Sabtu, 23 April 2011

Eksotika Kawah Ijen dari atas awan

Gunung Kawah Ijen (atau biasa disingkat menjadi Kawah Ijen) merupakan salah satu gunung aktif di Jawa Timur. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Alas Purwo, yaitu taman nasional yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Namun, secara administratif, Kawah Ijen terbagi ke dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur.

Indahnya pemandangan kawah Ijen saat malam hari, apalagi bila langit cerah

Indahnya pemandangan kawah Ijen saat malam hari, apalagi bila langit cerah

Gunung Kawah Ijen memiliki ketinggian sekitar 2.443 meter di atas permukaan laut (dpl) dan telah meletus beberapa kali, yaitu pada tahun 1796, 1817, 1913, dan 1936. Akibat letusan-letusan itu, sebuah kawah lebar menganga dengan keajaiban danau sulfur (belerang) di dalamnya. Konon, karena luas dan kapasitas air belerang dalam kawah ini, Kawah Ijen merupakan salah satu danau kawah terbesar di dunia.

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Perjalanan tamasya menuju Kawah Ijen merupakan perjalanan yang cukup mengesankan. Apabila berangkat dari Kota Bondowoso, para pelancong dapat menyaksikan indahnya perkebunan kopi yang berada di lereng Gunung Kawah Ijen. Perkebunan kopi di sini menghasilkan kopi unggulan berkualitas ekspor. Tak hanya itu, sebelum mencapai Kawah Ijen, kendaraan dapat diparkir sebentar untuk menyaksikan indahnya Air Terjun Banyupahit. Dinamakan banyupahit karena sumber mata airnya berasal dari Kawah Ijen yang mengandung belerang, sehingga airnya terasa pahit, dan berwarna antara hijau bening dan pekat. Selain dapat menikmati kecipak-kecipuk air yang mengalir, pengunjung juga dapat menghirup udara sejuk dari hutan cemara yang berjajar rapi di sekitar lokasi air terjun ini.

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Setelah cukup puas dengan sensasi wisata alam ini, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan menuju Kawah Ijen. Untuk mencapai bibir kawah, diperlukan pendakian sejauh 2—3 kilometer. Meskipun cukup melelahkan, akan tetapi kelelahan itu akan terbayarkan ketika mata dimanjakan dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Gunung Kawah Ijen memiliki kawah dengan garis panjang + 911 meter dan lebar 600 meter. Di dalam kawah itu terdapat “kubangan” air berwarna hijau toska yang mengandung belerang seluas kira-kira 54 hektar, atau sekitar 40 juta meter kubik. Dari pinggiran kawah, mencuat asap beraroma belerang yang pekat. Untuk berjaga-jaga, para pelancong sebaiknya membawa masker guna melindungi paru-paru dari iritasi pernafasan.

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Wisatawan yang berekreasi ke Kawah Ijen juga dapat menyaksikan para penambang sulfur atau belerang. Para penambang ini menaiki punggung gunung yang terjal, kemudian menuruni lereng kawah menuju dinding-dinding belerang yang akan mereka pecahkan menggunakan peralatan sederhana. Bongkahan-bongkahan belerang berwarna kuning kehijau-hijauan itu diangkut menggunakan keranjang dari bambu. Wisatawan yang mendaki ke Kawah Ijen akan berpapasan dengan lalu-lalang para penambang yang dalam sehari dapat bolak-balik menaiki dan menuruni kawah ijen sebanyak tiga kali. Satu pikul keranjang berisi belerang memiliki berat antara 85—120 kilogram, sejumlah angka yang menakjubkan untuk berat yang digotong sejauh 1 km menuju tepat penampungan.

Keistimewaan lainnya dapat dinikmati antara bulan Agustus—September, karena pada bulan-bulan ini pemandangan Gunung Kawah Ijen makin semarak dengan tumbuhnya bunga-bunga abadi atau edelweis jenis kuning dan putih yang sedang mekar. Para pelancong yang menyenangi jenis bunga yang satu ini dapat menikmatinya di sepanjang lereng Gunung Kawah Ijen.

Kawasan wisata Kawah Ijen terbagi ke dalam dua kecamatan dan dua kabupaten, yaitu Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, serta Kecamatan Sempol yang terletak di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia.

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Untuk mencapai kawasan rekreasi Kawah Ijen, para pelancong dapat menuju Kota Bondowoso dengan menggunakan angkutan umum (bus dan angkotan kota) maupun kendaraan pribadi. Dari arah utara (Kabupaten Situbondo), para pelancong dapat menuju Kecamatan Sempol, Bondowoso, dengan waktu tempuh sekitar 2,5—3 jam, melewati jalan beraspal mulus sejauh + 90 km. Dari Desa Sempol, pelancong dapat menyewa kendaraan umum maupun ojek menuju Pos Paltuding yang berjarak sekitar 15 km dari Desa Sempol.

Jika perjalanan dimulai dari arah selatan (Kabupaten Banyuwangi), para pelancong membutuhkan waktu sekitar 30 menit (+ 15 km) untuk sampai di Kecamatan Licin, Banyuwangi, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pos Paltuding sejauh 18 km. Dari Kecamatan Licin menuju Pos Paltuding, wisatawan disarankan menggunakan (menyewa) kendaraan jenis jeep double gardan karena kontur jalan cukup terjal dan kerap rusak karena diguyur hujan dan setiap hari dilewati oleh truk pengangkut belerang.

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Kawah Ijen

Pos Paltuding merupakan pos terakhir sebelum wisatawan melakukan pendakian. Dari Pos Paltuding, wisatawan dapat melakukan pendakian menuju Kawah Ijen sejauh 2—3 km. Pendakian sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk menghindari pekatnya asap belerang. Pada pukul 14.00 WIB, jalur pendakian biasanya ditutup untuk alasan keamanan, karena dikhawatirkan angin yang mengandung belerang mengarah ke jalur pendakian sehingga membahayakan wisatawan.

Kawah Ijen telah memiliki berbagai fasilitas dan akomodasi yang cukup memadai. Jalan beraspal dari Kota Bondowoso menuju Kawah Ijen, misalnya, terbilang mulus dan sangat memadai. Bagi wisatawan yang bertamasya menggunakan kendaraan pribadi, maka area parkir di Pos Paltuding dapat menjadi tempat yang aman untuk memarkir kendaraan. Tak hanya itu, di pos ini juga terdapat beberapa fasilitas untuk bermalam, seperti pondok wisata, penginapan, area perkemahan, serta warung makan.

DPR Ranking pertama korupsi


Bau korupsi DPR kembali tercium. DPR 2009-2014 dinilai masih menduduki rangking pertama urusan korupsi. Pencapaian ini sama saja menegaskan temuan sebelumnya yang menempatkan DPR sebagai lembaga publik sarang praktik korupsi.

Setidaknya survei Kemitraan pada 2010 menyebutkan hal tersebut. Survei yang dilakukan pada 2010 itu dilakukan terhadap tiga lembaga negara yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ditemukan, legislatif menduduki peringkat pertama dalam urusan korupsi yakni sebesar 78%, yudikatif 70%, dan eksekutif sebesar 32%.

Menurut Spesialis Pendidikan dan Pelatihan pada Proyek Pengendalian Korupsi Indonesia Laode Syarif tingginya korupsi di tiga lembaga tersebut dikarenakan tidak adanya program antikorupsi yang holistik. Lebih dari itu, dia menyebutkan tidak ada grand design dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Untuk menghindari masalah laten korupsi di tiga lembaga tersebut, seharusnya ke depan pemberantasan korupsi tidak hanya tertuju pada presekusi tapi juga pada pencegahan. Selain itu, harus ada sistem pencegahan dan penindakan yang terintegrasi antara lembaga penegak hukum (Polisi, Jaksa, KPK,Pengadilan, Penjara).

Adapun target responden adalah anggota parlemen, masyarakat, kalangan pemerintah, akademisi dan media massa.

Berdarkan hasil survei tersebut sebanyak 56% anggora parlemen menilai korupsi DPR tinggi sebanyak 59% responden menilai sedang dan 15% responden menilai rendah. Sedangkan responden dari pemerintah menilai korupsi DPR tinggi sebanyak 79% responden, dan 5% rendah. Masyarakat menilai, 80% korupsi DPR masih tinggi, 5% rendah.

Sebanyak 90% responden akademisi menilai korupsi DPR tinggi dan 3% rendah. Sedangkan, media massa yang menilai korupsi DPR masih tinggi sebesar 84%, 3% sedang dan 4% rendah.