Perebutan scudetto (gelar juara Liga Italia) ditakdirkan melahirkan
gelora kebencian antara pendukung Inter Milan dengan Juventus. Para
Interisti tentu tidak akan melupakan perebutan scudetto musim 1998. Saat
itu, gelora kemarahan pendukung Inter berkobar hingga penjuru Italia
menyusul diabaikannya penalti Ronaldo di Deby Italia melawan Juventus.
Kebencian Interisti terhadap Bianconeri makin menjadi pada 2002. Secara tragis, pasukan Inter yang menguasai puncak klasemen Serie A, harus rela menyaksikan Juventus mencuri gelar scudetto di pekan terakhir liga.
Ibarat bola yang berputar, ganti Inter yang menghadirkan pedih di hati Juventini. Berawal dari "nyanyian" presiden Inter Milan, Massimo Moratti, gelar scudetto Juventus musim 2005 dan 2006 dicopot PSSI-nya Italia, FIGC. Tidak hanya itu, Juventus dijatuhi sanksi degradasi.
Di tengah tangisan Juventini, Inter menari dengan dilimpahkannya titel scudetto musim 2006 ke Nerazzurri. Walhasil kobaran dendam pun tersemat di hati pendukung Juventus. Hanya ada satu hal dibenak Juventini; balas dendam!
Tepat lima tahun setelah tangis dan kekecewaan Juventini dendam terbalaskan. Juventus kembali merebut scudetto yang ke 28 nya di musim 2011/2012.
Namun anomali terjadi. Tim yang menjadi musuh bebuyutan, tim yang paling dibenci seluruh Juventini, tim yang ditakdirkan sebagai musuh abadi; justru membantu pesta kemenangan Bianconeri.
Ya, berkat kemenangan 4-2 Inter Milan atas AC Milan di laga derby Dela Madonnina Senin (7/5) malam, Juventus kembali ke singgasananya sebagai Raja Italia. Inter, tim yang "menghancurkan" Juventus, kini jadi tim yang "membangkitkan" Si Nyonya Tua.
Kenyataan ini langsung memancing komentar pemain Juventus, Gianluigi Buffon. "Kami harus berterima kasih pada Inter karena mereka mampu mengalahkan Milan dan kami bisa lebih cepat menuntaskan perjuangan menjadi juara," ujar Buffon memuji sang musuh bebuyutan seperti dikutip Sky Sports.
Namun pujian ini tidak lantas membuat kubu Inter puas. Presiden Inter Massimo Moratti bahkan menegaskan kemenangan atas AC Milan timnya bukan untuk menolong scudetto Juventus, namun untuk menolong mimpi Inter Milan lolos ke Liga Champions musim depan. "Kami tidak memiliki niatan untuk menolong Juventus. Bagi kami Milan dan Juventus sama saja. Yang terpenting adalah tim ini sendiri,"
Apa yang dikatakan pengusaha minyak Italia ini diamini oleh suporter Inter. Para Interisti yang memadati San Siro bahkan membentangkan spanduk bertuliskan, "Kami anti-Calciopoli", sebagai sindiran atas Juventus dan AC Milan yang terseret dalam mega-skandal tersebut.
Misi Inter yang secara tak langsung membantu Juventus meraih scudetto, harus melewati perjuangan sengit sepanjang pertandingan melawan Milan. Walau mampu unggul cepat lewat tendangan Diego Milito menit ke 14, Milan mampu bangkit untuk menyamakan kedudukan diakhir babak pertama lewat penalti kontroversial Zlatan Ibrahimovic.
Milan bahkan sepertinya akan membuat persaingan scudetto harus melakoni laga di pekan terakhir setelah Ibra kembali menaklukkan gawang Inter di awal babak kedua. Di tengah kerisauan pendukung Juventus yang khawatir Inter akan bermain mata, skuat Nerazzurri bangkit memukul tim satu kota. Dua penalti Milito dan sepakan spektakuler Douglas Maicon mengubur hidup-hidup Milan di San Siro. Dan di kota Trieste, Juventus berpesta dengan gelar scudetto pertamnya pasca Calciopoli.
"Kami bermain dengan sensasional. Inilah laga derby yang sesungguhnya. Banyak emosi dan kontroversi. Ini kami dedikasikan untuk para pendukung," ujar pelatih Inter, Andrea Stramaccioni.
Para Interisti seakan ingin menutup telinga untuk mengetahui kemenangan mereka memberi gelar scudetto bagi Juventus. Kini hanya ada satu tujuan bagi Interisti layaknya penyataan yang diungkapkan Stramaccioni berikut; "Kami ingin tetap bermain di Liga Champions," tegasnya sembari merujuk selisih tiga poin dari Udinese yang kini bertengger di posisi ketiga. Untuk lolos ke Champions, Inter wajib menekuk Lazio di duel hidup mati, sembari berharap Udinese takluk dari Catania di pekan terakhir Serie A.
Di laga ini, penyerang Inter Diego Milito mencetak sejarah sebagai pemain pertama sejak 1953 yang mampu membukukan hattrick di derby Milan. Di pihak lain, kubu Rosoneri pasrah dengan kegagalan mereka mempertahankan scudetto di dua pekan akhir Serie A. Milan yang sempat unggul empat poin atas Juventus di paruh akhir kompetisi justru harus rela menyaksikan rivalnya keluar sebagai juara.
"Juventus memang pantas merah gelar juara. Mereka memperlihatkan performa yang luar biasa sepanjang musim," ungkap pelatih AC Milan, Massimiliano Allegri. Ucapan selamat juga diungkapkan bek Milan Ignazio Abate. "Mereka layak juara. Sedangkan kami kerap tidak beruntung dengan banyaknya cidera. Seperti yang terjadi juga pada dua pemain kami malam ini," ungkap bek yang memberi satu "hadiah" penalti bagi Inter itu.
Duka Miilan juga menjadi lara bagi sang penyerang Zlatan Ibrahimovic. Rekor Ibra yang selama ini selalu menjuarai komepetisi domestik sejak 2003 akhirnya diputus oleh mantan timnya Juventus. "Secara statsitik, ini adalah musim terbaik saya. Tapi ini justru membawa kegagalan juara bagi saya sejak 2003. Inilah sepak bola," pungkas Ibrahimovic
Tidak ada komentar:
Posting Komentar