Rabu, 08 Agustus 2012

Menyusuri Sister City Amsterdam Kota Depok

Tak banyak yang tahu, Depok masih menyimpan banyak cerita sejarah dan bangunan tua. Karenanya, sebutan sebagai 'Sister City Amsterdam' pun melekat hingga kini...

Istana peninggalan Belanda/ Foto-foto: Safari TNOLIstana peninggalan Belanda/ Foto-foto: Safari TNOL
Selama ini, mungkin kebanyakan orang hanya mengenal Kota Tua Jakarta sebagai tujuan wisata masyarakat Jakarta. Padahal, saat ini ada juga wisata kota tua yang letaknya di selatan Jakarta, yaitu di wilayah Depok, Jawa Barat. Banyak peninggalan sejarah yang terdapat di Depok dan bisa dilihat sehingga sangat sayang untuk dilupakan.

Beragam peninggalan sejarah tersebut  terkait dengan orang-orang yang pertama kali tinggal di Depok. Dari peninggalan Cornelis Chastelein, mantan anggota VOC hingga budak-budaknya yang berasal dari Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Ambon bisa disaksikan dengan jelas. Kini, para budak yang telah dimerdekakan tersebut juga telah beranak-pinak dan memiliki fam atau marga.

Masih terawat...Masih terawat...Ada dua belas fam atau marga yang terdapat yang berlaku di bekas budak tersebut. Dua belas fam itu adalah Laurens, Loen, Leander, Jonathans, Joseph, Jacob, Sudira, Samuel, Zadokh, Isakh, Bacas dan Tholense. Mereka kini telah tergabung di YLCC (Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein) sehingga tetap terdata keturunan, aset dan marganya dengan baik.  

Sementara beragam bangunan sejarah yang bisa disaksikan diantaranya adalah Rumah Sakit Harapan –yang dulu tempat tinggal Cornelis Chastelein, Jembatan Panus, Stasiun Depok Lama, Rumah Presiden, Gereja Immanuel, SD Pancoran Mas II, Gardu telepon, Taman Hutan Raya, Pancoran Mas (sumber mata air), Makam Kamboja, Sentral Listrik Depok Lama dan Kantor Pos.

Tergabung dalam satu keluarga besar...Tergabung dalam satu keluarga besar...Untuk menuju ke berbagai objek wisata itu memang tidak ada alat transportasi yang memadai. Oleh karena itu, jika ingin menelusuri sejumlah objek wisata tersebut bisa menggandeng komunitas sepeda onthel Depok yang bernama DeFOC (Depok Fiets Onthel Community). Selain itu, bisa juga menggandeng komunitas pelestari sejarah Depok yang bernama Depok Heritage Community (DHC).

Dengan menggandeng mereka, maka pengunjung bisa menyusuri dengan sepeda onthel ke sejumlah objek wisata di Depok yang letaknya juga saling berdekatan. Sambil menggowes sepeda onthel yang disewakan DeFOC, pengunjung juga akan diberikan berbagai informasi tentang sejarah Depok.

Jadi, sembari olahraga akan diberikan berbagai penjelasan berbagai bangunan bersejarah dan warga yang pertama kali tinggal di Depok.

Sayangnya, dari banyaknya bangunan yang memiliki nilai sejarah itu ada diantaranya yang tidak dirawat dengan baik. Satu diantaranya adalah gardu telepon yang terdapat di pertigaan Jl Kartini-Jl Pemuda, Depok. Sesuai buku Depok Tempo Doeloe hal. 183, gardu telepon tersebut didirikan pada tahun 1900.

SD Pancoran Mas DepokSD Pancoran Mas DepokNamun sayang, bangunan bersejarah tersebut tidak dirawat dengan baik. bagian atas gardu dipenuhi tali plastik untuk mengikat sejumlah spanduk. Sementara di bagian bawahnya terdapat bak sampah. Akibatnya bau khas sampah sangat menyengat ketika mendekati gardu telepon tersebut.

Usai puas menyaksikan gardu telepon yang pemasangannya tidak menggunakan skrup namun menggunakan besi yang dipanaskan dan dipukul dengan palu ini, selanjutnya adalah melihat sejumlah bangunan bersejarah yang terdapat di Jl Pemuda. Di sepanjang jalan ini banyak bangunan bersejarah yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal dan sosial. Diantaranya adalah rumah 'presiden' Depok bernama Johanes Matheis Jonathans, bangunan SD Pancoran Mas II dan Istana Cornelis Chastelein juga telah berubah menjadi Rumah Sakit Harapan.
Sama seperti gardu telepon, sejumlah bangunan sejarah tersebut juga kurang dirawat dengan baik. Istana Cornelis Chastelein dan bangunan SD Pancoran Mas II sejumlah bagian plafon bangunannya hilang dan sebagian lain terlihat bercak bekas cucuran air hujan. Padahal bangunan-bangunan tersebut masih bangunan asli. Jendela dan pintunya berukuran besar yang terbuat dari kayu jati.

Gardu telepon yang tidak terawatGardu telepon yang tidak terawatAda satu bangunan yang masih dirawat dengan baik, yakni rumah Johanes Matheis Jonathans yang menjabat sebagai 'presiden' Depok terakhir. Mengingat bangunan tersebut masih dirawat dengan baik, maka kerap mendapat kunjungan dari berbagai pihak yang sedang melakukan penelitian. Diantara yang pernah datang adalah mahasiswa UI, pihak Kedubes Belanda dan masyarakat yang tertarik untuk mengetahui lebih detail tentang sejarah Depok.

Terlihat banyak benda-benda tempo dulu yang masih tersimpan dengan baik, diantaranya adalah lemari dan sejumlah foto keluarga Johanes Matheis Jonathans. Rumah 'presiden' ini telah mengalami penambahan bangunan di bagian belakangnya, yaitu dengan membuat kamar mandi dan beberapa ruangan tambahan.

Dipenuhi sampah...Dipenuhi sampah...Menurut Ratu Farah Diba, Ketua DHC, saat ini berbagai upaya memang telah dilakukan agar berbagai bangunan sejarah di Depok bisa menjadi cagar budaya. Sebelumnya, pihaknya telah mendatangi kantor Dinas Pariwisata Depok untuk meminta berbagai bangunan sejarah agar dikukuhkan menjadi cagar budaya. Namun, upayanya tersebut belum membuahkan hasil.

“Kalau enggak tembus kita akan ke kantor Gubernur Jawa Barat. Saya lihat istri Gubernur Jawa Barat lebih peduli terhadap bangunan yang bernilai sejarah,” kata Ratu Farah Diba yang didampingi Noenki Prasetyanto, Ketua DeFOC.

Bukan Keturunan Belanda
Keturunan yang masih tersisa hingga kiniKeturunan yang masih tersisa hingga kiniSementara itu Boy Loen, SE, MM, Sekretaris YLCC mengatakan, warga yang menempati berbagai bangunan bersejarah di Depok bukan berasal dari keturunan Belanda. Mereka adalah para budak yang telah dimerdekakan oleh Cornelis Chastelein. Adanya marga dibelakang namanya merupakan bentuk penghargaan dari Cornelis Chastelein kepada mantan budak-budaknya yang telah mengabdi dengan baik. 

“Kita bukan keturunan Belanda. Kita adalah orang Indonesia Timur yang dimanfaatkan oleh kompeni Belanda untuk merawat dan menggarap lahan Cornelis Chastelein,” kata Boy Loen kepada TNOL.
Saat ini ada 663 KK yang mendiami Depok Lama yang masuk dalam wilayah Kecamatan Pancoran Mas. Saat ini profesi mereka juga beragam, ada yang menjadi dosen, dokter dan pengusaha. Bahkan diantara mereka ada yang menetap di Belanda dan kerap mengunjungi Depok Lama untuk bersilaturahmi.

Terkait  dengan nama 'Belanda Depok' yang populer di warga Depok, Boy menuturkan, hal itu berawal dari mantan budak Cornelis Chastelein yang mendapat beberapa keistimewaan seperti agama, pendidikan dan lain sebagainya. Tidak heran, pada jaman dahulu warga Depok mampu mengusai bahasa Belanda dengan baik.  

Sementara mengenai belum diakuinya sejumlah bangunan bersejarah di Depok sebagai cagar budaya, Boy mengakui, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal sebelumnya pihaknya kerap diajak untuk melakukan musyawarah rencana pengembangan wilayah Depok.

Makam Kamboja...Makam Kamboja...“Tidak ada anggaran dari pemda. Padahal ketika ada kalangan yang ingin mengadakan observasi tentang Depok, Pemda menyerahkan ke kita sebagai host-nya,” kata Boy.

Boy mengakui, ketika Depok dipimpin Badrul Kamal memang ada upaya menjadikan Depok sebagai 'Sister City' Amsterdam. Saat itu, bahkan telah dibuat maket berupa jogging track untuk napak tilas dan menjadikan tempat wisata. Namun, setelah Badrul Kamal tidak terpilih lagi, kebijakan tersebut telah hilang.

Selama ini untuk merestorasi sejumlah bangunan bersejarah dilakukan secara swadaya. Restorasi akan tuntas pada tahun 2014. Adapun dana yang dibutuhkan untuk merestorasi berbagai bangunan sejarah di Depok diperkirakan menghabiskan Rp 500-600 juta.

Salah satu gedung yang direstorasi akan dijadikan museum dengan fasilitas film dan multi media tentang sejarah Depok.
sumber : http://www.tnol.co.id/wisata-kuliner/11938-menyusuri-sister-city-amsterdam-depok-.html

Rabu, 01 Agustus 2012

Istana Irjen Djoko Susilo

Rumah tersangka kasus dugaan korupsi simulator SIM, Irjen Djoko Susilo, berlokasi di Jl Leuwinanggung, Leuwinanggung, Tapos, Depok, Rabu (1/8/2012). Rumah itu terlihat mentereng dibanding yang lain. seluruh rumah ini dikelilingi tembok kokoh plus kawat berduri, bahkan hingga bagian belakangnya.








Meiliana/Greysia & 3 Ganda Putri Didiskualifikasi

Pasangan ganda putri Indonesia, Meiliana Djauhari/Greysia Polii, akhirnya harus mengakhiri kiprahnya di Olimpiade 2012 karena didiskualifikasi. Bersama mereka, ada tiga pasangan ganda putri lainnya yang bernasib sama.

Seperti dilansir BBC, Meiliana/Greysia, dua wakil Korea Selatan, Ha Jung-Eun/Kim Min-Jung serta Jung Kyung-Eun/Kim Ha-Na serta unggulan teratas, Wang Xiaoli/Yu Yang, dianggap oleh Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mencederai fair play dengan tidak bermain serius untuk meraih kemenangan.

Alhasil delapan pebulutangkis harus "angkat koper" lebih dulu meskipun semuanya berhasil melaju ke perempatfinal.

Sebelumnya keempat pasangan ganda putri itu dituding "main sabun" di partai terakhir grup mereka. Jika Wang/Yu sengaja mengalah untuk menjaga skenario pertemuan mereka dengan kompatriotnya di partai final. Wang/Yu kalah 14-21 11-21 dari Jung/Kim hanya dalam waktu 23 menit.

Lain halnya dengan Meiliana/Greysia serta Ha/Kim yang sama-sama tak ingin menang di pertemuan mereka semalam, akibat ingin menghindari pertemuan dengan Wang/Yu. Meiliana/Greysia di laga itu akhirnya kalah tiga set 21-18 14-21 dan 12-21.

Para penonton di Wembley Arena sangat kecewa menyaksikan "opera sabun" itu. Mereka mencibir dan bersiul panjang pada para pemain yang sering tampak sengaja memukul bola ke arah net, supaya kehilangan angka.

"Ini bukanlah Olimpiade sebagaimana mestinya," cetus seorang relawan wanita yang mengaku sampai menangis menyaksikan insiden memalukan itu.

Indonesia Terima Diskualifikasi Ganda Putri, Banding Korsel Ditolak

Sempat mengajukan banding atas hukuman kepada Meiliana Jauhari/Greysia Polii, tim bulutangkis Indonesia akhirnya mencabut banding itu dan menerima sanksi diskualifikasi. Sementara itu banding Korea Selatan ditolak.

Bersama Wang Xiaoli/Yu Yang dari China, dan Jung Kyung-eun/Kim Ha-na dan Ha Jung-eun/Kim Min-jung dari Korea Selatan, Meiliana/Greysia mendapat sanksi berupa diskualifikasi dari Olimpiade karena dinilai karena Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) sudah mencederai fair play dengan tidak bermain serius untuk meraih kemenangan di partai terakhirnya di fase grup.

Terkait keputusan BWF tersebut, kubu Indonesia sempat mengajukan banding. Namun, pada prosesnya banding tersebut dicabut Indonesia.

"Asosiasi Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) memutuskan untuk mencabut banding. Sementara itu permohonan banding dari tim Korea sudah ditolak oleh Ketua Komite Banding BWF, jadi keputusan yang sudah diambil pagi ini tetap berlaku," kata Chief Operating Officer BWF Thomas Lund.

"Kami menerima keputusan ini dengan berbesar hati dan mencabut permohonan banding. Kami akan mereview ke dalam serta melakukan langkah-langkah strategis serta mengusulkan ke BWF untuk mengubah sistem pertandingan yang ada," terang Ketua Umum PB PBSI Djoko Santoso seperti dikutip situs resmi PBSI.

Chief de Mission Komite Olimpiade Indonesia Erick Thohir menambahkan, siap bertanggung jawab penuh atas insiden tersebut. Menilai bahwa dalam hal ini atlet sudah menjadi korban dari sistem pertandingan, ia juga mengungkapkan bahwa Meiliana/Greysia tidak akan mendapat sanksi tambahan.

"Kami menghargai keputusan BWF serta IOC. Kami harapkan BWF dapat meninjau ulang format permainan sehingga hal seperti ini tidak terjadi lagi ke depannya," kata Erick.

Dalam keterangan yang diberikan Lund, sanksi diskualifikasi cuma dijatuhkan kepada atlet bersangkutan, khusus di kancah Olimpiade 2012 saja. Pelatih dan asosiasi bulu tangkis masing-masing negara tidak ikut dijatuhi sanksi.

Empat Pasangan Pengganti di Perempatfinal

Dengan sanksi diskualifikasi terhadap Wang/Yu dan Jung/Kim (Grup A), dan Ha/Kim dan Meiliana/Greysia (Grup C), yang kesemuanya notabene lolos ke perempatfinal, maka posisi mereka akan digantikan oleh empat pasangan lain yang tadinya berada di posisi tiga dan empat grup bersangkutan.

Maka kini Grup A meloloskan Valeria Sorokina/Nina Vislova (Rusia) sebagai juara grup, ditemani Alexandra Bruce/Michelle Li (Kanada) sebagai runner-up. Sedangkan Leanne Choo/Renuga Veeran (Australia) menjadi juara Grup C dan Michelle Edwards/Annari Viljoen (Afrika Selatan) menjadi runner-up grup tersebut.

Sorokina/Vislova bahkan baru saja memastikan satu tempat di semifinal setelah mengalahkan Edwards/Viljoen, dalam pertandingan yang dihelat, Kamis (2/8/2012) lepas tengah malam WIB.


Masjid Pintu Seribu Masjid Agung Nurul Yaqin

Bentuknya unik, berkelak-kelok dihubungkann dengan banyak pintu layaknya labirin. Gedungnya pun menyerupai benteng daripada sebuah masjid. Di dindingnya penuh kaligrafi Alquran. Tak ayal, kian hari masjid nyentrik di Tangerang ini makin membuat penasaran siapa saja untuk ke sini, ke Masjid Pintu Seribu. 

Mesjid ini dibangun pada tahun 1978 lalu. Banyaknya pintu yang menghiasi mesjid ini membuat warga biasa menyebut dengan nama Masjid Pintu Seribu. Pada beberapa pintu mesjid, banyak terdapat ornamen angka 999. Dan, angka 999 itu merupakan penggabungan jumlah asma Allah yang berjumlah 99 dan 9 wali songo.

Pendiri mesjid tersebut bernama Al Faqir Mahdi Hasan Alqudratillah Al Muqoddam. Uniknya, pembangunan Masjid Pintu Seribu tidak memakai gambar rancang. Tidak ada desain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Ada pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga yang menyerupai dengan arsitektur Maya dan Aztec.

Salah satu bagian dari mesjid ini adalah ruang tasbih di bawah tanah. Lorong ini bisa dicapai melalui lorong sempit yang gelap dan berliku. Lorong ini[pun terasa sangat lembab, karena tidak tersentuh oleh sinar matahari.










 

Ini Dia Bentuk 3 Medali di London 2012

Tiga medali Olimpiade ini selama dua pekan ke depan akan diperebutkan ribuan atlet dari seluruh dunia. Namun, tahukah Anda terbuat dari material apa saja medali-medali itu?

Berikut kami beri penjelasan sedikit mengenai bahan-bahan pembuat medali emas, perak dan perunggu. Pada dasarnya ketiga medali berbentuk sama yakni lingkaran.

Sisi Kontroversial Bulutangkis China

Kehebatan individu dan prestasi pemain-pemain China di dunia bulutangkis memang begitu fenomenal. Namun, di balik itu semua, mereka juga terlibat sejumlah kontroversi yang dianggap mencederai sportivitas.

Olimpiade London 2012 adalah ajang teranyar dimana pemain China diduga "main sabun". Kisah memalukan ini berawal dari hasil mengejutkan di Grup D. Unggulan kedua Tian Qing/Zhao Yunlei yang diprediksi akan bisa jadi juara grup ternyata kalah dari Christinna Pedersen/Kamilla Rytter-Juhl.

Hasil itu membuat Tian/Zhao cuma jadi runner-up Grup D dan berpotensi bertemu rekannya yang nomor satu dunia, Wang Xiaoli/Yu Yang, di babak semifinal. China tentu tak menginginkan ini karena sejatinya mereka ingin dua wakilnya bertemu di final saja.

Agar tetap berjalan sesuai skenario awal, Wang/Yu pun harus menghindari posisi juara Grup A. Caranya tentu saja dengan tidak menang saat bertemu pasangan Korea Selatan, Jung Kyung Eun/Kim Ha Na.

Alhasil, saat melawan Jung/Kim, Wang/Yu tak tampil seperti biasanya. Mereka tampak berusaha mengalah dan wasit bahkan sempat mengancam akan mendiskualifikasi mereka. Namun, pada akhirnya misi tetap tercapai. Mereka kalah 14-21, 11-21 dan lolos ke perempatfinal sebagai runner-up grup.

Hasil pertandingan itu akhirnya membuat pertandingan berikutnya ikut kacau. Meiliana Jauhari/Greysia Polii (Indonesia) dan Ha Jung Eun/Kim Min Jung yang berada di Grup C sama-sama tak mau meladeni Wang/Yu di perempatfinal. Akhirnya pertandingan jadi janggal karena keduanya sama-sama mengincar kekalahan.

"China yang memulai ini. Mereka yang pertama melakukannya. Undiannya cukup rumit dan mereka tak ingin bertemu satu sama lain di semifinal," komentar pelatih Korsel, Sung Han-Kook, seperti dikutip Reuters.

Yu membantah dirinya dan Wang sengaja mengalah. Mereka menyebut lawan memang tangguh. Selain itu, mereka juga ingin menghemat tenaga untuk babak selanjutnya.

"Sebenarnya lawan sangat kuat. Ini pertama kali kami bertemu mereka dan besok adalah babak knockout. Jadi, kami yang sudah pasti lolos ingin punya energi lebih untuk besok," katanya.

Pelatih kepala China, Li Yongbo, mengamini pernyataan anak buahnya. Menurutnya, tak ada yang istimewa dari pertandingan tersebut.

"Tidak ada apa-apa. Ini cuma sebuah pertandingan," sahut Li sambil berlalu.

Ini bukan kali pertama China diduga menerapkan strategi tertentu yang mencederai fair play. Dalam beberapa tahun terakhir, ada saja pemain China yang terlibat kejadian-kejadian janggal.

Salah satu kejadian paling mengejutkan adalah saat ganda putri legendaris Ge Fei/Gu Jun kalah dua set langsung dari juniornya, Qian Hong/Liu Lu, di penyisihan World Grand Prix Finals 1997. Ge/Gu, yang pada tahun itu tak pernah kalah di laga-laga sebelumnya, diduga melakukan ini dengan tujuan agar Qian/Liu lolos ke semifinal. Akibatnya, pasangan Indonesia Deyana Lomban/Indarti Issolina gagal lolos karena kalah selisih game.

Berselang tiga tahun, kejadian mirip terjadi lagi di nomor tunggal putri Olimpiade Sydney 2000. Kali ini, Ye Zhaoying diduga sengaja mengalah kepada Gong Zichao di babak semifinal. Sebabnya, Gong dinilai punya peluang lebih baik untuk mengalahkan Camilla Martin (Denmark) di final. Benar saja, Gong menang dan mendapatkan emas.

Di Olimpiade Athena 2004, tiga pemain China kembali lolos ke semifinal tunggal putri. Karena Zhang Ning dianggap punya peluang lebih besar meraih medali emas, Li Yongbo pun kabarnya menginstruksikan Zhou Mi mengalah. Zhang akhirnya menang mudah dan benar-benar mendapatkan emas usai menaklukkan Mia Audina (saat itu membela Belanda). Zhou dikabarkan sakit hati dan memutuskan pindah membela Hong Kong gara-gara kejadian ini.

Yang terbaru adalah beberapa kejadian yang melibatkan tunggal putra Lin Dan dan Chen Jin. Lin diduga mengalah kepada Chen di semifinal China Masters Super Series 2011. Di final Singapura Open Super Series 2011, Lin bahkan kalah WO dengan alasan sakit. Hal ini kabarnya dilakukan Lin agar peringkat Chen terangkat dan bisa lolos ke Olimpiade 2012.

"Mereka begitu sering melakukannya tahun lalu. Mereka tak ingin bertemu satu sama lain. Mereka melakukan apa yang mereka mau," kecam tunggal putri Belarusia, Alesia Zaitsava, mengenai strategi China ini.

"Kalau mereka bertujuan kalah, maka itu sangat memalukan. Itu benar-benar bodoh dan memalukan di olahraga," kata pemain putra Jerman, Marc Zwiebler.

"Ini adalah citra yang buruk untuk bulutangkis," ujarnya.

Korsel Akan Adukan Kasus Ganda Putri ke BWF

Tindakan yang mencoreng fair play terjadi saat partai terakhir grup cabang bulutangkis Ganda Putri di Olimpiade 2012. Korea Selatan yang merasa dirugikan akan membawa kasus ini ke BWF.

Insiden ini diawali saat pasangan nomor dua China, Tian Qing/Zhao Yunlei, kalah mengejutkan dari pasangan ganda putri Denmark, Christinna Pedersen/Kamilla Rytter-Juhl di laga terakhir Grup D

Lalu kemudian pasangan nomor satu dunia asal China, Wang Xiaoli/Yu Yang sengaja mengalah dari pasangan Korsel Kim Ha Na/Jung Kyung Eun. Lalu mereka pun menjadi runner-up Grup A untuk menghindari pertemuan dengan Tian/Zhao di semifinal.

Buntut dari hasil dua partai itu membuat duel Meiliana Jauhari/Greysia Polii kontra Ha Jung Eun/Kim Min Jung, yang sejatinya ketat karena memperebutkan posisi juara Grup C, justru berjalan adem-ayem. Kedua pasangan bahkan mengawali permainan seperti tanpa semangat.

Hal itu ditengarai karena kedua pasangan ingin menghindar dari pasangan nomor satu dunia asal China, Wang Xiaoli/Yu Yang, yang menjadi runner-up Grup A.

Kemudian insiden "main sabun" yang dilakukan Ha/Kim serta Meiliana/Greysia membuat penonton kecewa dan kedua pasangan itu sempat diberikan kartu hitam oleh referee, yang kemudian akhirnya dicabut.

Merasa dirugikan oleh apa yang dilakukan ganda putri China plus Indonesia, Korsel pun kemudian berencana mengadukan kasus ini ke Federasi Bulutangkis Dunia (BWF). Ha/Kim sendiri akhirnya harus menghadapi Wang Xiaoli/Yu Yang di perempatfinal.

"Akar permasalahan ini dimulai dari tim China. Mereka itu bermain di olimpiade, jadi seharusnya jalani pertandingan dengan sungguh-sungguh, tapi ini tidak. Ya, ini pokoknya diawali dari tim China," keluh pelatih Korsel, Sung Han Kook, di situs resmi PBSI.

"Ini memang agak rumit, pasangan China tidak ingin saling melawan di semifinal, karena mereka maunya bertemu di final. Saya rasa ini adalah isu utamanya. Para atlet sudah mempersiapkan diri selama empat tahun untuk berlaga di olimpiade, tetapi malah hasilnya begini," lanjut Kook.

"Pemain China tidak ingin bertemu di semifinal dan ini berdampak pada pemain dari negara lain. Harus ada tindakan tegas atas kejadian ini. Jika China bersungguh-sungguh di pertandingan penyisihan tadi, ini semua tidak akan terjadi. Mereka seharusnya tidak berbuat seperti ini."

"Kami akan membawa masalah ini ke BWF. Tapi kami akan menunggu sampai keadaan sedikit lebih tenang. Kejadian ini sangat tidak mencerminkan semangat olimpiade," tutupnya.

Indonesia Sesalkan Insiden di Nomor Ganda Putri


Dua pertandingan di nomor ganda putri cabang bulutangkis Olimpiade London 2012 diwarnai insiden "sama-sama ingin kalah". Kubu Indonesia menyesalkan terjadinya insiden yang sangat memalukan ini.

Insiden di Wembley Arena, Rabu (1/8/2012) dinihari WIB, berawal dari pertandingan ganjil antara unggulan teratas Wang Xiaoli/Yu Yang (China) versus Jung Kyung Eun/Kim Ha Na (Korea Selatan). Wang/Yu yang biasanya sangat tangguh mendadak seperti bermain asal-asalan dan berusaha mengalah. Pada akhirnya, mereka benar-benar kalah 14-21, 11-21.

Kekalahan itu membuat "misi" Wang/Yu tercapai. Mereka tetap lolos ke perempatfinal dengan status runner-up Grup A dan dipastikan terhindar dari rekan mereka, Tian Qing/Zhao Yunlei, di babak semifinal. Tian/Zhao sendiri lolos ke perempatfinal sebagai runner-up Grup D.

Hasil pertandingan itu kemudian membuat laga Meiliana Jauhari/Greysia Polii (Indonesia) kontra Ha Jung Eun/Kim Min Jung (Korea Selatan) jadi ikut-ikutan janggal dan bahkan sempat diwarnai keluarnya kartu hitam. Kedua pasangan tampak tak ingin menang karena ingin menghindari Wang/Yu di perempatfinal.

Meiliana/Greysia akhirnya kalah pada laga itu dengan skor 21-18, 14-21, 12-21. Mereka jadi runner-up Grup C dan bisa menghindari Wang/Yu. Di perempatfinal, mereka akan menantang Jung/Kim.

"Masalah ini asalnya dari Wang/Yu yang sepertinya sengaja kalah dan menjadi runner-up grup A. Kalau mereka tadi betul-betul fight, pasti ini tidak akan terjadi," komentar pelatih ganda putri Indonesia, Paulus Firman, seperti dilansir situs PB-PBSI.

"Wasit sempat menegur kedua pasangan untuk bermain serius, namun karena sudah beberapa kali ditegur, akhirnya wasit memanggil referee. Referee sempat mengancam untuk mendiskualifikasi kedua pasangan, akhirnya dia mau memberikan kesempatan terakhir," imbuhnya.

Paulus berharap insiden memalukan ini tak terjadi di kemudian hari dan Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) bisa melakukan evaluasi menyeluruh.

"Tentunya ini sebuah pelajaran buat BWF, seharusnya ini tidak terjadi, apalagi di ajang sebesar olimpiade. Gara-gara Qing Tian/Zhao Yunlei kalah, kemungkinan Wang/Yu jadi tidak ingin jadi juara grup A agar bisa terhindar di semifinal," katanya.

"Sekarang Greysia/Meiliana dan Ha/Kim dipermasalahkan, tetapi mengapa tidak ada tindakan bagi Wang/Yu? Namun saya sudah menerima klarifikasi dari BWF bahwa mereka akan mengurus hal ini. Semoga saja hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," tutur Paulus.