Gerbang Batavia. merdeka.com/aussieclogs.com.au
Awal Jakarta tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan Kastil Batavia yang dibangun Perserikatan Perusahaan Hindia
Timur (VOC). Dari kastil yang sudah tak berbekas itu, ada cerita tentang
gerbang utaranya yang pernah terendam di dasar samudera.
Setelah Jayakarta dikuasai VOC dan kemudian berganti nama menjadi Batavia, mulailah VOC mendirikan pemukiman baru di atas reruntuhan kota yang ditinggalkan penghuninya. Selain itu, VOC di bawah JP Coen juga membangun benteng baru yang diberi nama Kastil Batavia.
Tujuan pembangunan Kastil Batavia untuk menggantikan benteng lama (Fort Jacatra), yang tidak mampu lagi menampung semua aktivitas dan kegiatan dagang VOC.
Seperti dilansir dari Ensiklopedi Jakarta, karangan Yayasan untuk Indonesia, luas Kastil Batavia 9 kali lebih besar dari benteng lama. Bangunan kastil dikelilingi dinding bata yang tebal, pada empat sudutnya dibangun bastion atau kubu pertahanan yang dilengkapi dengan meriam. Keempat bastion tersebut diberi nama seperti nama-nama batu mulia. Seperti bastion diamant (intan), bastion robijn (batu delima), bastion de parel (mutiara), dan bastion safier (batu nilam).
Realisasinya pembangunan kastil dipercepat setelah Sultan Agung dari Mataram (1613-1645) menyerang pertahanan Belanda dua kali, pada tahun 1627 dan 1628. Namun kedua serangan itu gagal. Untuk menghindari kejadian serupa, VOC akhirnya membangun parit mengitari Kastil Batavia.
Kastil Batavia memiliki dua gerbang, yaitu gerbang selatan dan gerbang utara. Gerbang selatan dalam berbagai versi juga disebut Amsterdamsche poort (Gerbang Amsterdam), Pinangpoort (Gerbang Pinang) atau Kasteelpoort. Gerbang selatan merupakan pintu utama menuju Kota Batavia bagi penumpang kapal yang baru saja berlabuh di pelabuhan Sunda Kelapa.
Untuk posisi gerbang selatan saat ini berada di persimpangan Jalan Cengkeh (Prinsenstraat), Jalan Tongkol (Kasteelweg), dan Jalan Nelayan Timur (Amsterdamschegracht) berhadapan dengan balaikota (stadhuis, atau sekarang museum sejarah jakarta).
Seiring berjalannya waktu, kini gerbang selatan sudah lenyap ditelan zaman. Namun misteri yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, kemanakah wujud gerbang utara atau disebut juga Batavia Portico?
Awalnya, pembuatan gerbang selatan dan gerbang utara Kastil Batavia dilakukan di Belanda. Gerbang selatan selesai lebih dahulu dan langsung dikirim ke Batavia. Namun berbeda untuk gerbang utara, ketika 'Kapal Batavia' membawa gerbang seberat 32 ton itu, justru tersesat hingga akhirnya karam di Morning Reef Pulau Abrolhos, 60 km dari Geraldton, Australia pada 4 Juni 1629.
Diduga, karamnya Kapal Batavia yang menyebabkan puluhan awak kapal mati tenggelam, karena keteledoran dari Kepala Kelasi Jan Evertsz. Akhirnya ketika kembali ke Batavia, Evertsz ditangkap dan dieksekusi karena keteledorannya.
Selang 331 tahun kemudian, tepatnya tahun 1960, bangkai kapal Batavia berhasil diangkat. Dan ketika diangkat, gerbang utara Kastil Batavia tetap kokoh dalam balutan terumbu karang. Saat ini benteng utara berada di Museum Australia Barat di Geraldton.
Pada awal tahun 2000-an pemerintah DKI Jakarta sempat berencana memindahkan gerbang utara itu ke Jakarta. Namun hingga kini, kelanjutan dari rencana itu tidak diketahui. Gerbang itu pun masih berada di Australia.
Setelah Jayakarta dikuasai VOC dan kemudian berganti nama menjadi Batavia, mulailah VOC mendirikan pemukiman baru di atas reruntuhan kota yang ditinggalkan penghuninya. Selain itu, VOC di bawah JP Coen juga membangun benteng baru yang diberi nama Kastil Batavia.
Tujuan pembangunan Kastil Batavia untuk menggantikan benteng lama (Fort Jacatra), yang tidak mampu lagi menampung semua aktivitas dan kegiatan dagang VOC.
Seperti dilansir dari Ensiklopedi Jakarta, karangan Yayasan untuk Indonesia, luas Kastil Batavia 9 kali lebih besar dari benteng lama. Bangunan kastil dikelilingi dinding bata yang tebal, pada empat sudutnya dibangun bastion atau kubu pertahanan yang dilengkapi dengan meriam. Keempat bastion tersebut diberi nama seperti nama-nama batu mulia. Seperti bastion diamant (intan), bastion robijn (batu delima), bastion de parel (mutiara), dan bastion safier (batu nilam).
Realisasinya pembangunan kastil dipercepat setelah Sultan Agung dari Mataram (1613-1645) menyerang pertahanan Belanda dua kali, pada tahun 1627 dan 1628. Namun kedua serangan itu gagal. Untuk menghindari kejadian serupa, VOC akhirnya membangun parit mengitari Kastil Batavia.
Kastil Batavia memiliki dua gerbang, yaitu gerbang selatan dan gerbang utara. Gerbang selatan dalam berbagai versi juga disebut Amsterdamsche poort (Gerbang Amsterdam), Pinangpoort (Gerbang Pinang) atau Kasteelpoort. Gerbang selatan merupakan pintu utama menuju Kota Batavia bagi penumpang kapal yang baru saja berlabuh di pelabuhan Sunda Kelapa.
Untuk posisi gerbang selatan saat ini berada di persimpangan Jalan Cengkeh (Prinsenstraat), Jalan Tongkol (Kasteelweg), dan Jalan Nelayan Timur (Amsterdamschegracht) berhadapan dengan balaikota (stadhuis, atau sekarang museum sejarah jakarta).
Seiring berjalannya waktu, kini gerbang selatan sudah lenyap ditelan zaman. Namun misteri yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, kemanakah wujud gerbang utara atau disebut juga Batavia Portico?
Awalnya, pembuatan gerbang selatan dan gerbang utara Kastil Batavia dilakukan di Belanda. Gerbang selatan selesai lebih dahulu dan langsung dikirim ke Batavia. Namun berbeda untuk gerbang utara, ketika 'Kapal Batavia' membawa gerbang seberat 32 ton itu, justru tersesat hingga akhirnya karam di Morning Reef Pulau Abrolhos, 60 km dari Geraldton, Australia pada 4 Juni 1629.
Diduga, karamnya Kapal Batavia yang menyebabkan puluhan awak kapal mati tenggelam, karena keteledoran dari Kepala Kelasi Jan Evertsz. Akhirnya ketika kembali ke Batavia, Evertsz ditangkap dan dieksekusi karena keteledorannya.
Selang 331 tahun kemudian, tepatnya tahun 1960, bangkai kapal Batavia berhasil diangkat. Dan ketika diangkat, gerbang utara Kastil Batavia tetap kokoh dalam balutan terumbu karang. Saat ini benteng utara berada di Museum Australia Barat di Geraldton.
Pada awal tahun 2000-an pemerintah DKI Jakarta sempat berencana memindahkan gerbang utara itu ke Jakarta. Namun hingga kini, kelanjutan dari rencana itu tidak diketahui. Gerbang itu pun masih berada di Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar