sebentar dan saya hanya bersanding seminggu untuk waktu berpisah yang sudah 3tahun ini? Ataukah saya harus berpisah dalam arti saya melepas tanggung jawab untuk membawanya ke jalan yang baik[itu yang dia katakan terakhir ditelp untuk bertaubat setelah menikah dan tidak melacur lagi]dan saya kuatir karena cinta saya yg besar tidak rela kalo dia kembali melacurkan diri…
MasyaAllah .. La haula walaa quwwata Illa billah
Mohonkan ampun untuknya dan untukku… Ya Allah…
Wassalam..
Hamba Allah yang berduka
The place of no where
Tanggapan M Shodiq Mustika:
Tidak ada salahnya lelaki mengucurkan air mata ketika bersedih. Apalagi dirimu tetap mampu berpikir jernih, terbukti dengan kemampuanmu untuk menuliskan curhatmu ini dengan selengkap-lengkapnya. Dengan demikian, tidaklah sungkan-sungkan aku sampaikan saran singkat sebagai berikut.
Seandainya aku menjadi dirimu, maka aku pertahankan dia untuk tetap menjadi istriku. Bahkan, akan aku usahakan supaya dia benar-benar bertaubat, sehingga menjadi wanita yang shalihah. Sebab, tujuanku menikah bukanlah untuk memperoleh hak eksklusif sebagai pria satu-satunya yang berhubungan seks dengannya. Aku menikah dalam rangka menggenapkan pengabdianku kepada Sang Mahakuasa.
Sama sekali aku tidak merasa rugi bila menikah dengan wanita shalihah yang pernah berhubungan seks dengan ribuan lelaki. Sebab, Allah Sang Mahaadil akan mengganjar kebaikan kita berlipat-lipat. Kelak di surga, Dia sediakan bagi kita bidadari-bidadari yang senantiasa perawan. Dan kita bisa menikmatinya selama-lamanya.
Demikianlah masukan dan saran dariku. Mudah-mudahan akan ada pembaca lain yang menambahkan masukan/saran.
Sumber : http://muhshodiq.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar