Tiket Asian Games IV. (tua-tradisionil.blogspot.com)
Munculnya Tebet sebagai permukiman padat
tidak bisa lepas dari keputusan pemerintah membangun kawasan Senayan
sebagai pusat kegiatan olahraga pada 1959. Kompleks ini dibangun
lantaran Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games keempat pada
1962, setelah empat tahun sebelumnya digelar di Tokyo, Jepang.
“Ada beberapa desa dipindahkan saat itu, termasuk kampung Senayan dan Kebon Baru. Itu adalah penggusuran pertama terhadap rakyat setelah merdeka,” ujar kata peneliti sejarah Jakarta, J.J. Rizal, kepada merdeka.com, kemarin siang.
Perhelatan akbar itu pun berlangsung, diikuti sekitar 2.700 atlet dari 51 negara. Sejumlah negara disponsori India memboikot pesta olahraga itu lantaran Indonesia tidak mengundang Taiwan dan Israel. Alhasil, nama kejuaraan itu diganti Pesta Olahraga Negara-negara berkembang (Ganefo).
Pemerintah tidak mengundang Taiwan karena saat itu Presiden Soekarno beralinasi dengan kubu komunis. Sedangkan alasan tidak mengajak Israel lantaran negara Zionis itu masih menjajah bangsa Palestina.
Awalnya, panitia memilih Sunter sebagai lokasi pembangunan kompleks olahraga buat pelaksanaan Ganefo lantaran kawasan itu belum banyak penghuni. Soekanro menolak gagasan itu sebab jalan ke arah sana belum memadai.
Setelah mempelajari sejumlah tempat, akhirnya Soekarno dan panitia sepakat menunjuk Senayan. Selain bakal dibangun kompleks olahraga, daerah ini juga bakal menjadi taman kota.
Tentu saja perlu areal sangat luas buat mendirikan pusat kegiatan olahraga. Karena itu, Presiden Soekarno memerintahkan pembebasan lahan seluas 360 hektare.
Kawasan Senayan yang rimbun dan ditempati suku Betawi akhirnya dipindah ke tempat yang disediakan pemerintah, yakni Tebet. “Banyak tidak tahu bedol desa itu juga dengan intimidasi tidak sepenuhnya kerelaan penduduk saat itu,” ujar pendiri penerbit Komunitas Bambu itu.
“Ada beberapa desa dipindahkan saat itu, termasuk kampung Senayan dan Kebon Baru. Itu adalah penggusuran pertama terhadap rakyat setelah merdeka,” ujar kata peneliti sejarah Jakarta, J.J. Rizal, kepada merdeka.com, kemarin siang.
Perhelatan akbar itu pun berlangsung, diikuti sekitar 2.700 atlet dari 51 negara. Sejumlah negara disponsori India memboikot pesta olahraga itu lantaran Indonesia tidak mengundang Taiwan dan Israel. Alhasil, nama kejuaraan itu diganti Pesta Olahraga Negara-negara berkembang (Ganefo).
Pemerintah tidak mengundang Taiwan karena saat itu Presiden Soekarno beralinasi dengan kubu komunis. Sedangkan alasan tidak mengajak Israel lantaran negara Zionis itu masih menjajah bangsa Palestina.
Awalnya, panitia memilih Sunter sebagai lokasi pembangunan kompleks olahraga buat pelaksanaan Ganefo lantaran kawasan itu belum banyak penghuni. Soekanro menolak gagasan itu sebab jalan ke arah sana belum memadai.
Setelah mempelajari sejumlah tempat, akhirnya Soekarno dan panitia sepakat menunjuk Senayan. Selain bakal dibangun kompleks olahraga, daerah ini juga bakal menjadi taman kota.
Tentu saja perlu areal sangat luas buat mendirikan pusat kegiatan olahraga. Karena itu, Presiden Soekarno memerintahkan pembebasan lahan seluas 360 hektare.
Kawasan Senayan yang rimbun dan ditempati suku Betawi akhirnya dipindah ke tempat yang disediakan pemerintah, yakni Tebet. “Banyak tidak tahu bedol desa itu juga dengan intimidasi tidak sepenuhnya kerelaan penduduk saat itu,” ujar pendiri penerbit Komunitas Bambu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar