Mbaru
Niang adalah rumah adat yang terdiri dari 5 tingkat yang ada di Desa
Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. Rumah ini disebut unik karena
bentuknya yang tak biasa, yaitu mengerucut di bagian atap hingga hampir
menyentuh tanah. Biasanya, atap Mbaru Niang terbuat dari daun lontar
yang sudah kering.
Masuk ke dalam rumah, Anda langsung berada di tingkat 1 atau biasa disebut dengan nama lutur atau tenda. Tingkat satu biasa digunakan sebagai tempat tinggal. Naik ke lantai dua, Anda dihadapkan dengan ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama lobo.
Naik lagi ke lantai 3 atau ruang lentar, pelancong bisa melihat banyak benih tanaman untuk bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3, tingkat 4 juga memiliki namanya sendiri, yaitu lempa rae. Lempa rae adalah tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang berhasil.
Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang disebut hekang kode, Anda bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur.
2. Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, NTT
Masuk ke dalam rumah, Anda langsung berada di tingkat 1 atau biasa disebut dengan nama lutur atau tenda. Tingkat satu biasa digunakan sebagai tempat tinggal. Naik ke lantai dua, Anda dihadapkan dengan ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama lobo.
Naik lagi ke lantai 3 atau ruang lentar, pelancong bisa melihat banyak benih tanaman untuk bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3, tingkat 4 juga memiliki namanya sendiri, yaitu lempa rae. Lempa rae adalah tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang berhasil.
Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang disebut hekang kode, Anda bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur.
2. Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, NTT
Masih
di daratan Nusa Tenggara Timur, Anda bisa menemukan rumah adat lain
yang tak kalah unik dengan Mbaru Niang di Manggarai. Tepatnya ada di
Desa Koanara, Kelimutu, NTT. Bisa dibilang, Sao Ria Tenda Bewa Moni
Koanara adalah rumah adat dengan nama terpanjang yang ada di Indonesia.
Tidak hanya itu, bentuknya yang unik juga menarik untuk diamati, terutama atapnya yang sampai menyentuh tanah. Kalau Mbaru Niang memiliki atap dari daun lontar, Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara memiliki atap dari ilalang.
Kalau melihat lebih detil, Anda bisa menemukan tiga jenis rumah yang berbeda, yaitu rumah baku, rumah tinggal, dan lumbung padi. Rumah baku adalah rumah yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang milik leluhur. Sudah ada 13 keturunan yang tulangnya di simpan di rumah ini.
Menengok ke sebelah rumah baku, Anda bisa melihat rumah dengan atap yang seluruhnya menyentuh tanah. Inilah rumah penyimpanan hasil panen sawah. Nah, kalau mau tahu rumah tinggal, cari saja rumah dengan kepala kerbau yang terpampang di depan pintu rumah. Itulah rumah tinggal.
3. Rumah Suku Sasak, NTB
Tidak hanya itu, bentuknya yang unik juga menarik untuk diamati, terutama atapnya yang sampai menyentuh tanah. Kalau Mbaru Niang memiliki atap dari daun lontar, Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara memiliki atap dari ilalang.
Kalau melihat lebih detil, Anda bisa menemukan tiga jenis rumah yang berbeda, yaitu rumah baku, rumah tinggal, dan lumbung padi. Rumah baku adalah rumah yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang milik leluhur. Sudah ada 13 keturunan yang tulangnya di simpan di rumah ini.
Menengok ke sebelah rumah baku, Anda bisa melihat rumah dengan atap yang seluruhnya menyentuh tanah. Inilah rumah penyimpanan hasil panen sawah. Nah, kalau mau tahu rumah tinggal, cari saja rumah dengan kepala kerbau yang terpampang di depan pintu rumah. Itulah rumah tinggal.
3. Rumah Suku Sasak, NTB
Dari
Nusa Tenggara Timur, kini beralih ke Nusa Tenggara Barat (NTB).
Provinsi ini juga memiliki rumah adat yang tak kalah unik dengan yang
ada di NTT, sebut saja rumah adat suku Sasak.
Sama seperti Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, rumah adat suku Sasak juga terbuat dari dedaunan, biasanya jerami. Bagian dinding terbuat dari anyaman bambu atau bisa disebut bedek.
Lihat ke bawah, Anda akan menemukan lantai yang keras seperti terbuat dari semen. Eits ternyata lantai rumah sama sekali bukan terbuat dari semen, melainkan tanah liat yang dicampur kotoran kerbau, juga abu vulkanik. Hasilnya, jadilah lantai yang keras seperti terbuat dari semen.
Melihat ke atas, atap rumah suku Sasak cukup unik karena berbentuk seperti gunung. Jarak antara atap dengan tanah pun cukup dekat yaitu hanya 1,5 sampai 2 meter.
Masuk ke dalam rumah, Anda bisa melihat 3 ruangan. Ruang pertama adalah ruangan induk yang bisa digunakan untuk tempat tidur. Ruang dua digunakan untuk menyimpan benda, sedangkan ruang ketiga digunakan untuk melahirkan sekaligus tempat bersemayamnya jenazah sebelum dimakamkan.
4. Honai, Papua
Sama seperti Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, rumah adat suku Sasak juga terbuat dari dedaunan, biasanya jerami. Bagian dinding terbuat dari anyaman bambu atau bisa disebut bedek.
Lihat ke bawah, Anda akan menemukan lantai yang keras seperti terbuat dari semen. Eits ternyata lantai rumah sama sekali bukan terbuat dari semen, melainkan tanah liat yang dicampur kotoran kerbau, juga abu vulkanik. Hasilnya, jadilah lantai yang keras seperti terbuat dari semen.
Melihat ke atas, atap rumah suku Sasak cukup unik karena berbentuk seperti gunung. Jarak antara atap dengan tanah pun cukup dekat yaitu hanya 1,5 sampai 2 meter.
Masuk ke dalam rumah, Anda bisa melihat 3 ruangan. Ruang pertama adalah ruangan induk yang bisa digunakan untuk tempat tidur. Ruang dua digunakan untuk menyimpan benda, sedangkan ruang ketiga digunakan untuk melahirkan sekaligus tempat bersemayamnya jenazah sebelum dimakamkan.
4. Honai, Papua
Berada
di paling timur Indonesia, Papua tidak hanya memiliki alam yang cantik,
tetapi juga rumah adat yang unik yaitu Honai. Rumah Honai adalah rumah
adat Papua yang terbuat dari kayu. Sama seperti rumah adat unik lainnya,
yang menarik perhatian dari rumah ini adalah bagian atapnya.
Atap Honai berbentuk setengah bola atau kubah yang terbuat dari jerami, seperti rumah suku Sasak.Rumah Honai begitu kecil, sempit, dan tidak berjendela. Sengaja dibangun demikian untuk menahan hawa dingin dari pegunungan sekitar Papua.
Rumah adat ini tidak bisa ditemukan di seluruh Papua, hanya ada di Lembah Baliem, tempat suku Dani berada. Di sini, Anda bisa melihat secara langsung rumah adat setinggi 2,5 meter ini. Meskipun hanya setinggi 2,5 meter, rumah Honai terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat tidur.
Naik ke lantai dua, Anda bisa melihat ruangan yang digunakan sebagai tempat istirahat, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Antar lantai dihubungkan dengan tangga dari bambu. Rumah Honai biasanya ditempati 5-10 orang.
Atap Honai berbentuk setengah bola atau kubah yang terbuat dari jerami, seperti rumah suku Sasak.Rumah Honai begitu kecil, sempit, dan tidak berjendela. Sengaja dibangun demikian untuk menahan hawa dingin dari pegunungan sekitar Papua.
Rumah adat ini tidak bisa ditemukan di seluruh Papua, hanya ada di Lembah Baliem, tempat suku Dani berada. Di sini, Anda bisa melihat secara langsung rumah adat setinggi 2,5 meter ini. Meskipun hanya setinggi 2,5 meter, rumah Honai terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat tidur.
Naik ke lantai dua, Anda bisa melihat ruangan yang digunakan sebagai tempat istirahat, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Antar lantai dihubungkan dengan tangga dari bambu. Rumah Honai biasanya ditempati 5-10 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar