Selasa, 22 Maret 2011

Anjing Korban Gempa Jepang, Simbol Kesetiaan

Seekor anjing dalam video itu tetap berada di sisi temannya yang terluka akibat tsunami.

Dailymail melaporkan, dalam kondisi gemetar dan kotor, salah satu dari kedua anjing itu menjaga temannya yang terluka di antara puing-puing sebuah desa di timur laut Jepang. Di tengah penderitaan manusia, usaha anjing-anjing yang menjadi korban tsunami tersebut menjadi simbol bagi orang-orang Jepang.

Kesetiaan merupakan tema yang kuat dalam budaya Jepang dan para komentator memakai dedikasi sang anjing pada temannya sebagai sebuah simbol bagi masyarakat untuk saling menguatkan dalam menghadapi tragedi tersebut.

Ribuan binatang peliharaan menghilang dalam gempa dan tsunami, dan banyak lagi yang terpisah dari pemiliknya. Menurut para saksi mata, anjing-anjing dalam video ini telah diselamatkan dan diletakkan di tempat penampungan walau tampaknya akan sulit untuk mengidentifikasi mereka.

Sebuah kisah favorit Jepang yang telah difilmkan di Amerika Serikat adalah tentang seekor anjing bernama "Hatchiko" yang pemiliknya tiba-tiba meninggal akibat serangan jantung. Anjing yang setia itu setiap hari pergi ke stasiun kereta, berharap dapat berjumpa dengan tuannya sampai anjing itu pun kemudian mati.

Menghormati Bendera, bolehkah ?

KH. A Cholil Ridwan, Lc
Ketua MUI Pusat, Pengasuh PP Husnayain Jakarta

Assalamu’alaikum. Semasa sekolah di Solo ada teman dikeluarkan dari sekolah karena tak mau hormat bendera saat upacara. Bagaimana hukum hormat bendera? Wassalam.

Sugiyarto, HP. 02196845094

Jawaban:
Mengenai hukum menghormati bendera, sejumlah ulama Saudi Arabia yang bernaung dalam Lembaga Tetap Pengkajian Ilmiah dan Riset Fatwa (Lajnah ad Daimah li al Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Ifta) telah mengeluarkan fatwa dengan judul ‘Hukum Menyanyikan Lagu Kebangsaan dan Hormat Bendera’, tertanggal 26 Desember 2003. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang muslim berdiri untuk memberi hormat kepada bendera dan lagu kebangsaan dengan alasan:

Pertama, Lajnah Daimah menilai bahwa memberi hormat kepada bendera termasuk perbuatan bid’ah yang harus diingkari. Aktivitas tersebut juga tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah saw ataupun pada masa Khulafa’ ar-Rasyidun.

Kedua, menghormati bendera negara juga bertentangan dengan tauhid yang wajib sempurna dan keikhlasan didalam mengagungkan hanya kepada Allah semata.

Ketiga, menghormati bendera merupakan sarana menuju kesyirikan. Keempat, penghormatan terhadap bendera juga merupakan bentuk penyerupaan terhadap orang-orang kafir, mentaklid (mengikuti) tradisi mereka yang jelek serta menyamai mereka dalam sikap berlebihan terhadap para pemimpin dan protokoler-protokoler resmi. Padahal, Rasulullah Saw melarang kita berlaku sama seperti mereka atau menyerupai mereka.

Sementara itu, dalam buku Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, dijelaskan bahwa jika yang dimaksud dari hormat bendera adalah sebuah bendera yang sedang berkibar maka penghormatan semacam ini adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan karena bendera adalah benda mati dan dalam penghormatan terdapat unsur mengagungkan. Sedangkan pengagungan tidaklah diperbolehkan untuk makhluk hidup. Lalu bagaimana lagi dengan benda mati yang tidak bisa memberi manfaat, tidak pula bisa mendengar?.

Jika cara penghormatan tersebut adalah ekspresi dari pengagungan terhadap benda mati maka hal itu termasuk kemusyrikan. Jika yang dimaksud dengan hormat bendera adalah menghormati orang yang membawa bendera atau semisalnya maka cara penghormatan yang benar adalah dengan ucapan salam bukan dengan yang lainnya.

Syaikh Shalih al Fauzan ketika menjawab pertanyaan seorang Kepala Sekolah apakah dia harus mengikuti instruksi untuk mengadakan upacara dan menghormati bendera, beliau menjawab: “Tidaklah diragukan bahwa ini adalah perbuatan maksiat sedangkan Nabi mengatakan, ‘Tidak ada ketaatan kepada makhluk jika untuk durhaka kepada sang pencipta’ (HR Ahmad). Jika anda memungkinkan untuk menghindari acara tersebut dan tidak ikut menghadirinya maka lakukanlah”.

Menurut Islam, penghormatan itu disyariatkan kepada sesama muslim dengan cara menyampaikan salam. Allah Swt berfirman, “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS. an Nisa [04]: 86).

Rasulullah Saw bersabda, “Maukah kutunjukkan kepada kalian suatu amalan yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai. Amalan tersebut adalah sebarkanlah ucapan salam di antara kalian”.

Ucapan salam hanya diberikan kepada sesama kaum muslimin. Ucapan salam tidaklah diberikan kepada benda mati, lembaran kain atau semisalnya karena makna ucapan salam adalah doa agar terhindar dari mara bahaya atau salam merupakan salah satu nama Allah. Dengan ucapan salam tersebut seorang muslim mendoakan saudaranya agar mendapatkan kebaikan dan keberkahan.

Sedangkan yang dimaksud dengan hormat bendera pada saat ini adalah berdiri dalam rangka memuliakan dan mengagungkan bendera. Inilah yang difatwakan oleh Lajnah Daimah sebagai perbuatan yang haram karena ‘berdiri’ di sini dilakukan dalam rangka pengagungan.

Jika ada yang mengatakan bahwa dengan menghormati bendera berarti kita menghormati simbol negara, maka jawabannya adalah kita menghormati negara dengan cara yang diajarkan oleh Allah. Yakni dengan mendengar dan taat pada aturan negara yang tidak bernilai maksiat dan sesuai syariat Islam serta mendoakan para aparatur negara agar selalu mendapatkan bimbingan dari Allah. Wallahua’lam bisshawab.

Sumber : www.suara-islam.com



Banci itu pengecut .... ???

Banyak di antara kita menyebut banci itu sebagai waria...benarkah ...??? Sering kita mendengar orang lain mengumpat pada diri kita atau kepada orang lain dan sebaliknya juga kita dengan kata - kata " banci , pengecut....dasar banci ". Wow kata - kata ini terasa menggeletik di telinga dan fikiranku dan kadang juga senyum - senyum sendiri ........hahahahahha ......... benarkah banci itu adalah pengecut ...????

Kita tidak pernah menyadari betapa seorang " maaf " banci itu penuh dengan keberanian terlebih jika mereka sedang mangkal "upss ...... maksudnya mencari nafkah untuk menyambung hidup, berangkat malam - malam di kala yang lainnya pada tidur dan mengistirahatkan raga dan fikiran sejenak dengan berdiam diri di rumah bersama keluarga.

Dandanan super jreng dan terkesan menor ( baca : berlebihan), pakaian super sexy dengan sepatu high hils .." bener yha tulisanya begini ?? " .... belom lagi mereka bisa menekan sekuat tenaga rasa malu yang bagi kita - kita yang menyebut kaum normal " laki - laki / perempuan tulen"

Berbekal asesoris dan modal keberanian mereka mulai menawarkan dagangan di pinggir jalan belom lagi kalau ada razia dari petugas trantib ..... hufff ... bisa bayangkan capeknya lari bila di kejar bukan ...!!!, dan bila ketangkap ...auuu ..... tau sendiri kan akibatnya...

Jika terjadi pelanggan melarikan diri sebelum membayar jasa servis ... wow .... tega banget ..... rebutan lahan dengan sesama "kadang-kadang" .....bertengkar ujung - ujungnya.

Masih pantaskah kita identikan banci itu sebagai seorang pengecut ...??

Salut buat para mereka yang berusaha mempertahankan hidup dengan cara mereka meski terkadang di bilang sampah masyarakat. Goodluck...!!!!