Revisi I, dengan data yang lebih menguatkan . 10 Januari 2010
(Jika ulat memiliki racun di bulunya, kalajengking di
ekornya,dan ular di giginya, maka orang yang jahat memiliki racun
diseluruh tubuhnya. Nitisastra, buku klasik untuk para pemimpin . Aslinya tertulis dalam bahasa Kawi)
DISOLATING SYSTEM ORANG BANYUWANGI
Sir Thomas Stanford Rafless dalam bukunya Hystory of Java menulis
tentang adanya disolating system orang Banyuwangi pada page 68 sbb:
From that moment , the provinces subjected to its authority, ceased
to improve. Such were the effect of her desolating system that the
population of the province of Banyuwangie,which 1750 is said to have
amounted to upwards of 80.000, was in 1811 reduce to 8000
Benarkah pembunuhan itu terjadi?
Kebenaran tulisan Sir Thomas Raffles mantan Letnan Gubernur Jawa
dan Sumatra itulah yang menjadi perburuan saya, mencermati setiap fakta
untuk mencari jawaban kebenaran tulisan itu. Maka ketika Hystory of
Jawa di terjemahkan, saya membelinya dan melahapnya sebagai bacaan yang
menarik, karena ditulis seorang birokrat muda (umur 30 tahun), yang
dalam masa pemerintahan yang singkat 6 (enam ) tahun , telah menulis
buku yang diakui sebagai masterpiece tentang Jawa dan membela orang
Jawa, dari character assanisation Belanda. Dari buku itu sayapun
mengetahui bahwa pembunuhan massal tidak hanya terjadi di Banyuwangi
tetapi terjadi diseluruh Nusantara ,hanya fakta yang accurat diperoleh
dalam kasus pembunuhan di Banyuwangi. Untuk sampai pada kesimpulan itu
Raffles membandingkan pemerintahan VOC di Nusantara , dengan
pemerintahan The Great Britain di India. Daerah yang diduduki VOC
ternyata ditandai hal yang sama , penduduknya menyusut secara drastis,
berbeda jauh dengan kota di India, yang di kuasai Inggris malah tumbuh
menjadi daerah yang padat.
Selain itu Thomas
Stanford Raffless juga menyimpulkan ; Tampaknya praktek
Tiranisme dan monopoli merupakan kebijakan utama bagi pemerintah VOC
untuk menghasilkan keuntungan dari pulau ini(Jawa).( History of
Java
.xxviii).Maka wajah kelam karena perbuatan Belanda tidak boleh dilupakan dan
terlupakan.
Apakah data Thomas Stanford Raffles akurat?
Deretan tabel dalam buku Hystory of Java tulisan Thomas Stanford
Rafless, sangat banyak, mulai dari Tabel Gambaran umum dari tabel
statistik pada hal 36 sampai 39, tabel perhitungan penghasilan dan
biaya pemerintah hal 203, 204 , Tabel umum pertanian dan populasi hal
601 sd 633,638 sd 6440 dan dalam tabel ini terdapat tabel Banyuwangi.
Hal ini menunjukan bahwa Sir Thomas Stanford memiliki perhatian yang
serius terhadap angka dan Banyuwangi ,meskipun tulisan tentang
Banyuwangi disinggung secara terpencar.
Jumlah angka populasi Banyuwangai pada tahun 1750, menurut saya
sangat akurat, mungkin malah terlalu sedikit mengingat Kerajaan
Blambangan telah disepakati oleh para sejarahwan sebagai kerajaaan yang
makmur.. Nama Blambangan berasal dari Balumbung yang berarti negeri
yang memiliki banyak lumbung /gudang beras.Dalam NAGARA
KRTAGAMA , karya MPU PRAPANCA yang ditulis pada abad ke 14 , pupuh 28
bit 1 ditulis;Pira teki lawas nira patukanan…..Para mantri ri Bali ri
Madura ri Balumbun/Blambangan andalan ika karuhun …..sayawaksiti
wetanumark apuphul…….( Selama beliau (Prabu Hayamwuruk) hadir di
Patukangan…..para menteri dari Bali dari Madura dari Blambangan
merupakan andalan Baginda….Dimana seluruh daerah timur berkumpul. Fakta tentang kemakmuran kerajaan Blambangan juga di kemukakan oleh Jonno
de Barros, Decada IV,buku I,bab 7 (Portugies). Yang menulis bahwa
pada bulan Juli 1528, Don Garcia Henriquez, tampaknya berlabuh di
pelabuhan Peneruca /Panarukan untuk mengisi perbekalan sebelum
melanjutkan perjalanan ke Malaka. Dan nampaknya raja Panarukan
mengirim dutanya pada Gubernur Portugies di Malaka.Tentang Peneruca
dikemukakan bahwa sejak tahun 1526 telah dikunjungi 20 buah kapal
Portugis untuk membeli perbekalan.Kerajaan Blambangan dianggap netral
karena merupakan kerajaan Hindu, sedang kerajaan di Jawa adalah
kerajaaan Islam , dan Portugis sedang berperang dengan kerajaan Islam (
Negeri Tawon Madu .22)
Dibawah ini adalah peta p.Jawa dari buku Summa oriental /Tome pires. Fideida adalah Panarukan
Deskripsi tentang kerajaan Blambangan yang
disampaikan DR Sri Margana yang mengambil Doktor di Universitas
Leiden , Belanda, dengan disertasi “Java’s Last Frontier: The Struggle
for Hegemony of Blambangan“ yang dimuat di Intermezo majalahTempo edisi
tgl13 dan 19 September juga menggambarkan kemakmuran Kerajaan Blambangan
dan membuka fakta baru tentang kerajaan Blambangan, sebagai berikut;
- Kerajaan Blambangan (mencakup daerah Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi) tidak runtuh setelah perang Paregreg, malahan tetap bertahan sampai abad ke 18,atau tiga abad setelah Majapahit runtuh.
- Kerajaan Blambangan , dalam mempertahankan existensinya, mampu bergerak dengan mobilitas yang sangat tinggi, terbukti kerajaan Blambangan telah memindahkan ibukota kerajaan sampai 6 (enam) kali.(Lumajang, Panarukan , Kedawung /Jember, Macan Putih, Ulupampang,Lateng/Banyuwangi)
- Kerajaan Blambangan selain mampu membangun kembali kekuasaaan dan kejayaannya setelah kekalahannya dalam perang Paregreg, juga dapat membendung serangan Kerajaan Demak,dan Kerajaan Mataram/Surakarta pada tahun 1639,1648,1665
- Kerajaan Blambangan mencapai kemakmuran dan kewibawaan yang luar biasa, pada masa Prabu Tawang Alun II dari tahun 1655 sd 1692, ini terbukti istrinya mencapai 400 orang, dan ketika Prabu Tawangalun II meninggal. istri yang mengikuti sati sebanyak 270 orang.
- Perang Pangeran Jagapati/Puputan Bayu adalah perang yang tersadis dalam sejarah perang di Indonesia. Tubuh dan kepala para prajurit yang tewas digelantungkan di pepohonan sekitar benteng.Lumbung padi dibakar, sehingga rakyat kelaparan dan disusul merebaknya wabah penyakit.
- DR. Sri Margana juga menyampaikan, ada mitos yang berkembang di Mataram saat itu ( sekitar abad 18 ) , bahwa prajurit Blambangan kebal terhadap senjata.Jika keris maupun tombak dapat membunuh prajurit Blambangan, maka senjata tersebut dinyatakan sakti dan layak dipakai perang.
- Daya tahan kerajaan Blambangan , terutama karena keandalan rakyatnya dan strategy perangnya.
Kemakmuran Blambangan ini, seperti dikemukakan Drs I.Wayan Sudjana
M.A dalam bukunya Nagari Tawon Madu , Sejarah Politik Blambangan abad ke
XVIII,Larasan Sejarah 2001,nampak pada jumlah pasukan yang dikerahkan
oleh Sultan Agung , raja Agung Mataram untuk menaklukan Blambangan pada
tahun 1639, Jumlah tentara yang dikerahkan mencapai 30.000 orang. Dengan
pasukan sebesar itu ternyata Blambangan juga tidak dapat ditaklukan,
meskipun jumlah tentara Blambangan yang ditawan dan diangkut ke Mataram
mencapai 5000 orang (hal 28) dan setelah serangan itu malah Blambangan
lebih berjaya dibawah dinasti Tawangalaun dan berlanjut sampai zaman
Pangeran Pati III, yang memerintah dari 1736 sampai 1768.
Gambaran tentang
kemakmuran Kerajaan Blambangan ini bersumber dari references yang
didapat beliau dari Leiden University sebagai berikut
- Pada masa pemerintahan P.Pati III/ Prabu Hamangkupuro, Kerajaan Blambangan , digambarkan sebagai KARTA KARTI KANG NAGARI,atau dinyatakan zaman KERTAYUGA ./AMAN TENTRAM(45)
- Pangeran putra mahkota berhak menempati “dalem” nyang disebut Manik Lingga / Istana Permata. Yang menonjol yaitu pakaian pangeran dan perlengkapan , keris dibuat dari emas dan payung kebesarannya berwarna kuning emas( 37).
- Dalam pemerintahan P.Pati didampingi dua patih ( biasanya satu.)yaitu Patih Dalem yang mengurus rumah tangga Istana dan Patih Kiwa yang menurusi pemerintahan . Pemerintahan juga didukung oleh 72 mantri/ bekel Agung.(42)
- Pada saat menghadapi serbuan kerajaan Buleleng yang dibantu orang bugis.P.Pati mengirim 3000 JAGABELA sebanyak 3000 orang yang bersenjatakan keris emas. Dengan kekuatan tempur itu dan dukungan rakyat ,serbuan Kerajaaan Buleleng digagalkan.(45)
- Struktur pembagian Kerajaan Blambangan , terdiri atas Nagarai ( Istana). Jawikuta ( Ibukota), Mancadesa, Pasisiran, Wanadri. Istana dan Jawi Kuta berpenduduk 18000sampai dengan 20000 (dua puluh ribu), Sedang Daerah Blambangan yang sangat luas itu terdiri atas 200 dusun yang berpenduduk masing 200 orang.
- Disamping daerah yang sangat luas kerajaan Blambangan juga memiliki pelabuhan Ulupampang /Muncar yang sangat ramai. Export Blambangan meliputi sarang burung, beras, dan hasil hutan. Sejak tahun 1600 Pelabuhan Ulupampang setiap tahun mengexport sarang burung seharga empat ribu found sterling, 1 ton bahan lilin, dan 600 ton beras, dan hasil hutan lainnya. Ulupampang dipenuhi perahu besar milik kerajaan, perahu besar bangsa China, dan Bugis. Selain perahu tersebut, pelabuhan Ulupampang , setiap setengah tahun disinggahi kapal Inggris yang berlayar ke Australia untuk membeli perbekalan sejak tahun 1696. Tercatat yang mengunjungi Ulupampang adalah Francis Drake , dengan membawa kapal The Paca berbobot 70 ton, dan The Swan berbobot 50 ton.Juga Thomas Candish telah tinggal selama dua minggu di Ulupampang , dengan membawa kapal “Pretty” dan” Wilhems”
Jumlah Penduduk Blambangan pada tahun 1811 seharusnya dua kali lipat 80000 atau 160000.
Maka menjadi pertanyaaan besar bagaimana mungkin suatu ras yang
beradab/ kerajaan yang berjaya sampai abad ke 18, yang dengan perkasa
mempertahankan gempuran Majapahit, Mataram, Buleleng akhirnya hanya
menyisakan penduduk yang terkucil dan kemudian langka di daerahnya
sendiri yang nampak nyata pada saat sekarang ini?( Kerajaan Blambangan
meliputi Lumajang, Jember ,Bondowoso, Situbondo , Banyuwangi. Penduduk
Blambangan saat ini hanya berada di Banyuwangi. Dan dari 21 kecamatan di
Banyuwangi , penduduk Blambangan hanya tinggal di 9 kecamatan).
Sebuah survey demographie pada tahun 1811 menjadi bukti
tulisan Sir Stanford Raffles tsb bahwa Blambangan hanya memiliki 120
sampai 130 kampung asli,dan tiap kampong hanya dihuni paling banyak 35
keluarga,
Jika hal itu masih diragukan adanya Dislokating system dan Genocida
,dengan berlogika sederhana saja, akan ditemukan keanehan dan
kejanggalan, yaitu mengapa penyusutan secara besar besaran itu tidak
terjadi, pada orang Jawa, di Surakarta/Mataram, Jawa Timur,, Madura,
padahal perang saudara, perang dengan VOC, wabah penyakit ,terjadi di
kerajaan itu, jauh lebih besar jika dibanding dengan Banyuwangi, tetapi
jumlah penduduk mereka tak bergeming atau menyusut drastis, malah
bertambah banyak ?
Theory tentang Baby Bomb akan menolak hypothesis apapun ,yang
mengakibatkan penyusutan yang diakibatkan oleh perang dan penyakit,
setelah melewati masa damai yang panjang( 1772 sampai dengan 1811)
Apalagi berdasarkan buku Raffles itu , penyakit yang berkembang di
Jawa , hanyalah penyakit cacar dan demam,disentri, dan penyakit itu
secara tradisional dapat diatasi.
Kematian akibat kelaparannpun ,sulit dipercaya dapat terjadi di
Banyuwangi, karena sebagian besar Jawa , tanpa pemeliharaan yang memadai
panen bisa dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun, apalagi di
Banyuwangi , ditanah yang dikatakan indah dan subur. Jangankan menunggu
panen, di hutanpun orang Blambangan bisa hidup. Bandingkan keadaan
Banyuwangi dengan keadaan p. Madura atau daerah pesisir utara jawa ,
atau daerah Mataram lainnya.
Sir Stanford Raffles, ketika menemukan fakta catatan penduduk di
Jawa, tentang angka kelahiran dan angka kematian pada tahun 1750,
menarik kesimpulan bahwa tingkat perkembangan penduduk di Jawa sama
dengan perkembangan penduduk di Perancis, dengan menganalisa angka
kelahiran dan angka kematian maka diperkirakan dalam 300 tahun akan
meningkat dua kali lipat, tetapi pada kenyataaanya pada daerah tertentu
di Jawa kenaikan dua kali lipat hanya memerlukan waktu 50 tahun. (hal
42). Analisa dan perhitungan Thomas Stanford Rafless ini
ternyata sangat berlian dan terbukti, seperti tersebut pada harian
Kompas yang menghitung trend penduduk Indonesia dari tah 1930 sampai
tahn 2000. Trend penduduk Indonesia dari thn 1930 berjumlah 60.7 juta ,
dan pada tahun 1980 ( lima tahun kemudian ) berjumlah 146.9 juta. lebih
dari dua kali lipat ( Kompas 10 Januari 2010),sangat mendekati
perhitungan Sir Thomas Stanford rafless.
Fakta diatas telah menjelaskan bahwa setelah Perang Wong Agung
Wilis,Puputan Bayu , Belanda telah melakukan usaha usaha systemik
sehingga mengakibatkan penyusutan penduduk Blambangan sebesar 90 %
dengan melakukan pembunuhan besar besaran terhadap orang Banyuwangai ,
pemindahan paksa, terjadi pembiaraan ketika merebaknya penyakit,
penistaan , dan penyiksaan yang sangat kejam yang mengakibatkan penduduk
Banyuwangi/Blambangan menyusut secara tajam dari 80 ribu pada tahun
1750 menjadi 8 ribu pada tahun 1811.
Belanda telah melakukan pembunuhan systemik/genocida
Mengapa Belanda melakukan Genocida
Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan ;
1.PERANG WONG AGUNG WILIS , PUPUTAN BAYU ADALAH PERANG DAHSYAT,MEMPEREBUTKAN TEMPAT STRATEGYS
Perang Wong Agung Wilis merupakan perwujudan permusuhan yang
mendalam antara Inggris dengan Belanda untuk memperebutkan posisi
perdagangan di dunia/Eropa dan permusuhan yang mendalam antara Mataram
dengan Blambangan memperebutkan legitimasi sebagai penerus Majapahit.
Ini terbukti pertempuran yang berulang kali terjadi antara Mataram
/Surakarta dengan Blambangan.
Disamping itu
posisi Blambangan dan Bayualit sangat strategis bagi Inggris,sesuai
pendapat Sir Stanford Raffless(History of Java,h 101) Posisi
Jawa di selatan di Benua Asia dan Hindia akan sama dengan posisi Mesir
dan Sicilia di selatan Eropa.Dimulai sejak awal pemerintah Inggris
berjoang untuk menguasai wilayah ini dan akhirnya menjadi pemerintah
sementara, maka dimulailah satu babak baru dalam kehidupan yang lebih
manusiawi dan adil , di pulau yang semestinya diperhitungkan oleh tiap
kota metropolis , pelabuhan maupun daerah kecil mulai dari ujung
Pantai Cina sampai Teluk Benggala…..
Blambangan dapat dijadikan pelabuhan persinggahan oleh kapal dagang
dan kapal perang Inggris dalam perjalanan menuju ke Australia, setelah
menempuh perjalanan jauh , mengelilingi Afrika singgah di Yaman/Oman ,
kemudian India, tetapi masih memerlukan perjalanan panjang dan
mengarungi samudra India untuk mencapai Australia.
Hal ini juga dikemukakan oleh Drs
I.Wayan Sudjana dalam bukunya Negeri Tawon Madu, yang banyak
mendasarkan pendapatnya dari para penulis Belanda yang tersimpan dalam
arsip Leiden University, seperti yang telah ditulis diatas, tetapi untuk
lebih meyakinkan saya mengutip lagi pendapatnya sebagai berikut:Sejak
tahun 1760 Inggris telah mencari tempat persinggahan (24)…..Sebelum
tahun 1766, minimal dua kapal Inggris singgah di pelabuhan Ulupampang,
tetapi setelah tahun 1766, hampir setiap bulan kapal Inggris singgah di
Ulupampang. Inggris membeli perbekalan dan menjual senjata pada
Blambangan (61)
Dan jika perang perang tersebut hanya sekedar perang saudara dan
kemudian VOC datang membantu menyelesaikan, maka bagaimana mungkin J.K.J
de Yonge , mengutip surat Gubernur Jendral Reiner de Klerk tertanggal
31 Desember 1781 kepada pemimpin VOC bahwa Perang Puputan Bayu yang
berlangsung 1tahun empat bulan itu menghabiskan dana setara dengan 80
ton emas (1883) . (Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidi , Laskar Tangguh dari
Ujung Timur Jawa . Majalah Tempo edisi 13 -19 September 2010) . Maka pastilah kedua orang Belanda tersebut telah melakukan kebohongan besar
2.FAKTA FAKTA , PERANG WONG AGUNG WILIS
- 2.1.Permusuhan Inggris dan Belanda ( VOC)
Sejak tahun 1700 an , The Great Britain mulai menunjukan kemajuan
yang sangat pesat, penaklukan dinasty Manchu di China, dan penemuan
benua Australia serta semakin kokoh kekuasaan di India, membuktikan
semakin perkasanya kekuasaan The Great Britain dalam perdagangan dunia
/Eropa. London secara pasti telah mengambil alih kekuasaan Amsterdam
sebagai pusat keuangan di Eropa. Sementara V.O.C, semakin terseok seok ,
tidak mampu memberantas korupsi para pembesarnya ditanah jajahan
terutama di Jawa, sedang hutang Mataram ( Surakarta) kepada VOC semakin
membengkah tak pernah dibayar. Pada tahun 1730, di tanah Jawa
yang subur dan menjanjikan ini, ternyata VOC malah mengalami kerugian
sebesar 7.7 juta gulden.( History of Java) .Karena itulah VOC
memanfaatkan Mataram (Surakarta) yang terlibat dalam perang saudara
tidak terselesaikan. Belanda dengan segala tipu dayanya, politik belah
bambu akhirnya dapat memaksakan perjanjian Giyanti 1755, yang membelah
Surakarta. Dengan perjanjian itu VOC dapat memaksa Mataram/Surakarta
melunasi hutangnya , memberikan kewenangan yang lebih besar dan untuk
menguasai Jawa Timur/termasuk Blambangan.
.2.2.Permusuhan Surakarta /Mataram dan Blambangan.
Budiarto Shambazy, pada Kompas tgl 4 Desember 2010 ,dalam
tulisannya “Sejarah memang saya parah” pada kolom Politik Ekonomi,
menyatakan : Tipologi kekuasaan ..Kultur Mataram sekitar abad ke 16
sampai dengan abad 19, Elite Mataram /Surakarta emoh ada “dua MATAHARI”:
apalagi ketika kehilangan Karisma, wibawa,dan Kuasa.
Blambangan mempunyai kedudukan legal (legitimate) sebagai turunan
kerajaan Majapahit, dibanding kerajaan manapun( Benarkah Menakjinggo
Culas.,Ambisius dan Tidak tahu diri).Blambangan mewarisi kerajaan
Majapahit, dan diakui oleh kerajaan Demak, dan mematahkan serangan Demak
di Pasuruan ( Tome Vires, Suma Oriental, Spanyol ). Dan Mataram
berusaha menjadi pewaris Majapahit. Tiga kali Mataram (Surakarta )
melakukan serangan besar ke Blambangan pada tahun 1639, 1648, 1665,
namun serangan itu tidak pernah menundukan Blambangan. Serangan tahun
1639 yang dipimpin oleh Sultan Agung, telah menaklukan sebagian besar
Jawa Timur dan Madura. Tetapi Blambangan belum tertundukkan Oleh
karena itu Sultan Agung me nyatakan Blambangan dan Sumedang , paling
berbahaya bagi Mataram / Surakarta. (Hystory Of Java 509.) Di
satu sisi, Blambangan dan kerajaan di Jawa Timur juga merasa heran dan
terhina, dengan tindakan Mataram (Surakarta), yang tanpa dasar telah
menyerahkan Malang, Pasuruan, Blambangan kepada V.O.C. Bagaimana mungkin
Mataram/Surakarta menyerahkan Malang ,Pasuruan , Blambangan padahal
serangan Mataram Surakarta pada tahun 1639,1648,1665, telah dipatahkan
oleh Blambangan dan malahan Trunojoyo(1674sd 1677) dan Untung
Surapati (1684 sd 1706) telah pernah menaklukan Mataram.
Sementara Surakarta/Mataram terbelit hutang yang luar
biasa besarnya pada VOC,dan terjerumus dalam perang yang panjang,
Blambangan malahan menjadi negara yang makmur dibawah Prabu Tawangalun
II( 1655 sd 1692) . Maka tidak heran setelah perjanjian itu , keturunan
Trunojoyo , dan Untung Surapati, seperti halnya Blambangan melakukan
perlawanan.( Babad Wong Agung Wilis)
2.3. Bukan Opium tetapi tempat Strategis
Posisi Strategys, P.Jawa telah diuraikan diatas,mulai awal
pemerintahan Inggris dan itu disyukuri ketika Inggris telah menguasai
Jawa pada zaman Raflless.(101) Nilai penting Blambangan juga
dikemukakan oleh Stanford Raffles bahwa seorang Inggris Mr. Yesse telah
membangun pemukiman di Balambangan pada tahun 1774, tetapi kemudian
tidak diteruskan karena harus pindah ke Borneo ( 144). Jejak bekas
pembangunan itu , terlihat dari pola kota yang teratur rapi dibangunnya
kantor dagang oleh oleh Inggris sekitar tahun 1766 yang sekarang
dikenal dengan INGGRISAN. Pada saat itu juga di bangun bandar Tirtaganda
atau Tirta Arum.( baca juga Melacak peninggalan Inggris di Blambangan)
Babad Wong Agung Wilis, yang ditulis Purasastra dengan jelas
menggambarkan kehadiran kapal dagang dan kapal perang Inggris di
pelabuhan Banyualit. Memang disebutkan ada perdagangan opium. Tetapi
keberadaan kapal dagang dan kapal perang Inggris, dan penjualan senjata
api,menunjukan bahwa Inggris, sedang mencari tempat persinggahan ,
dalam perjalanan menuju Australia, yang dalam tahap explorasi .
Menempuh perjalanan dari Inggris, singgah di Afrika Selatan , di Yaman
/Emirat Arab, kemudian India,merupakan perjalanan yang melelahkan, dan
meneruskan perjalanan ke Australia , berlayar di Samudra India yang
ganas, tanpa persinggahan adalah suatu keniscayaan. Dan bagi
Belanda/VOC mempertahankan Blambangan dari penguasaan Inggris adalah
sebuah keharusan.
Amsterdam telah dikalahkan London dalam persaingan memperebutkan pusat
keuangan Eropa, Australia yang ditemukan pertama kali orang Belanda,
sekarang telah dikuasai Inggris dan menjadi lahan yang menjanjikan, maka
jika Blambangan dikuasai Inggris dan menjadi pelabuhan persinggahan
Inggris ke Australia,merupakan noda sejarah .
Posisi strategys
Banyuwangi , semakin jelas pada tahun 1800an, ketika Australia mulai
melakukan explorasi emas. Maka ketika Sir Stanford Raffless menjadi
Letnan Jendral Jawa dan Sumtera. berkeberatan menyerahkan Banyuwangi dan
Bengkulu , kepada Belanda. Dan baru menyerahkan kepada Belanda setelah
Inggris menguasai Singapore dan mendapat jaminan Singapore sebagai
daerah perdagangan bebas dan Inggris diberi kebebasan berlayar ke
Australia.
2.4.Perang besar didarat dan dilaut dan berlangsung lama.
Dari babad Wong Agung Wilis, kita temui fakta fakta berikut;
- Keputusan untuk perang menghadapi wong Agung Wilis, diputuskan oleh pimpinan pusat VOC.
- Pimpinan pusat VOC, memerlukan datang ke Pasuruan, untuk mendapatkan fakta dari pimpinan Blambangan yang kalah.
- Pimpinan VOC, mensyaratkan penyerahan sepenuhnya Blambangan dan sebagai syarat pertemuan , pimpinan VOC meminta hadiah gadis gadis Blambangan.
- Keputusan penyerbuan ke Blambangan dihadiri para adipati dari seluruh Jawa Timur, dan pimpinan Mataram/Surakarta
- Penyerbuan ke Blambangan ,selain tentara VOC yang bersenjata api juga mengerahkan tentara yang sangat besar yang terdiri dari Surakarta,Pasuruan , Banger, Surabaya, Madura yang didukung oleh ratusan kapal. Setelah gagal penyerbuan melalui darat maka penyerbuan /expedisi militer dilakukan melalui laut.
- Pasukan Blambangan , terdiri lebih dari 4000 sampai 6000 orang, selain menggunakan persenjataan tradisionil, juga memiliki meriam dan senjata api, dan didukung oleh Mengwi, China, Bugis. Meskipun fakta tentang persenjataan dalam Perang Wong agung Wilis ini tidak dapat dilacak , tetapi sebagai gambaran dapat dikemukakan ,bahwa sisa prajurit wong Agung Wilis ya ng melarikan diri ke Nusa Barong , memiliki 8 perahu besar yang mampu berlayar sepanjang tahun, memiliki 8 meriam, 100 pucuk senapan. Tentang keikut sertaan bangsa china dalam perang ini,karena perang ini terjadi setelah pemberontakan China di Jakarta (1740), dan keberadaan pelarian China dari perang tersebut dipimpin oleh Tan Hui Cin Jin, dan untuk menghormati dan rasa terima kasih pada sang Nachkoda , dikelurahan Karangrejo dibangun Klenteng HOO TIONG BIO.dan setiap hari peresmiannya diperingati secara besar besaran.( Kamus Budaya dan Religi Using .Prof Dr. Ayu Sutarto MA, LEMBAGA Penelitian Universitas Jember. 2010) . Sedang keterlibatan tentara Bugis sudah terjadi pada perang Trunojoyo sebagai akibat perang besar di Sulawesi yang dipimpin Sultan Hasanudin (1631 sd 1670).Disamping itu perang ini mendapat dukungan dari Inggris , dengan adanya kapal dagang dan kapal perang serta penjualan senjata api .(Pelabuhan Ulupampang, menjadi basis orang China dan Bugis untuk melakukan perdagangan ke Sumatra, Syahbandar Ulupampang adalah seorang China. )
Dari arsip di Leiden Belanda Drs .I.Made Sudjana M.A menemukan fakta fakta tentang betapa dahsyatnya perang ini;
- Pada tahun 1767, Kompeni mengirimkan expedisi militer dibawah pimpinan Edwijn Blanke dengan mengerahkan 335 serdadu Eropa , 3000 laskar Madura dan Pasuruan, 25 buah kapal besar dan sejumlah kapal kecil ( 63)
- Dan pada tahun 1768, Kompeni memberi bantuan tambahan dibawah pimpinan DE Groen dengan mengerahkan 302 orang serdadu Belanda, 1000 orang laskar Madura,400 orang dari Surabaya, 1700 dari Lumajang, 13 buah kapal (65)
Dan J.K.J de Yonge ( 1883) menyatakan perang ini sebagai perang yang
menghabiskan biaya sangat besar yaitu sebesar 80 ton emas, dengan
mengutip surat Gubernur Jendral Reiner de Klerk tertanggal 31 Desember
1781 kepada pemimpin V.O.C.yang menyatakan Perang Puputan Bayu yang
berlangsung 1tahun empat bulan itu menghabiskan dana setara dengan 80
ton emas.(Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidi , Laskar Tangguh dari Ujung
Timur Jawa Majalah Tempo edisi 13 -19 September 2010). Pada tahun 1779
VOC mengalami kerugian sebanyak 85 juta gulden. Dan pada tahun 1799,VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan.Dan setelah kerajaan Belanda menjadi Jajahan Perancis /Napoleon.
GENOCIDA, MERAMPOK , CHARACTER ASSASINATION
Ketakutan atas munculnya kembali perlawanan Blambangan dan biaya
perang Wong Agung Wilis dan P. Jagapati telah menguras pundi pundi VOC
yaitu sebesar 80 ton emas , kemudian mengakibatkan bangkrutnya VOC
,telah mendorong VOC melakukan tindakan KEJAM yang disebut Sir Stanford
Raffless sebagai dislokating system, yang lebih tepatnya disebut
Genocida .
Dislokating System dapat dibuktikan dengan
tersingkirnya rakyat Blambangan yang semula tersebar di Lunajang,
Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, akhirnya terusir dan tersudut
di Banyuwangi ,dan di Kabupaten Banyuwangipun penduduk Blambangan ,
hanya tinggal di 9 kecamatan dari 21 kecamatan. Semula di Kabupaten
Jember, masih ditemukan desa desa Blambangan, tetapi saat ini sudah
terjadi pembauran.
Genocida terbukti dari pengusiran ini disertai
penganiayaan, pembunuhan secara kejam yang mengakibatkan penduduk
Blambangan berkurang secara drastis sebanyak 90% ( sembilan puluh
persen). Dari jumlah 80 ribu pada tahun 1750 menjadi 8 ribu ditahun
1811. Yang seharusnya malah meningkat menjadi 160 ribu. Maka untuk
mengelabui dan menutupi tindakan kejam itu , VOC dan kemudian Kerajaan
Belanda ( VOC dibubarkan tahun 1799) melakukan tindakan merampok
untuk menguras kekayaan Blambangan dan Character Assasination , untuk
melumpuhkan jiwa dan semangat perlawanan/perjoangan rakyat Blambangan.
Inilah fakta fakta perampokan dan character assasination itu.
1.Menghancur leburkan istana Tawangalun dan Bayualit.
Setelah perang wong Agung Wilis , yang sangat dahsyat, ternyata
muncul P.Jagapati dalam perang puputan Bayu, suatu bukti sejarah yang
tak terbantahkan bahwa perlawanan rakyat Blambangan sulit dipatahkan.
Sejarah telah membuktikan bahwa Blambangan sebagai pewaris syah
Majapahit pantang menyerah, malahan berjaya kembali setelah perang
Paregreg, mengalahkan serangan kerajaan Demak, mematahkan serangan
Surakarta /Mataram tiga kali berturut. Demikian pula biaya perang yang
sangat besar yaitu 80 ton emas, telah menguras seluruh pembayaran
hutang dari Surakarta /Mataram dan malahan kemudian membangkrutkan VOC
pada tahun 1799 . maka sulit menolak , jika VOC kemudian melampiaskan
dendam pada rakyat Blambangan.Untuk mematahkan semangat perlawanan
rakyat Blambangan VOC melakukan tindakan membabi buta dengan menghancur
leburkan pelabuhan, benteng Banyualit dan istana Tawangalun (resident
Belanda Van Wiekerman , diabad ke delapan belas, yang dalam sebuah
suratnya mengemukakan keberadaan bekas istana Tawangalun yang dibangun
dengann arsitektur China, memiliki panjang 4.5km,tinggi 12 kaki, tebal
6 kaki,) dan memindahkan ibukota Blambangan ke Ulu Pampang.
Sulit difahami kerajaan Macan Putih , yang begitu megah seperti yang
digambarkan oleh Van Wiekerman itu tidak meninggalkan fakta fakta yang
memadai untuk diungkap , sehingga seorang Dr. Sri Margana perlu
mengambil fakta fakta itu di Leiden University. Begitu juga fakta
Banyualit. Sementara fakta Ulu pampang , umpak sanga masih ada.
2.Menghentikan Babad Wong Agung Wilis dan menyebarkan berita bohong pembunuhan orang Bali.
Penulisan Babad Wong Agung Wilis ,ternyata terhenti sampai saat
kedatangan Wong Agung Wilis di Blambangan. Penghentian tulisan ini,
membuat gelap fakta fakta selanjutnya tentang Perang Wong Agung Wilis,
dan selanjutnya yang muncul adalah fakta yang disampaikan oleh VOC dan
Mataram /Surakarta. Peneliti dari U.G.M Winarsih, menyatakan bahwa
penulis Babad wong Agung Wilis, adalah seorang intelectual yang sangat
faham tentang keadaan masa itu. Penghentian itu tentu menjadi tanya
besar? Dalam Babad Wong Agung Wilis, diungkapkan bahwa raja Mengwi
sangat dihormati oleh penduduk Blambangan baik yang beragama Hindu
maupun beragama Islam, sementara Belanda menyatakan bahwa orang
Blambangan sangat membenci orang Bali dan malahan melakukan pembunuhan
secara besar besaran terhadap orang Bali, suatu hal yang tidak masuk
akal , karena hal ini sulit dibuktikan. Penjajahan oleh Kerajaan Mengwi
sulit dibuktikan , mengingat Mengwi adalah bagian dari/semacam negara
federal dari Kerajaan Klungkung, dan pada saat itu ( sejak tahun 1711
Mengwi menghadapi serbuan Badung dan Buleleng. Dan pada tahun 1729
Blambangan malah membantu Mengwi mengalahkan serbuan Buleleng. Dan
karena bantuan Blambangan ini P.Pati mendapat persembahan seorang putri
Mengwi, yang kemudian melahirkan wong Agung Wilis). Masyarakat Bali
terutama yang berdarah Sugian Jawi sampai saat ini, mengganggap
Blambangan adalah asal nenek moyangnya, dan karena menjadi kewajiban
untuk melakukan ziarah /Matur ke Pura Blambangan sekali dalam seumur
hidupnya pada saat Odalan/hari peresmian Pura, Kuningan, maupun Galungan
, demikian juga yang berdarah Sugian Bali, meskipun tidak merupakna
keharusan seperti yang berdarah Sugian Jawi. Di daerah ex Kawedanan
Rogojampi masih ada desa kuno Bali( yaitu Bali Patoman di Blimbingsari) ,
nama Bali masih digunakan untuk nama desa di Kec Singojuruh dan daerah
lain (Tabanan, Karangasem )dan hubungan spiritual antara Bali dan
Blambangan masih berlangsung sampai saat ini.
Berita bohong ini
merupakan bagian dari politik Belanda mengadu domba setiap suku , dan
permusuhan agama di Indonesia.
3. Membuat tandingan Babad Blambangan
VOC dan Mataram /Surakarta menulis Babad Blambangan Macapat, yang
menceritakan kisah kesuksesan penaklukan Blambangan, yang menceritakan
bagaimana rapuhnya tentara Blambangan, tidak ksatrya, dan mudah berbalik
pikiran. Babad ini merupakan tandingan Babad Blambangan Gancar yang
ditulis pujangga Blambangan menceritakan tentang silsilah raja
Blambangan, dan keperkasaan raja raja Blambangan
4.Character Assasination Wong Agung Wilis,dan P.Jagapati
VOC ternyata masih belum puas dengan seluruh tindakan diatas,maka
character Assasination juga dilakukan VOC pada Wong Agung Wilis,
Pangeran Jagapati, dan Sayu Wiwit. Wong Agung Wilis dinyatakan sebagai
boneka Mengwi, tidak asli Blambangan, dan kalah Perang. Pangeran
Jagapati, meskipun dia menyatakan diri sebagai reinkarnasi dari Wong
Agung Wilis, dinyatakan lebih heibat dari Wong Agung Wilis. Dua pemimpin
perang ini diperbandingkan,di adu, sekan kedua pimpinan ini bersaing
untuk memperebutkan kekuasaan, dan perang Wong Agung Wilis dan
Pangeran Jagapati tidak berkaitan. Tetapi pada titik puncaknya, Pangeran
Jagapati ,dituduh melakukan pemberontakan karena memperebutkan istri
pimpinan Banyuwangi, seorang pemimpin yang suka menggoda perempuan , dan
melakukan selingkuh dengan Sayu Wiwit. Cerita ini ibarat tombak
berujung dua, ujung pertama ditancapkan kedada Wong Agung Wilis, dan
ujung kedua diangkat tinggi untuk ditusukkan ke leher Pangeran
Jagapati.Maka Blambangan kehilangan dua pemimpinnya sekaligus
5. Sinisme dan Deligimitasi Raja Blambangan.
Dr Sri Margana dalam wawancaranya di Tempo edisi September 13sd 19
September, menyatakanbahwa cerita Damarwulan ,Menakjinggo merupakan
usaha untuk melakukan delegimitasi dan sinisme raja Blambangan , karena Cerita
Damarwulan dan Prabu Menakjinggo ini ditulis dalam buku Serat Kanda /
Serat Damarwulan oleh sastrawan dari keraton Surakarta dan dipentaskan
dalam bentuk Langendrian (Operate) oleh Mangkunegara IV (1853 sd 1881).
Kemudian dipopulerkan di Banyuwangi oleh penguasa Banyuwangi yang masih
berdarah Surakarta.
Dengan cerita tersebut , Surakarta dan Belanda berusaha menyakinkan
,bahwa kerajaan Blambangan telah memberontak terhadap kerajaan
Majapahit, dan karenanya tidak pantas disebut pewaris Majapahit . Raja
Blambangan Menakjinggo , yang buruk rupa itu menghendaki ratu agung
Majapahit, adalah manusia yang tidak tahu diri. Pementasan Damarwulan,
menggunakan gamelan dan cara penampilan Bali, adalah tindakan untuk
berlepas tanggung jawab, bahwa drama tari itu merupakan rekaan kerajaan
Bali Dan untuk lebih meyakinkan lagi maka dibuatlah cerita bahwa Blambangan di jajah oleh
Mengwi. Sebuah kebohongan yang luar biasa,karena cerita itu tidak ada di Bali.
6. Merampok Blambangan sampai habis
Setelah perang itu penindasan yang tak terkira kejamnya
dilakukan pada rakyat Blambangan . Rakyat harus kerja rodi ( Kerja tanpa
bayaran), malahan harus membayar 3.5 gulden tiap tahun, dan dua ekor
kerbau.
Penindasan dan perampokan ini berlanjut setelah masa Raflles samapai masa kemerdekaan.
Ketika menguasai Jawa dan Sumatra , Raffles mulai membangun
perkebunan diseluruh tanah Jawa. Karena sampai dengan masa Daendels (
Gubernur Jendral yang digantikan Rafless), perkebunan kopi dan lain lain
, hanya boleh ada di Parahyangan /Sunda. Pencurian buah atau mengambil
batang pohon kopi dapat dikenai hukuman berat, apalagi menanam pohon
kopi di kebun pribadi. Rafless melakukan perubahan besar , penanaman
kopi , coklat ,teh dapat dilakukan diseluruh jajahannya.Jumlah pohon
perkebunan yang ditanam mencapai 17 (tujuh belas ) juta pohon. Di
Banyuwangi dibangun perkebunan yang luar biasa luasnya. Sebagai
penghargaan dan kecintaannya terhadap tanah yang subur dan indah orang
orang Scotland menami perkebuanannya sesuai nama daerahnya di Scotland,
yaitu GLEENMORE, GLEENLEVIS, GLEENFALLOCH. Kopi Banyuwangi telah
memiliki nama lokal, sebuah bukti bahwa kopi Banyuwangi memiliki
kwalitas yang baik, entah apa yang terjadi nama itu juga tenggelam.
Untuk mengirim hasil perkebunan ini Raffles , menghidupkan kembali
pelabuhan Banyuwangi.
Tetapi ketika Belanda menguasai kembali Nusantara, Belanda mengeruk
habis hasil perkebunan itu. Rakyat Banyuwangi dipaksa melakukan kerja
rodi untuk membangun jalan kereta api dan terowongan yang menembus
gunung Raung sebuah Terowongan yang terpanjang di Asia ( sampai sebelum
ada MRT). Tetapi Banyuwangi diterlantarkan. Meskipun perkebunan berada
di Banyuwangi ,kantor perkebunan berada di Jember dan ibukota
Karesidenan berada di Bondowoso. Jember dan Bondowoso menikmati
perkebunan dari Banyuwangi, dan Banyuwangi ditinggalkan merana.Sampai
perang kemerdekaan tidak satu sekolahpun ada di Banyuwangi.Banyuwangi
benarbenar disingkirkan.
Tetapi jejak pembangunan Raffles masih ada di Banyuwangi, ketika
penulis masih dalam sekolah dasar ,Guru penulis dengan bangga
menyampaikan bahwa Banyuwangi melakukan export pisang ke Australia.
Semua tindakan itu telah menghasilkan buah yang luar biasa , ketika
spiritual dihancurkan dengan Character assasination, deligimitasi dan
sinisme, fisik dihancurkan sampai tinggal 8000 orang dari 80000 orang,
harta benda dirampok, ras dipojokkan dengan nama Using.Maka orang
Banyuwangi terpinggirkan Orang Banyuwangi melupakan Genocida dan menganggap keradaannya sebagai minoritas adalah hal yang wajar.
Orang Banyuwangi malu menggunakan kata Blambangan, dan bangga
menyebut orang Osing, sebuah sebutan yang tidak jelas maknanya dan
menghina.
Orang Banyuwangi yakin adanya penjajahan kerajaan Mengwi
KESIMPULAN
Dari fakta fakta diatas sulit dibantah VOC dan kerajaaan Belanda , telah melakukan Dislokaing system dan Genocida.
Baik Genocida dan tindakan untuk menutupi Genocida dilakukan
secara systemik dengan melakukan penghancuran situs sejarah, menguras
habis kekayaan rakyat Blambangan, Character Assasination, deligimitasi
dan sinisme, sehingga rakyat Banyuwangi tidak menyadari adanya Genocida
itu dan lebih parah lagi malu sebagai rakyat Blambangan, dan malah
menyebut dirinya sebagai orang Osing,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar