Tari tor-tor kini menyedot perhatian. Tari berasal dari Sumatera Utara ini akan dipatenkan oleh Malaysia. Padahal, dalam sejarah tari ini jelas berasal suku Batak.
Apa menariknya tari ini sampai Malaysia ingin menjadikan sebagai warisan budaya Malaysia? Tari tor-tor punya sejarah panjang bagi masyarakat Sumatera Utara.
Tari tor-tor bisa diiringi dengan iringan musik magondangi. Tarian ini dimainkan dengan dibarengi alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak.
Bahkan, banyak masyarakat percaya tarian itu sebagai ritual yang berhubungan dengan pemanggilan roh. Roh tersebut dipanggil kembali dan masuk ke dalam patung-patung batu. Mereka percaya ini merupakan simbol penghormatan terhadap leluhur.
Kemudian, patung-patung itu bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan kaku. Gerakan itu seperti gerakan kaki sedang jinjit dan gerakan tangan.
Pada perkembangannya, jenis tor-tor menjadi beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar.
Mereka beranggapan, sebelum pesta dimulai tempat pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
Selanjutnya, ada tari tor-tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah.
Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia. Kini, tari tor-tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.
Apa menariknya tari ini sampai Malaysia ingin menjadikan sebagai warisan budaya Malaysia? Tari tor-tor punya sejarah panjang bagi masyarakat Sumatera Utara.
Tari tor-tor bisa diiringi dengan iringan musik magondangi. Tarian ini dimainkan dengan dibarengi alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak.
Bahkan, banyak masyarakat percaya tarian itu sebagai ritual yang berhubungan dengan pemanggilan roh. Roh tersebut dipanggil kembali dan masuk ke dalam patung-patung batu. Mereka percaya ini merupakan simbol penghormatan terhadap leluhur.
Kemudian, patung-patung itu bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan kaku. Gerakan itu seperti gerakan kaki sedang jinjit dan gerakan tangan.
Pada perkembangannya, jenis tor-tor menjadi beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar.
Mereka beranggapan, sebelum pesta dimulai tempat pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
Selanjutnya, ada tari tor-tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah.
Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia. Kini, tari tor-tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar