Komentar tak membangun justru dikeluarkan oleh Ketua Umum PSSI,
Djohar Arifin, mengenai tragedi 10 gol di Bahrain tadi malam. Djohar
beralasan kekalahan tersebut disebabkan oleh kepemimpinan wasit yang
buruk. Meski tak mau mengkambinghitamkan Andre Al Hadad, wasit pada
pertandingan semalam namun Djohar bersikukuh wasitlah penyebab kekalahan
Indonesia. Ironisnya Djohar sendiri adalah mantan wasit yang mestinya
tahu bagaimana law of the game.
Empat penalti untuk Bahrain memang layak diberikan. Dari tayangan
ulang terlihat jelas kontak fisik yang mengakibatkan pelanggaran dalam
kotak penalti Indonesia. Empat penalti, dua sukses dan dua lagi bisa
ditahan Andi Muhammad Guntur, kiper kedua timnas.
Hal yang berbeda justru ditunjukkan oleh para pemain. Para pemain
dengan kebesaran jiwa meminta maaf kepada seluruh warga Indonesia lewat
akun twitter masing – masing. Seperti yang dimuat dalam detiksport.com :
Ferdinand Sinaga : “Maaf telah membuat malu
indonesia dalam game tadi..kami hanya berusaha semaksimal yang kami
punya..jangan menghujat kami yang sudah berusaha,”
Abdulrahman : “Saya mewakili teman2 minta maaf
karena ga bisa ngasi yangg terbaik buat masyarakat dan bangsa Indonesia
dan mohon jangan salahkan kami,karena kami sudah berusaha,”
Irfan Bachdim : “Saya minta maaf Indonesia!!
Saya main jelek sekali. Ini wake up call buat saya!! Saya harus kerja
keras! Maaf!! I will never give up!
Kekalahan ini memecahkan rekor kekalahan terbesar Indonesia selama 38
tahun. Rekor sebelumnya didapat Indonesia setelah kalah 0 – 9 dari
Denmark di Kopenhagen tahun 1974.
Dengan pilihan yang terbatas dari kompetisi LPI, PSSI justru
menerapkan hal yang aneh dalam pola perekrutan pemain. Para pelatih di
klub – klub yang bernaung di PT.LPIS mengirimkan para pemain yang
menurut mereka layak untuk ikut seleksi timnas. Pemain inilah yang
kemudian diseleksi, walau dengan jujur Aji Santoso mengeluh atas pilihan
yang ada.
Padahal di LPI masih ada pemain – pemain seperti Erol Iba, Andi Oddang, yang menurut saya layak masuk timnas.
Mesti diingat pula, PSSI melakukan tindakan berbahaya dengan
mengirimkan skuad yang berbeda dari 5 pertandingan sebelumnya. Hal ini
bisa dijadikan bahan protes dari kontestan. Nama – nama skuad timnas
yang sudah terdaftar di AFC dan FIFA adalah Bambang Pamungkas cs yang
kemudian dilarang oleh PSSI membela timnas karena bermain di Liga Super.
Hal ini pula, seperti yang dimuat Mediaindonesia.com,
menguak kebohongan PSSI kepada FIFA. FIFA mempertanyakan keabsahan liga
yang terkait dengan perubahan komposisi pemain di timnas. PSSI
menyebutkan bahwa peserta IPL adalah eks ISL. Padahal hanya ada Semen
Padang dan Persijap di IPL yang merupakan eks ISL. Dengan alasan PSSI
bahwa IPL adalah ISL, dan juga PSSI tidak menyalahi kongres Bali, maka
FIFA mengizinkan permohonan Indonesia untuk mengganti pemain dalam laga
melawan Bahrain tadi malam.
Menurut beberapa pihak, kelolosan Qatar sedikit banyak mempengaruhi
keberuntungan PSSI. Karena jika Qatar tidak lolos dan malah Bahrain yang
lolos, maka Qatar pasti akan mengadukan PSSI kepada FIFA.
Inilah sebuah prestasi dalam waktu singkat yang bisa dihasilkan orang – orang yang menyebut diri mereka revolusioner. Kekalahan Memalukan dan Kebohongan kepada FIFA. Itulah Prestasi mereka dikancah internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar