Astrid Ellena secara resmi telah dinobatkan sebagai Miss Indonesia 2011 pada perhaletan ajang pemilihan Miss Indonesia 2011 yang dilaksanakan, Jumat (03/06/2011) malam. Dengan menyisihkan 31 orang finalis dari berbagai daerah di Indonesia, Astrid Ellena berhasil menjadi jawara Miss Indonesia 2011, sekaligus akan mewakili Indonesia dalam ajang Miss World 2011 yang akan dilangsungkan di London, Inggris pada 6 November 2011 mendatang.
Polemik Miss Indonesia, Astrid Ellena sebagai warga asli Jatim belum menemui titik terang. Pasalnya, hingga kini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim sebagai pihak yang dicatut namanya malah terkesan bungkam.
Terpisah, Ellysa Myriana, Ning Favorit 2003 dan Finalis Raka-Raki Jatim di tahun yang sama juga mengatakan bahwa dirinya sebagai salah satu puteri Jatim sangat kecewa jika permasalahan ini benar adanya.“Apalagi kontes semacam ini dikelola oleh pihak swasta bukan pemerintah, jadi mereka memiliki wewenang penuh untuk menentukan siapapun yang menjadi wakil sebuah daerah. Tapi tetap lah asal-usul harus clear” ujaranya, Rabu (8/6).
Sayangnya meski masyarakat Jatim berharap pemerintah agar segera menjelaskan masalah ini, beberapa pihak di Pemprov Jatim terkesan ogah memberikan komentar. Kepala Dinas Pariwisata Jatim, Jarianto saat di telepon mengaku tak mau komentar dan malah melimpahkan ke bawahannya. “Maaf saya tidak bisa komentar,” ujarnya, Selasa (7/6).
Sementara Gubernur Jatim, Soekarwo yang dikabarkan berada di Jakarta dan Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf yang berada di Amerika tidak mengangkat telepon maupun membalas SMS.
Sementara, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim melalui Anggota Komisi E, Saleh Ismail Mukadar menilai panitia perlu mempertanggungjawabkan keterwakilan Jatim di ajang Miss Indonesia. Saleh melihat panitia seharusnya tidak bisa langsung mencomot nama Jatim yang diwakili oleh daerah lain.
“Bagaimana nantinya kalau dia tidak bisa menjelaskan Jatim? Bagaimana kalau dia tidak mengetahui Jatim dan terlihat bodoh? Apa nanti dikira nama Jatim buruk karena itu,” kata Saleh, ketika dihubungi, Rabu (8/6) siang.
Ia menyambut baik kemenangan wakil Jatim di ajang Miss Indonesia. Terlebih lagi ikut mendongkrak nama Jatim dan mempromosikannya. Namun, Ia merasa keberatan jika wakil dari Jatim harus diambilkan dari daerah lain. Saleh merasa pihak panitia tidak seharusnya melakukan itu karena dianggap menyepelehkan potensi masyarakat Jatim.
“Itu kan untuk promosi daerah, kalau citra yang ditampilkan bagus nama daerah akan terangkat. Namun kalau jelek dan bukan wakil dari Jatim itu bagaimana pertanggungjawabnnya?”cetusnya.
Sebelum melayangkan surat keberatan, DPRD Jatim akan melakukan kajian terhadap keterwakilan Jatim di ajang Miis Indonesia. “Kita akan kirim nota keberatan jika dia mencemarkan nama Jatim. Kenapa, karena nama Jatim tidak hanya diwakili oleh satu orang saja. Terlebih lagi, dia bukan warga asli Jatim,” ujarnya.
Sementara Novi Ekayati, Psikolog dari Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya tanpa bermaksud untuk mendiskreditkan salah satu pihak mengatakan sudah menjadi rahasia umum bahwa kontes-kontes pemilihan seperti ini penilaiannya seringkali dilakukan kurang obyektif. “Saya melihat terkadang mereka hanya memikirkan masalah komersiilnya saja, apakah calon yang nantinya terpilih itu bisa menjual atau tidak,” ujarnya.
Bahkan tak jarang, mereka hanya melihat dari kecantikannya saja. “Saya tidak usah sebut nama ya? Semua masyarakat pasti sudah paham lah siapa yang saya maksud,” katanya.
Sementara Indayati Oetomo, Direktur John Robert Power memilih untuk tidak mengomentari permasalahan ini karena dirinya tidak mengikutidan tidak mengetahui secara jelas seperti apa AD/ART kontes Miss Indonesia. “Saya tidak mau berkomentar karena apapun hasilnya itu kan kebijakan mereka, karena kontes semacam bernaung di sebuah yayasan bukan langsung pemerintah,” ujarnya.
Namun, ia menyarankan kontes-kontes pemilihan semacam ini jangan lupa juga untuk mengajarkan generasi muda tentang sportifitas agar misi membawa Indonesia menjadi semakin bangsa yang bermartabat bisa terwujud. “Jangan mengajarkan generasi muda menghalalkan segala cara dalam berprestasi, tapi ajarkan mereka bahwa untuk meraih sesuatu hal mereka harus berusaha keras dan semaksimal mungkin,” tuturnya.
Ortu Asli Surabaya
Sementara, keluarga Ellena menegaskan, meski Ellen ber-KTP (Kartu Tanda Penduduk) Jakarta, tapi ayah dan ibunya asli orang Jatim dan hingga kini mengaku masih ber-KTP dan ber-KK (Kartu Keluarga) Surabaya. Sayangnya,
.“Saya ini asli orang Surabaya, Ibunya Ellen juga asli Surabaya. Kami berdua bahkan juga masih ber- KTP Surabaya. Keluarga kami semua juga ada di Surabaya, saya juga masih punya beberapa properti di Surabaya. Hanya saja saya sekarang tinggal di Jakarta dengan Ellen,” ujarnya Fredrich, Ayahanda dari Astrid Ellena Rabu (8/6).Artinya, meskipun anaknya secara domisili hukum tidak berasal dari Jatim namun tidak serta merta dapat dikatakan kalau anaknya bukan asli Jatim
Ia juga menambahkan, seharusnya soal ini tidak menjadi permasalahan karena secara garis keturunan kan Ellen memang dari Surabaya. “Seperti contoh saja mbak, misalnya saya yang asli orang Surabaya tapi kemudian pindah ke Jakarta. Tapi ketika saya tanya, ya pasti saya jawab saya asli Surabaya kan? Bukan Jakarta,” tuturnya.
Dia juga menyayangkan pendapat dari beberapa pihak dan mengatakan akan memperkarakan ke jalur hukum bila mencemarkan nama baik dan dirasa masuk kategori perbuatan tidak menyenangkan. Bahwa apa yang dilakukan anaknya itu melanggar etika moral. “Kontes pemilihan Miss Indonesia ini kan bernaung di sebuah yayasan, dan penentuan mewakili daerah siapa peserta nantinya itu juga kan hak panitia yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Lagipula, mau diapakan juga anak saya itu darahnya tetap Jatim meskipun ia tak punya KTP dan tidak lagi berdomisili di sekitar wilayah Jatim,” tegasnya.
Apalagi, setelah di selidiki ternyata polling SMS terbanyak yang membuat Ellen menjadi favorit itu bukan dari masyarakat Jatim melainkan dari masyarakat DKI Jakarta. “ Ini kan berarti dukungan Ellen tidak dari Jatim. Padahal kalau terpilih, Ellen jadi mengharumkan nama Jatim juga kan?” ungkapnya.
Mengenai konfirmasi ke Gubernur, dia meralat ucapannya karena temannya anggota DPRD Gresik, Hariadi ternyata belum berhasil menyambungkan dengan Soekarwo.
Polemik Miss Indonesia, Astrid Ellena sebagai warga asli Jatim belum menemui titik terang. Pasalnya, hingga kini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim sebagai pihak yang dicatut namanya malah terkesan bungkam.
Terpisah, Ellysa Myriana, Ning Favorit 2003 dan Finalis Raka-Raki Jatim di tahun yang sama juga mengatakan bahwa dirinya sebagai salah satu puteri Jatim sangat kecewa jika permasalahan ini benar adanya.“Apalagi kontes semacam ini dikelola oleh pihak swasta bukan pemerintah, jadi mereka memiliki wewenang penuh untuk menentukan siapapun yang menjadi wakil sebuah daerah. Tapi tetap lah asal-usul harus clear” ujaranya, Rabu (8/6).
Sayangnya meski masyarakat Jatim berharap pemerintah agar segera menjelaskan masalah ini, beberapa pihak di Pemprov Jatim terkesan ogah memberikan komentar. Kepala Dinas Pariwisata Jatim, Jarianto saat di telepon mengaku tak mau komentar dan malah melimpahkan ke bawahannya. “Maaf saya tidak bisa komentar,” ujarnya, Selasa (7/6).
Sementara Gubernur Jatim, Soekarwo yang dikabarkan berada di Jakarta dan Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf yang berada di Amerika tidak mengangkat telepon maupun membalas SMS.
Sementara, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim melalui Anggota Komisi E, Saleh Ismail Mukadar menilai panitia perlu mempertanggungjawabkan keterwakilan Jatim di ajang Miss Indonesia. Saleh melihat panitia seharusnya tidak bisa langsung mencomot nama Jatim yang diwakili oleh daerah lain.
“Bagaimana nantinya kalau dia tidak bisa menjelaskan Jatim? Bagaimana kalau dia tidak mengetahui Jatim dan terlihat bodoh? Apa nanti dikira nama Jatim buruk karena itu,” kata Saleh, ketika dihubungi, Rabu (8/6) siang.
Ia menyambut baik kemenangan wakil Jatim di ajang Miss Indonesia. Terlebih lagi ikut mendongkrak nama Jatim dan mempromosikannya. Namun, Ia merasa keberatan jika wakil dari Jatim harus diambilkan dari daerah lain. Saleh merasa pihak panitia tidak seharusnya melakukan itu karena dianggap menyepelehkan potensi masyarakat Jatim.
“Itu kan untuk promosi daerah, kalau citra yang ditampilkan bagus nama daerah akan terangkat. Namun kalau jelek dan bukan wakil dari Jatim itu bagaimana pertanggungjawabnnya?”cetusnya.
Sebelum melayangkan surat keberatan, DPRD Jatim akan melakukan kajian terhadap keterwakilan Jatim di ajang Miis Indonesia. “Kita akan kirim nota keberatan jika dia mencemarkan nama Jatim. Kenapa, karena nama Jatim tidak hanya diwakili oleh satu orang saja. Terlebih lagi, dia bukan warga asli Jatim,” ujarnya.
Sementara Novi Ekayati, Psikolog dari Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya tanpa bermaksud untuk mendiskreditkan salah satu pihak mengatakan sudah menjadi rahasia umum bahwa kontes-kontes pemilihan seperti ini penilaiannya seringkali dilakukan kurang obyektif. “Saya melihat terkadang mereka hanya memikirkan masalah komersiilnya saja, apakah calon yang nantinya terpilih itu bisa menjual atau tidak,” ujarnya.
Bahkan tak jarang, mereka hanya melihat dari kecantikannya saja. “Saya tidak usah sebut nama ya? Semua masyarakat pasti sudah paham lah siapa yang saya maksud,” katanya.
Sementara Indayati Oetomo, Direktur John Robert Power memilih untuk tidak mengomentari permasalahan ini karena dirinya tidak mengikutidan tidak mengetahui secara jelas seperti apa AD/ART kontes Miss Indonesia. “Saya tidak mau berkomentar karena apapun hasilnya itu kan kebijakan mereka, karena kontes semacam bernaung di sebuah yayasan bukan langsung pemerintah,” ujarnya.
Namun, ia menyarankan kontes-kontes pemilihan semacam ini jangan lupa juga untuk mengajarkan generasi muda tentang sportifitas agar misi membawa Indonesia menjadi semakin bangsa yang bermartabat bisa terwujud. “Jangan mengajarkan generasi muda menghalalkan segala cara dalam berprestasi, tapi ajarkan mereka bahwa untuk meraih sesuatu hal mereka harus berusaha keras dan semaksimal mungkin,” tuturnya.
Ortu Asli Surabaya
Sementara, keluarga Ellena menegaskan, meski Ellen ber-KTP (Kartu Tanda Penduduk) Jakarta, tapi ayah dan ibunya asli orang Jatim dan hingga kini mengaku masih ber-KTP dan ber-KK (Kartu Keluarga) Surabaya. Sayangnya,
.“Saya ini asli orang Surabaya, Ibunya Ellen juga asli Surabaya. Kami berdua bahkan juga masih ber- KTP Surabaya. Keluarga kami semua juga ada di Surabaya, saya juga masih punya beberapa properti di Surabaya. Hanya saja saya sekarang tinggal di Jakarta dengan Ellen,” ujarnya Fredrich, Ayahanda dari Astrid Ellena Rabu (8/6).Artinya, meskipun anaknya secara domisili hukum tidak berasal dari Jatim namun tidak serta merta dapat dikatakan kalau anaknya bukan asli Jatim
Ia juga menambahkan, seharusnya soal ini tidak menjadi permasalahan karena secara garis keturunan kan Ellen memang dari Surabaya. “Seperti contoh saja mbak, misalnya saya yang asli orang Surabaya tapi kemudian pindah ke Jakarta. Tapi ketika saya tanya, ya pasti saya jawab saya asli Surabaya kan? Bukan Jakarta,” tuturnya.
Dia juga menyayangkan pendapat dari beberapa pihak dan mengatakan akan memperkarakan ke jalur hukum bila mencemarkan nama baik dan dirasa masuk kategori perbuatan tidak menyenangkan. Bahwa apa yang dilakukan anaknya itu melanggar etika moral. “Kontes pemilihan Miss Indonesia ini kan bernaung di sebuah yayasan, dan penentuan mewakili daerah siapa peserta nantinya itu juga kan hak panitia yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Lagipula, mau diapakan juga anak saya itu darahnya tetap Jatim meskipun ia tak punya KTP dan tidak lagi berdomisili di sekitar wilayah Jatim,” tegasnya.
Apalagi, setelah di selidiki ternyata polling SMS terbanyak yang membuat Ellen menjadi favorit itu bukan dari masyarakat Jatim melainkan dari masyarakat DKI Jakarta. “ Ini kan berarti dukungan Ellen tidak dari Jatim. Padahal kalau terpilih, Ellen jadi mengharumkan nama Jatim juga kan?” ungkapnya.
Mengenai konfirmasi ke Gubernur, dia meralat ucapannya karena temannya anggota DPRD Gresik, Hariadi ternyata belum berhasil menyambungkan dengan Soekarwo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar