Minggu, 15 Mei 2011

6 Festival Khas di Indonesia

Indonesia sering disebut sebagai raksasa tidur Asia Tenggara, dan julukan itu memang tepat. Dengan lebih dari 18 ribu pulau, gugusan pulau ini memiliki keragaman luar biasa akan apa yang bisa Anda lihat atau lakukan saat berlibur ke sana.

Modernisasi membawa berbagai macam pembangunan (sebagian mengatakan pembangunan yang berlebihan) ke Jakarta, sementara pariwisata Bali kembali hidup setelah sempat hancur ketika ledakan bom 2002 lalu. Ada juga pegunungan seperti Bromo dan Borobudur yang mistis bagi pencari berbagai jenis atraksi, selain juga 6.000 pulau berpenghuni.

Tidak mengherankan bila Indonesia menawarkan berbagai macam festival yang sangat khas menonjolkan budaya mereka, mencerminkan keragaman etnis dan tradisi dari berbagai bagian nusantara. Anda akan menemukan keragaman itu dalam enam festival khas Indonesia ini, mulai dari perayaan seni, batik, tarian dan upacara. Jika mungkin, Anda bisa menyaksikan salah satu festival ketika berkunjung ke Indonesia!

Festival Krakatau

Festival Krakatau adalah festival tahunan yang diselenggarakan di Lampung, diadakan untuk merayakan pulau vulkanik bernama sama, Krakatau. Gunung Krakatau meletus pada 1927, letusan itu kemudian menghasilkan pulau-pulau kecil baru, yang diberi nama Anak Krakatau.



Selama festival, pengunjung dapat menikmati berbagai macam pertunjukkan seperti Karnaval Tuping (Karnaval Topeng Lampung), atraksi gajah serta berbagai macam tarian dari Lampund dan kota sekitarnya. Akhir dari rangkaian acara ini adalah kunjungan ke pulau vulkanik itu, masih aktif tetapi sedang tidur lelap. Untuk sementara!

Festival Kesenian Bali

Salah satu perayaan seni budaya tahunan terbesar di Indonesia, Festival Seni Bali selalu penuh sesak. Selama sebulan penuh, berbagai pertunjukan seni, pameran, dan aktivitas budaya lainnya akan berlangsung di seluruh Bali, menawarkan tarian, musik dan keindahan budaya mereka.


Perayaan terkenal itu menampilkan pertunjukan seperti tarian tradisional yang sudah hampir terlupakan, jejak dari daerah terpencil di Bali, makanan, kerajinan tangan, serta kreasi baru dari sekolah-sekolah tari di Denpasar dan koreografi kontemporer dari seniman nasional dan internasional.


Karnaval Batik Solo

Sejak zaman dahulu, tradisi batik selalu memiliki akar yang sangat kuat di Solo. Kotadi Jawa Tengah itu bahkan telah menjadikan batik sebagai ikon dan identitas, sebuah gambaran tepat dari kota yang terkenal karena keindahan kerajaannya dan kehalusan
perilaku. Karnaval Batik Solo diadakan untuk memperkuat tradisi itu, dan untuk mempromosikan batik pada skala nasional dan internasional.


Acara ini adalah kombinasi upacara, pagelaran busana dan karnaval, semuanya menggunakan batik sebagai tema. Akan ada juga bazar yang menawarkan berbagai macam batik dan suvenir unik Solo.


Festival Musik Etnik Internasional Solo

Salah satu festival terbaru dari Solo adalah Solo International Ethnic Music (SIEM) Festival, yang berfokus pada pertunjukan dan perayaan musik etnis. Ajang ini adalah suatu platform unik bagi kolaborasi antara musik modern dan etnis, seniman lokal dan
internasional.


Daftar panjang para penampil termasuk seniman Minangkabau, Riau, Yogyakarta, Surabaya, Papua, Kalimantan, dan bahkan seniman asing dari Jepang, Australia, India, Selandia Baru dan banyak lainnya.

Gerebeg Mulud

Dalam bahasa Jawa, gerebeg berarti kerumunan orang dan mulud adalah salah satu nama bulan di kalender Jawa. Perayaan itu, juga dikenal dengan nama Sekaten, untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Prosesi itu berlangsung seharian dan 'menampilkan' dua pertunjukan gamelan yang diarak menuju Mesjid Agung.

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/03/20/105728p.jpg

Pada malam hari akan ada pasar di sebelah utara kota untuk menambah kemeriahan kota, tempat yang tepat untuk mencoba berbagai makanan Jawa dan Yogyakarta serta untuk berburu suvenir.


Festival Lembah Baliem

Festival khas Papua ini berakar kepada kepercayaan suku-suku lokal bahwa perang bukan hanya konflik keuasaan dan kepentingan, tetapi juga simbol kesuburan dan kemakmuran. Sejak 20 tahun lalu, pemerintah daerah telah menekankan pentingnya perdamaian antara suku-suku yang berperang untuk mencegah balas dendam berkepanjangan dan hilangnya nyawa. Jadi, Festival Lembah Baliem adalah suatu acara yang diadakan untuk menggantikan perang antar suku itu.


Seperti yang bisa Anda tebak, acara utama adalah perang-perangan antar suku. Bayangkan lebih dari 20 suku berbeda dengan masing-masing 30 hingga 50 orang mengenakan pakaian tradisional, membawa tombak, busur, panah dan parang! Ada juga pertunjukan dan sejumlah atraksi lain, seperti permainan tradisional setempat, tarian, serta masakan lokal.

Sumber : Travellyahoo.com

Hubungan Indonesia dan Negara Zionis Israel


Pemerintah boleh bilang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Tapi fakta di lapangan, menunjukkan hal yang sebaliknya. Pemerintah RI dan Israel justru membina hubungan baik dengan Israel. Sebuah pengkhianatan?

Hubungan ‘mesra’ Indonesia-Israel dimulai sejak pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Tahun 1999, Gus Dur merencanakan untuk membuka kembali hubungan perdagangan dengan negeri penjajah itu, yang telah terputus sejak tahun 1967. Rencana itu pun diwujudkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Luhut Binsar Pandjaitan pada tahun 2001. Menteri ini menandatangani Surat Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 tertanggal 10 Januari 2001 yang melegalkan hubungan dagang antara RI dengan Zionis-Israel.

Kemesraan itu pun terus berlanjut pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada 13 September 2005, Menteri Luar Negeri Hassan Wirayudha bertemu dengan Menlu Israel, Silvan Shalom, di New York, AS. Hassan mengaku pertemuan itu tidak membahas pemulihan hubungan diplomatik. “Kami tidak bicara masalah hubungan diplomatik. Israel sangat tahu posisi Indonesia seperti apa,”katanya. Saat itu pemberitaan di sejumlah media massa asing ramai menyiarkan keinginan Israel untuk membangun hubungan diplomatik dengan Indonesia. Menurut media asing itu, Jerusalem (Israel) telah mengirimkan surat tentang hal itu kepada Jakarta.

Fakta itu sempat membuat SBY kelimpungan. Dengan gerakan tangan dan bahasa tubuh khas, SBY, berkata, “Tidak ada yang gelap, karena, sekali lagi, kita ingin membantu perjuangan bangsa dan rakyat Palestina,”ujar SBY di kantor Perwakilan Tetap Republik Indonesia di New York waktu itu. Sayang jawaban itu tak bisa memberikan makna apa-apa dari pertemuan rahasia tersebut. Sejak itu hubungan kedua negara makin intensif. Memang hubungan ini tidak dijalankan oleh para eksekutif/pejabat negara tapi oleh para pengusaha. Tahun 2006 lalu misalnya, sebuah misi dagang Kamar Dagang dan Industri Indonesia berkun-jung ke Israel. Saat itu Ketua Kadin Indonesia Mohammad Hidayat menan-datangani perjanjian ekonomi kedua negara. ”Indonesia bisa menjadi pasar utama bagi ekspor barang-barang Israel ke Asia Tenggara,”kata Presiden Israel Manufacturers Association, Shraga Brosh dalam acara itu. Sedangkan Hidayat mengatakan kerja sama ini bisa membantu perusahaan-perusahaan Israel untuk melakukan kegiatan di Indonesia.

Kunjungan ini sekaligus menegaskan bahwa telah terjalin kontak yang intensif antara kedua negara di sektor perdagangan. Lihat saja data volume data volume perdagangan Indonesia-Israel selama tahun 2005 mencapai 154 juta dolar. Dari nilai ini, Israel hanya mengekspor 14 juta dolar, sedang Indonesia mengekspor 140 juta dolar ke Israel terutama, terutama untuk barang elektronika, plastik, dan karet. Negara Zionis itu menargetkan volume perdagangan kedua negara bakal mencapai 600 juta dolar di tahun 2010.


Zionis mengincar berbagai proyek penting di Indonesia misalnya proyek pembangunan PLT-Geothermal di Sumatera senilai 200 juta dolar yang dimenangkan oleh Ormat Technology, perusahaan engineering Israel di bidang energi geothermal. Selain itu, Indonesia menjadi sasaran pemasaran produk-produk teknologi biomedik.


Seorang dokter bedah Indonesia yang sering bepergian ke medan konflik di seluruh dunia seperti Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, Somalia, dan lain-lain mengungkapkan banyak peralatan ICU yang ada di rumah-rumah sakit besar di negeri ini dibeli dari Israel. Dalam kaitan itu, lanjutnya, pemerintah Indonesia telah mengirimkan tenaga-tenaga medis Indonesia ke sana untuk pelatihan ICU (Intensive Care Unit). Menurutnya, seperti dikutip eramuslim, rumah-rumah sakit besar yang ada di Indonesia, terutama di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, sudah lazim mengirim tenaga-tenaga medisnya untuk mendapat pelatihan ICU di Israel.

Selain dunia medis, menurut data yang didapatkan situs tersebut, TNI juga telah melakukan pembelian sejumlah senjata api jenis senapan sniper seperti Galil-Galatz keluaran Israeli Military Industries (IMI) beberapa tahun lalu. Kasus ini pernah mengemuka dan menjadi perdebatan publik beberapa waktu lalu namun isunya menguap begitu saja seiring berjalannya waktu.

Bahkan, menurut Jenderal (Pur) Soemitro dalam memoarnya berjudul, ”Soemitro dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkaptib,” menegaskan hubungan yang harmonis antara intelijen Israel, Mossad, dan TNI. Ia menulis: ”David, Raviv, dan Yosi Melman dalam buku mereka Every Spy Prince menulis bahwa Indonesia pernah mengadakan hubungan dengan Mossad. Katanya, Mossad mengirimkan utusan, satu tim dari posnya di Singapura ke Jakarta lalu mengadakan pembicaraan yang berbuah: Pihak Israel menyeleng-garakan latihan buat tentara Indonesia dan intelijennya. Mossad, katanya, telah menganggap pilihan yang bagus, dan intelijen Israel membuka perwakilan-nya di Jakarta dengan ‘berwajah dagang’. Indonesia mengirimkan tenaganya ke Israel untuk mendapatkan pelatihan di sana. Saya sendiri tidak pernah punya hubungan langsung dengan pihak Israel, tidak pernah. Paling-paling, saya ingat, saya pernah datang ke Jl Tosari (kalau tidak salah) memenuhi undangan mata rantai Israel yang ada di Jakarta. Yang saya benar-kan waktu itu mengdakan hubungan dengan Israel, dan itu sehubungan dengan penumpasan PKI, adalah intelijen kita. Dalam hal ini Pak Sutopo Yuwono, Pak Kharis Suhud, dan Nicklany. Tiga orang ini yang saya izinkan. Kami mengadakan hubungan dengan Mossad dan dengan MI-6 (Inggris). Kedua-duanya amat peka mengenai masalah komunis. Amerika (CIA) kalah dalam hal ini. Apalagi setelah terjadinya Water-gate. Hancur intelijen Amerika waktu itu. Kerja sama Indonesia waktu itu dengan intelijen itu (Mossad dan MI-6) adalah meliputi komunisme, dan itu berjalan baik.”

Sebuah blog intelijen di internet mengungkapkan bahwa saat ini malah intelijen Israel telah masuk ke Indonesia. ”Mereka bergerak tidak dalam jumlah yang besar, tetapi sangat efektif karena beberapa agen yang telah mendapat pelatihan melalui “paket wisata rohani” sehingga bisa masuk Israel. Keberadaan beberapa agen lokal yang telah dilatih tersebut kemudian membina beberapa informan, tanpa si informan tahu untuk siapa sebenarnya dia bekerja, karena yang penting mereka menerima bayaran. Dalam pengamatan saya, jumlah agen Mossad yang aktif di Indonesia hanya sekitar 2-3 orang saja, saling bergantian dan hampir selalu berjalan minimal berdua. Pusat komunikasi dan komando tetap berada di Singapura, lagi pula mereka secara mobile bisa bermarkas di mana saja,”tulisnya. Tujuan infiltrasi itu, menurutnya, secara umum memang ditargetkan untuk memperoleh pengaku-an atau pembukaan hubungan diploma-tik. Meski Indonesia bukan negara Islam, tetapi pengakuan keberadaan Israel sangatlah penting dan strategis.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa telah ada hubungan yang ‘harmo-nis’ antara Indonesia dan Israel dengan bungkus di luar masalah diplomatik. Bisa perdagangan, pariwisata atau yang lainnya. Hanya saja hubungan itu disem-bunyikan karena jelas hubungan itu tidak sesuai dengan prinsip bangsa Indonesia khususnya umat Islam yang anti penja-jahan. Bagaimana pun bentuk hubungan itu tidak dapat dibenarkan.

Dalam perkembangannya, prinsip itu dikalahkan oleh mereka yang menjadikan bisnis/uang sebagai segalanya dalam hidup. Para pengkhianat bangsa seakan tak peduli lagi dengan nilai-nilai. Inilah jebakan sukses yang ditanamkan oleh kaum Zionis di negeri ini: menghalalkan segala cara!

Jejak Zionis di Indonesia

Jauh sebelum Indonesia merdeka kaum Zionis sebenarnya telah masuk ke Indonesia. Ridwan Saidi, salah tokoh yang peduli terhadap sejarah Indonesia, dalam bukunya Fakta & Data Yahudi di Indonesia II, menyatakan masuknya Zionis ke Indonesia dibawa oleh kaum Freemansonry. Mereka masuk dengan mendirikan perkumpulan teosofi pada tahun 1875 yang bernama Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (Perkumpulan teosofi Hindia Belanda).

Karenanya, warga Yahudi sudah ada sejak masa kolonial Belanda, khususnya di Jakarta. Pada abad ke-19 dan 20 sampai menjelang Belanda hengkang dari Indonesia, ada sejumlah Yahudi yang membuka toko-toko di Noordwijk (kini Jl Juanda) dan Risjwijk (Jl Veteran) — dua kawasan elite di Batavia kala itu–seperti Olislaeger, Goldenberg, Jacobson van den Berg, Ezekiel & Sons dan Goodwordh Company. Situs swaramuslim menyebutkan, sejumlah kecil pengusaha Yahudi pernah meraih sukses. Mereka adalah pedagang-pedagang tangguh yang menjual berlian, emas dan intan, perak, jam tangan, kaca mata dan berbagai komoditas lainnya. Jumlah kaum Yahudi ini ratusan. Karena mereka pandai berbahasa Arab, mereka sering dianggap keturunan Arab. Apalagi memang banyak di antara mereka yang datang dari Negara Arab karena Negara Israel belum ada. Mereka memiliki persatuan yang kuat. Setiap Sabat (hari suci umat Yahudi), mereka berkumpul bersama di Mangga Besar, yang kala itu merupakan tempat pertemuannya.

Kaum Yahudi ini umumnya memakai paspor Belanda dan mengaku sebagai warga kincir angin. Tak heran di masa kolonial, warga Yahudi ada yang mendapat posisi tinggi di pemerintahan, termasuk gubernur jenderal AWL Tjandra van Starkemborgh Stachouwer (1936-1942).

Dalam buku Jejak Freemason & Zionis di Indonesia disebutkan bahwa gedung Bappenas di Taman Surapati dulunya merupakan tempat para anggota Freemason melakukan peribadatan dan pertemuan. Mereka bernyanyi sambil membaca kitab Talmut dan Zabur, dua kitab suci mereka. Menurut Herry Nurdy, penulis buku tersebut, Gedung Bappenas di kawasan elit Menteng, dulunya bernama gedung Adhuc Stat dengan logo Freemasonry di kiri kanan atas gedung-nya, terpampang jelas ketika itu. Anggota Freemason menyebutnya sebagai loji atau rumah syetan. Disebut rumah syetan, karena dalam peribadatannya anggota gerakan ini memanggil arwah-arwah atau jin dan syetan. Dalam buku “Menteng Kota Taman Pertama di Indo-nesia” karangan Adolf Hueken, SJ, disebutkan, awalnya gedung yang kini berperan penting merencanakan pemb-angunan Indonesia itu adalah bekas loge-gebouw, tempat pertemuan mereka. Loge-gebouw atau rumah arloji sendiri adalah sebuah sinagog, tempat peribadatan kaum Yahudi. Jejak mereka juga tampak di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat dengan berbagai gedung pencakar langitnya.

Menurut Ridwan Saidi, semasa kolonial Belanda, Jalan Medan Merdeka Barat bernama Jalan Blavatsky Boulevard. Nama Blavatsky berasal dari nama Helena Blavatsky, seorang tokoh Zionis-Yahudi asal Rusia yang giat mendukung gerakan Freema-sonry. Wanita yang lahir tahun 1875, oleh pusat gerakan Zionis di Inggris, Fremasonry, diutus ke New York. Di sana ia mendirikan perhimpunan kaum Theosofi. Blavatsky dikenal sebagai propagandis utama ajaran Theosofi. Pada tahun 1853, saat perjalanannya dari Tibet ke Inggris, Madame Blavatsky pernah mampir ke Jawa (Batavia). Selama satu tahun di Batavia, ia mengajarkan Theosofi kepada para elit kolonial dan masyarakat Hindia Belanda. Sejak itu, Teosofi menjadi salah satu ajaran yang berkembang di Indonesia. Salah satu ajaran Theosofi yang utama adalah menganggap semua ajaran agama sama. Ajaran ini sangat mirip dan sebangun dengan pemahaman kaum liberal yang ada di Indonesia. Menurut cerita Ridwan Saidi, di era tahun 1950-an, di Jalan Blavatsky Boulevard pernah berdiri sebuah loge atau sinagog. Gedung itu tak lain adalah gedung Indosat. Tak heran jika perusahaan itu dikuasai oleh Singtel, sebuah perusahaan telekomunikasi Yahudi asal Singapura. Bisa jadi sekarang menjadi sinagog lagi.

Selain di Jakarta, kaum Yahudi membangun komunitas di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Khusus di Surabaya, kaum Yahudi membentuk komunitas sendiri di beberapa


kawasan kota lama, seperti Bubutan dan Jalan Kayon. Di Jalan Kayon No 4, Surabaya, hingga kini berdiri sebuah sinagog, tempat peribadatan kaum Yahudi. Selama ini gerakan mereka tidak gampang terdeteksi masyarakat karena berkedok yayasan sosial dan amal.

Pada 1957, ketika hubungan antara RI-Belanda putus akibat kasus Irian Barat (Papua), tidak diketahui apakah seluruh warga Yahudi meninggalkan Indonesia. Konon, mereka masih terdapat di Indonesia meski jumlahnya tidak lagi seperti dulu. Yang pasti Yahudi dan jaringan gerakannya sudah lama menancapkan kukunya di Indonesia. Mereka ingin menaklukkan Indonesia, sebagai negeri dengan mayoritas Muslim terbesar.

Sumber : wordpress.com

Perayaan Kemerdekaan Israel Akan Digelar di Jakarta


Indonesia belum membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Namun hal ini tidak menghalangi niat sejumlah warga di Jakarta untuk menggelar perayaan hari kemerdekaan Israel. Mereka beralasan tujuan acara ini untuk menjalin persahabatan.

Dalam siaran pers yang disebar ketua panitia, Unggun Dahana, Kamis (12/5/2011) disebutkan acara perayaan akan digelar di sebuah lapangan di Jakarta Selatan pada Sabtu (14/5) di sebuah tempat yang masih dirahasiakan.

Unggun menjelaskan, latar belakang acara ini adalah: Sebagai warga negara yang cinta Proklamasi Republik Indonesia , dan menjunjung tinggi Kedaulatan Republik Indonesia.

Sedangkan tujuan acara adalah: Mengakui dan menghormati Kedaulatan Israel sebagai Negara Yahudi.

Unggun yang merupakan pria asal Yogya lulusan ITS berusia 48 tahun ini kepada detikcom lewat telepon menuturkan, acara perayaan kemerdekaan itu nantinya akan dimulai dengan upacara pengibaran bendera merah putih, diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, pembacaan naskah proklamasi Indonesia dan juga Pancasila.


Setelah itu acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Israel dengan diiringi lagu kebangsaan Hatikvah. "Selanjutnya pembacaan deklarasi kemerdekaan Israel, doa untuk perdamaian dunia dan keamanan di Indonesia," jelas Unggun yang mengaku baru sebulan ini terang-terangan mendukung Israel.

Unggun berharap acara yang digelarnya ini bisa membuka kontak persahabatan antara Indonesia dan Israel. "Agar hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel segera dibuka. Berkatilah Israel dan Indonesia akan diberkati," tutur Unggun yang mengaku bekerja sebagai konsultan migas ini.

sumber : detik.com

Milan Scudetto


AC Milan memetik kemenangan meyakinkan dengan skor 4-1 saat menjamu Cagliari di San Siro. Kemenangan tersebut menyempurnakan pesta juara Rossoneri yang digelar usai laga.

AC Milan merayakan scudetto di San Siro usai mengalahkan Cagliari dengan skor 4-1.

Kevin Boateng mengangkat Piala Serie-A.

Milanisti bersorak-sorai sambil mengibarkan bendera AC Milan.
Milanisti memadati Duomo Square, Milan, untuk merayakan scudetto. Mereka bersorak-sorai saat bus yang membawa tim kesayangannya melintas.

Gadis Jelita sang Putri Pengermis

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota.

Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil.


Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong.

Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.

Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini."
Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali.

Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika.
Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suami nya, dan bila malam tidur di emperan toko itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya.
Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja.

Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita.
Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka.
Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula.

Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat.

"Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita".
Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anak nya dengan hati-hati di dalamnya.
Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti.
Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit.
Begitu lah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh.
Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota.

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah
dipusat kota.
Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.

Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano.Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.

Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.

Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.

Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu.

Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu.

Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayah nya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri.
Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam.
Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang.
Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni.
Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi.
Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni.

Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto.

Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang . Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri.
Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali.
Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanyaannya, misalnya:
kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya.

Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya
kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu.

Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.

Mata nya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?"

Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa laluSerrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri.

Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil.
Ia membentuk yayasan -yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badansosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah.
Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah.
Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik.

Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad.
Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: temukan saya dengan ibu saya".

Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerimakabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka.

Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto.
Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu.

Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik.

Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur.
Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi."

Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan.

Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikut nya yang lebih kecil lagi.
Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan. Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang".

Ia mulai berdoa "Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja".

Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja".

Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya , dan ia mulai
menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan ".

Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat. Jalan itu bernama Los Felidas.
Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.

Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulansberhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain.
Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu.

"Belum bergerak dari tadi." lapor salah seorang.
Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun.
Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya.
"Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu ."

Serrafona memandang tembok dihadapann ya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kaki nya dan ingat ketika ia belajar berjalan.
Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkan nya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.

"Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya,beri kami sehari......Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia....Jadi mama tidak menyia-nyia kan saya".

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya.
Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda.

"Mama.. ..", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan.
Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatann ya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

Perlahan ia membuka genggaman tangann ya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam.
Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

"Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama.
Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama..."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja..

sumber : email kabar teman

Gadis Penjual Keperawanan ...[ satu kisah renungan ]

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima. Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.

Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.

Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:” Maaf, nona … Apakah anda sedang menunggu seseorang? “

“Tidak!” Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.

”Lantas untuk apa anda duduk di sini?”

”Apakah tidak boleh? ” Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam.

” Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang

yang ingin menikmati layanan kami.”

” Maksud, bapak? “

” Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ”

” Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ” Kata wanita itu dengan suara lambat.

” Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ”Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.” Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti.”

” Saya ingin menjual diri saya, ” Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu. Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

”Mari ikut saya, ” Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya. Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperatif karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu..

Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.

” Apakah anda serius? ”

” Saya serius ” Jawab wanita itu tegas.

” Berapa tarif yang anda minta? ”

” Setinggi-tingginya. .’ ‘

” Mengapa?” Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.

” Saya masih perawan ”

” Perawan? ” Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini… Pikirnya

” Bagaimana saya tahu anda masih perawan?”

” Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan …”

” Kalau tidak terbukti? “

” Tidak usah bayar …”

” Baiklah …” Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.” Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ”

” Cobalah. ”

” Berapa tarif yang diminta? ”

” Setinggi-tingginya. ”

” Berapa? ”

” Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ”

” Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya.”

Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu. Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.” Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta.

Bagaimana? ”

” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”

” Ini termasuk yang tertinggi, ” Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.

” Saya ingin yang lebih tinggi…”

” Baiklah. Tunggu disini …” Petugas satpam itu berlalu.Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri..

” Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp.. 6 juta rupiah. Bagaimana? ”

” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”

” Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, Kecuali janji. Dengan uang Rp.. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh … ”

” Saya ingin tawaran tertinggi … ” Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.

” Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya.. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. ” Kata petugas satpam itu dengan agak kesal. Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.

” Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? ” Kata petugas satpam itu dengan sopan.

Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu…” Berapa? ” Tanya pria itu kepada Wanita itu.

” Setinggi-tingginya ” Jawab wanita itu dengan tegas.

” Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? ” Kata

pria itu kepada sang petugas satpam.

” Rp… 6 juta, tuan ”

” Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam.”

Wanita itu terdiam.Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.

” Bagaimana? ” tanya pria itu.

”Saya ingin lebih tinggi lagi …” Kata wanita itu.

Petugas satpam itu tersenyum kecut.

” Bawa pergi wanita ini. ” Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.

” Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ”

” Tentu! ”

” Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu …”

” Saya minta yang lebih tinggi lagi …”

Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.” Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ”

Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.

” Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah itu tidak cukup? ” Terdengar suara pria itu berbicara.Wajah pria itu nampak masam seketika

” Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ”

Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya.. Ada kekesalan di wajah pria itu. Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: ” Pak, apakah anda butuh wanita … ??? ”

Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.

” Ada wanita yang duduk disana, ” Petugas satpam itu menujuk

kearah wanita tadi.Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.”Dia masih perawan..”

Pria itu mendekati petugas satpam itu.Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. ” Benarkah itu? ”

” Benar, pak. ”

” Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu … ”

” Dengan senang hati. Tapi, pak …Wanita itu minta harga setinggi tingginya.”

” Saya tidak peduli … ” Pria itu menjawab dengan tegas.Pria

itu menyalami hangat wanita itu.

” Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ….” Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.

” Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu sambil

menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.

Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.Di dalam kamar …”

Beritahu berapa harga yang kamu minta? ”

” Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ”

” Maksud kamu? ”

” Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih ….”

” Hanya itu …”

” Ya …! ”

Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula

dengan cara-cara terhormat.

” Siapa nama kamu? ”

” Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar …

” Kata wanita itu

” Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ”

”Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ”

” Ada ! ” Kata pria itu seketika..

” Sebutkan! ”

” Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.Terimalah uang ini.Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah … ” Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.

” Saya tidak mengerti …”

” Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya.Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta.Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya.Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar…”

” Dan, apakah bapak ikhlas…? ”

” Apakah uang itu kurang? ”

” Lebih dari cukup, pak … ”

” Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ”

” Silahkan …”

” Mengapa kamu begitu beraninya …. ”

” Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ….Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` … Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan …”

” Keyakinan apa? ”

” Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita … ” Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:” Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini … ”

” Kesadaran… ” .. . .

Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.” Kamu sudah pulang, nak”

” Ya, bu … ”

” Kemana saja kamu, nak … ???”

” Menjual sesuatu, bu … ”

” Apa yang kamu jual?” Ibu itu menampakkan wajah keheranan..

Tapi wanita muda itu hanya tersenyum …Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan ….

” Kini saatnya ibu untuk berobat … ”Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: ” Tuhan telah membeli yang saya jual… ”.

Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya.. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi: ” Antar kami kerumah sakit …”

Istri : Perempuan desa ..[ dalam satu cerita ]

Perempuan itu sedang menyeka air matanya dengan selendang yang sudah lusuh. Tidak bisa mengeluarkan suara sekadar untuk gumamkan gumpalan sedih di dadanya.

Tangannya sedang mengaduk kopi saat itu. Beberapa bulir air yang jatuh dari sela matanya yang tidak seindah saat ia masih sebagai perawan desa dulu, jatuh. Teraduk serta dalam kopi yang akan disajikan ke hadapan suaminya. Bukan karena ia ingin agar lelaki yang sudah menjadi suaminya itu bisa merasakan seperti apa air mata itu. Tidak, ia tidak terpikir untuk itu.

Ada jengah di kedalaman perasaannya sebagai seorang perempuan. Saat ia ingin membawa dua gelas kopi itu. Sebab, dengan begitu ia harus melihat perempuan muda yang baru dinikahi suaminya. Perempuan muda yang membuatnya tidak pernah bisa mengerti. Sudah tahu lelaki itu sudah beristri, namun masih juga menerimanya menjadi suaminya juga. Padahal perempuan yang ditaksirnya masih berusia sekitar 27 tahun itu, bukan dijadikan istri kedua. Tetapi, menjadi istri kelima.

Apalet. Suaminya itu dikenal sebagai lelaki yang senang main perempuan. Ia sudah berkali-kali menikah. Biasanya, setiap ia merasa sudah tidak memiliki kecocokan, pasti langsung ditalaknya. Tidak berapa lama ia akan menikahi perempuan lain.

Hanya Buleuen, perempuan yang menjadi istri pertama itu saja yang tidak akan pernah dicerai. Bukan karena Buleuen masih sangat cantik. Tidak, kecantikan hanya sisa-sisa yang sebagiannya sudah luntur oleh matahari. Sebab sehari-hari ia harus mengupah sebagai buruh tani untuk hidupi kelima anaknya yang masih kecil-kecil. Apalet tidak pernah mencerainya karena cuma ia saja yang sudah berikan anak untuk lelaki itu. Selain, Buleuen tidak pernah banyak menuntut pada lelaki yang lebih banyak menghabiskan waktu di meja judi itu.

Jika beras habis, daripada meminta pada suaminya, Buleuen lebih memilih untuk mengutang pada tetangganya dan kemudian membayar kalau ia sudah menemukan pekerjaan di sawah atau ladang siapa saja nantinya. Begitu terus. Apalet juga, setiap modalnya berjudi tandas, seringkali dengan leluasa bisa mengambil uang simpanan Buleuen yang biasanya disimpan di balik bantal. Buleuen tidak akan mengatakan apa-apa.

Hari itu, suaminya datang kembali ke rumah itu. Buleuen sangat hafal tabiat lelaki yang sudah menikahinya hampir 20 tahun itu. Ia pulang kalau sedang sakit, kehabisan uang atau sedang dalam kejaran polisi. Sebab, ia juga sering terlibat penjualan ganja lintas provinsi. Cuma, kali ini sedikit berbeda. Buleuen dibawa pulang oleh-oleh dari Medan. Beberapa baju bagus yang pertama dulu hanya diberikan saat baru-baru menikah. Sekarang ia mendapatkannya lagi. Lengkap dengan uang beberapa ratus ribu rupiah. Karena dagangan lelaki itu berupa tanaman haram bernama ganja itu berhasil diloloskan ke Batam. Dari sana ia mendapat uang banyak yang dipuaskan untuk berjudi. Juga untuk kawin lagi.

Uang itu tidak membuatnya merasa lega. Sebab, saat membawakan kopi ke hadapannya, Apalet meminta Buleuen untuk tidur di ruang depan nanti malam. Kamar satu-satunya yang biasa mereka tempati sejak dari pertama menikah, malam ini dipakai untuk lelaki itu dengan perempuan yang cantik dan bermake up tebal yang ia bawa juga bersamanya.

Buleuen tidak bisa bicara apa-apa. Ia kehilangan suara. Hanya mengangguk dan mencoba menahan air matanya untuk tidak jatuh di depan lelaki itu.

sumber : email dari teman