Ratu Belanda, Beatrix, tak peduli pada omongan pemimpin partai populis
PVV, Geert Wilders, yang mengkritik karena memakai jilbab saat
mengunjungi masjid di Abu Dhabi, Minggu (8/1/2012) lalu.
Saat berkunjung ke masjid terbesar di Muscat, ibukota Oman, Kamis (12/1/2012) waktu setempat, Beatrix tetap mengenakan jilbab.
Di Muscat, Beatrix mengenakan gaya kerudung yang sama dengan di Abu Dhabi. Hanya, kerudungnya kali ini berwarna oranye, warna kebanggaan Bangsa Belanda. Sebelumnya, ia mengenakan jilbab warna biru.
Kepada pers, Beatrix menyebut kritik Wilders, yang menyebut penggunaan kerudung sebagai lambang penindasan terhadap wanita, merupakan "omong kosong".
Kerudung yang dipakainya saat berada di UEA dan Oman, kata Beatrix, adalah untuk menunjukkan penghormatan relijius, karena ia mengunjungi masjid.
Beatrix sangat jarang memberikan pernyataan langsung kepada media. Jika kali ini wanita itu bersuara langsung, mungkin karena ia sudah geram dengan Wilders, yang dikenal dengan komentar usilnya yang rasis dan diskriminatif.
Sebelumnya, Wilders menyindir Beatrix diam-diam menjadi pengikut Partai Hijau, karena pesan Natal yang disampaikannya tahun lalu menyinggung soal pelestarian alam.
Menurut koran Algemeen Dagblad, Ratu sudah jemu dengan kritik bertubi-tubi yang selalu dilontarkan pemimpin partai populis PVV itu terhadap Agama Islam.
Sebelumnya, berbagai media Belanda, baik cetak maupun online, ramai-ramai menyorot Beatrix yang mengenakan jilbab. Ratu Belanda ini mengenakan tutup kepala ala Muslimah saat mengunjungi Masjid Syekh Zaid bin Sultan Al Nahayan di Abu Dhabi.
Bukan hanya Beatrix saja yang mengenakan jilbab saat mengunjungi masjid terbesar di Abu Dhabi tersebut. Putri Maxima juga menutup kepalanya dengan jilbab. Ini merupakan kedua kalinya istri Putra Mahkota Willen Alexander ini tampil dengan busana Muslimah.
Tak Gubris Wilders
Geert Wilders, pemimpin Partai untuk Kebebasan PVV, yang dikenal anti-Islam, serta merta mengecam perilaku sang Ratu. Wilders langsung menuding Beatrix melegitimasi penindasan perempuan.
Bagi PVV, jilbab
adalah "simbol" Islamisasi, penindasan, dan diskriminasi terhadap
perempuan. Dengan mengenakan jilbab, Wilders menuding Beatrix
melegitimasi penindasan perempuan.
Setelah mengetahui berita
pengenaan jilbab oleh Ratu, Alexander Pechtold, pemimpin Partai Liberal
D66, langsung mengeluarkan peringatan.
"Seluruh Belanda dag-dig-dug menunggu reaksi sejawat Geert Wilders. Sudah bangunkah ia?" Demikian bunyi tweet anggota parlemen Belanda yang sering berdebat sengit melawan Wilders.
Menanggapi kritikan Wilders, Menlu Belanda Uri Rosenthal mengatakan, apa yang dilakuan Ratu tidak masalah. Tindakan Ratu itu, menurut sang menteri, tidak salah, karena beliau menyesuaikan diri dengan tempat yang dikunjungi.
Beatrix juga menyesuaikan busananya kalau mengunjungi sinagoga atau gereja.
Anggota Parlemen dari partai sosialis SP, Harry van Bommel, menilai reaksi Wilders itu hanya untuk kesekian kalinya memukul Islam, atau yang disebutnya Islam bashing.
Anggota Parlemen dari partai sosialis SP, Harry van Bommel, menilai reaksi Wilders itu hanya untuk kesekian kalinya memukul Islam, atau yang disebutnya Islam bashing.
"Kalau saya berkunjung ke Diding
Ratapan (tempat suci umat Yahudi,) di Yerusalem, saya juga akan
mengenakan kipah," katanya. Kipah adalah tutup kepala yang dikenakan
laki-laki Yahudi.
Martijn van Dam, wakil rakyat dari partai buruh
PvdA, juga menilai tindakan Ratu mengenakan jilbab saat mengunjungi
masjid di Abu Dhabi itu wajar.
"Apa yang dilakukan Ratu sama dengan yang diperbuat ratusan ribu wisatawan Belanda yang mengunjungi gereja di Italia. Di sana lengan harus ditutup sebagai tanda sopan santun dan respek," kata Martijn.
Semua kontroversi, termasuk kritikan Wilders, tak memusingkan Beatrix. Ketika mengunjungi masjid terbesar di Muscat, Kamis, ia tetap mengenakan jilbab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar