SUSTER Ngesot adalah salah satu legenda urban terkenal di Tanah Air.
Pada Sabtu (10/12) dini hari Suster Ngesot muncul di apartemen Galeri
Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat. Namun suster ini bukan sahabat hantu
pocong, kuntilanak, jelangkung, genderuwo, dan sundel bolong yang
beberapa tahun ini mendominasi bioskop Tanah Air.
Mega Tri Pratiwi (20) menjelma jadi Suster Ngesot untuk memberi
kejutan kepada temannya, Fitra Mahaly, yang sedang berulang tahun ke-18.
Skenarionya, Mega berpenampilan bak Suster Ngesot di depan pintu lift
lantai 17.
Sesuai skenario, Fitra digiring beberapa temannya naik lift. Sebelum
“tampil”, Mega lebih dulu memencet tombol lift agar berhenti di lantai
17. Skenario meleset, karena di dalam lift, tidak hanya ada beberapa
teman Mega, tapi juga Sunarya, Satpam (petugas keamanan) dan karyawan
apartemen.
Akting Mega yang natural sukses membuat temannya takut. Tapi Sunarya
tidak. Ia malah menendang sosok yang mirip Suster Ngesot tersebut.
Prakkk, sepatu lars Sunarya mengenai wajah Suster Ngesot alias Mega. Hal
itu menyebabkan pelipis Mega memar dan gigi bawahnya copot. Seketika
penyamaran Mega terbongkar. Kejadian ini rupanya berbuntut panjang dan
masuk ke ranah hukum.
Berniat Memberi Kejutan, Malah Terkena Tendangan
Orangtua Mega tidak terima dengan perlakuan yang diterima anaknya dan melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Bandung pada Sabtu (10/12), dengan delik pengaduan penganiyaan bernomor LP/3340/XII/2011/Polrestabes.
Sejak itu pro dan kontra menghiasi insiden yang berawal iseng ini.
Ada yang menilai keluarga Mega terlalu arogan, tak sedikit juga yang
menyalahkan tindakan Sunarya. Peristiwa ini telah mengundang simpati
masyarakat yang memberi dukungan pada Sunarya lewat jejaring sosial
Facebook. Kamis (15/12), dukungan masyarakat pada Sunarya menembus angka
12 ribu. “Saya bisa menerima maaf Pak Satpam, tetapi proses hukum harus
terus berlanjut,” ucap Mega yang menggelar jumpa pers pada Rabu (14/12)
malam di sebuah restoran di Bandung. Mahasiswi Raffles Design Institute
Jakarta ini menulis kronologis kejadian yang menimpanya di blog,
www.megavandjabir.blogspot.com.
Versi lain diajukan pihak apartemen Galeri Ciumbuleuit. “Tugas Satpam
itu melindungi. Tiba-tiba ada Suster Ngesot pada pukul 2 pagi, dia
refleks. Maksudnya untuk melindungi orang-orang yang ketakutan di dalam
lift,” ujar Ossie Himawan, Director of Public Relations and
Communications Bird Management, pengelola apartemen Galeri Ciumbuleuit.
Jika Mega sudah memberi penjelasan, tidak begitu dengan Sunarya.
Satpam yang baru beberapa minggu lalu dianugerahi anak kedua itu masih
menghindar dari media. “Tidak disembunyikan. Pak Sunarya sejak Selasa
(13/12) sudah bekerja seperti biasa. Hanya dia tidak terbiasa diliput.
Sesungguhnya, dia syok dengan peristiwa ini,” jelas Ossie ramah.
Sunarya adalah satpam outsourcing yang bekerja di perusahaan penyedia
sekuriti, Wira Garda. Setiap hari ia bolak-balik Malangbong
(Garut)-Bandung untuk menafkahi keluarganya. Perjalanan ditempuh selama 2
jam dengan sepeda motor. “Kasihan Kang Sunarya, dia orang kecil yang
harus menghadapi orang yang memiliki kekuasaan dan uang banyak,” ucap
salah seorang satpam yang tidak mau disebut namanya.
Sunarya boleh lega karena manajemen apartemen Galeri Ciumbuleuit
memberi bantuan hukum kepadanya. “Kami memberi bantuan hukum kepada Pak
Sunarya. Insiden ini terjadi saat dia bertugas,” lanjut Ossie ramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar