Rabu, 06 April 2011

Kampung Tradisional Takpala di Alor Nusa Tenggara Timur


Kampung Tradisonal Takpala ini didiami oleh Suku Abui yang terdiri dari 15 Kepala Keluarga atau sekitar 70 orang penduduk. Suku Abui di perkampungan ini terbagi atas tiga suku yaitu Suku Marang, Suku Kapitang dan Suku Aweni.

Tempat memasak di Lantai II menyatu dengan tempat tidur

Potret suku yang bermukin di Kampung Takpala ini kesehariannya berkebun dan membuat kerajinan-kerajinan tradisonal. Hasil dari berkebun selain dikonsumsi sehari-hari juga dijual di pasar. Masyarakat kampung ini rata-rata tinggal di rumah tradisional yang dinamakan Fala Foka atau Rumah Gudang yang besar. Fala Foka ini memiliki keunikan karena bentuknya mirip Lopo yang biasa kita jumpai di Pulau Timor, namun karena bentuknya sangat besar, rumah ini mempunyai 4 tingkatan yang digunakan untuk empat keperluang penghuninya.

Mesbah, tempat upacara adat di Takpala

Pada tingkatan pertama setelah kita menaiki tangga digunakan untuk menerima tamu atau juga untuk bersantai. Pada tingkat dua digunakan sebagai tempat untuk memasak, tempat makan dan tempat tidur. Sedangkan pada tingkat tiga dan empat digunakan sebagai gudang penyimpanan barang, makin tinggi tingkatannya makin berharga barang yang disimpan didalamnya.
Tangga menuju tingkat II di Lopo Kampung Tradisonal Takpala

Suku Abui yang tinggal di Kampung Takpala ini juga mempunyai upacara adat yang biasanya diselenggarakan pada tiap bulan Juli. Upacara Tifoital atau upacara memohon berkat sebelum masuk hutan atau berburu ini biasanya diselenggarakan di Mesbah (Tempat Upacara Adat) yang mempersembahkan Kambing atau hewan lainnya untuk disembelih dan darahnya diletakkan di atas Mesbah. Upacara ini biasanya dipimpin langsung oleh Kepala Suku.


Tempat Upacara

Dalam kesehariannya Masyarakat yang mendiami Kampung Takpala ini sangat terbuka dengan masyarakat yang mendatangi kediaman mereka. Rasa bersahabat juga ditunjukan oleh mereka. Berbeda dengan suku Boti, masyarakat Takpala telah memeluk Agama yaitu Agama Kristen.


Lopo yang berjejer

Pilar - pilar Penyangga Perkawinan

Di masa pacaran, boleh jadi cinta memang sejuta rasanya. Namun ketika memasuki perkawinan, modal cinta saja tak cukup untuk mempertahankan kelangsungan sebuah keluarga.

Dalam mencari pasangan hidup, budaya Jawa mengenal sejumlah kriteria yang dikenal dengan istilah bobot, bibit, bebet. Namun pada kenyataannya, banyak orang beranggapan salah satunya saja sudah cukup memenuhi kriteria pasangan hidup. "Cari pasangan ya lihat pribadinya, dong! Punya mobil pribadi, rumah pribadi, dan kalau perlu vila pribadi!" ujar seorang perempuan tanpa maksud bergurau. "Kalau menurut saya sih, yang penting harus punya tanggung jawab," sela seorang teman bicaranya. "Yang paling penting, ya, cinta, dong!" yang lain menyergah tak kalah semangat.

Sebetulnya apa saja, sih, pilar penyangga yang kokoh bagi kelanggengan sebuah perkawinan? Benarkah cinta bisa diandalkan? Sepenuhnya ditentukan oleh kelimpahan materi? Bagaimana soal komitmen dan tanggung jawab? Seberapa penting aspek kepribadian kedua belah pihak? Bagaimana dengan hal-hal lain, bisakah diabaikan?

"Proses menimbang-nimbang memang seharusnya sudah dimulai sebelum suami-istri memasuki gerbang pernikahan," kata Titi P. Natalia, M.Psi. Meski ia tak menyangkal banyak pasangan yang tidak "sempat" melewati proses seleksi. Meminjam istilah anak zaman sekarang, ada tahapan yang mesti dilalui, yakni koleksi, seleksi, baru resepsi.

Akan tetapi, Titi mengingatkan agar kita tidak perlu lagi menoleh ke belakang hanya untuk mempertanyakan apakah tahapan-tahapan tersebut sudah dilalui atau belum. "Sebaiknya lihat saja ke depan. Komitmen dan kesungguhan suami istrilah yang paling dibutuhkan begitu janur kuning sudah dipasang melengkung," tandasnya.

“Dalam mencari calon istri atau suami untuk menuju atau memasuki pernikahan maka yang perlu diingat jangan pernah mencari pasangan untuk menemukan yang cocok karena itu akan menyebabkan suatu ketika bisa tidak cocok tapi carilah pasangan untuk saling mencocokan sehingga pernikahan kita dapat kuat” demikian kata Donald F.R Sendow,M.Div tentang mencari pasangan hidup.

8 Pilar Yang Dibutuhkan
Pilar-pilar yang dibutuhkan demi kokohnya sebuah pernikahan memang tidak sedikit. Berikut di antaranya:

1. Latar belakang keluarga.


Tak bisa dipungkiri, latar belakang keluarga kedua belah pihak pastilah memegang peran penting. Yang termasuk di sini antara lain suku, bangsa, ras, agama, sosial, kondisi ekonomi, pola hidup dan sebagainya. Namun bukan berarti pasangan dengan latar belakang yang sangat berbeda dan bertolak belakang tidak mungkin bersatu. Hanya saja mereka mesti lebih siap dituntut berupaya lebih keras dalam proses penyesuaian diri.

2. Kesetaraan
Kesetaraan akan mempermudah suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Adanya kesetaraan dalam banyak hal dapat meminimalkan friksi yang mungkin timbul. Kesetaraan ini antara lain meliputi kesetaraan pendidikan, pola pikir dan keimanan.

3. Karakteristik Individu


Setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan ini menjadi salah satu pilar yang menentukan langgeng tidaknya sebuah rumah tangga. Individu dengan karakter sulit yang bertemu dengan individu yang juga berkarakter sulit, tentu lebih berat dalam mempertahankan pernikahannya. Sebaliknya, yang berkarakter sulit bila bertemu dengan pasangan yang berkarakter mudah, tentu proses penyesuaian yang harus dijalaninya bakal lebih mulus.

4. Cinta


Jangan anggap sepele kata yang satu ini. Walaupun tidak berwujud, cinta dapat dirasakan. Pernikahan tanpa cinta bisa dibilang ibarat sayur tanpa garam, serba hambar dan dingin. Cinta yang dimaksud adalah cinta yang mencakup makna melindungi, memiliki tanggung jawab, memberi rasa aman pada pasangan dan sebagainya.

Ada yang bilang, setelah sekian tahun menikah cinta biasanya akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Sementara yang tersisa tinggal tanggung jawab. Benarkah? "Tidak harus seperti itu karena cinta bisa dipupuk supaya terus subur. Apalagi menjalani tanggung jawab akan terasa lebih ringan kalau ada cinta di dalamnya," ujar Titi. Meski tentu saja, mempertahankan rumah tangga tidak cukup bermodalkan cinta semata!

5. Kematangan dan Motivasi


Kematangan suami/istri memang ditentukan oleh faktor usia ketika menikah. Mereka yang menikah terlalu muda secara psikologis belum matang dan ini akan berpengaruh pada motivasinya dalam mempertahankan biduk rumah tangga. Namun usia tidak identik dengan kematangan seseorang karena bisa saja orang yang sudah cukup umur tetap kurang memperlihatkan kematangan.

6. Pengertian dan Kebijaksanaan


Semakin dewasa dan lama, perkawinan akan memasuki fase atau level pemahaman yang disebut pengertian. Yaitu proses memahami ketika pasangan kita justru sulit dimengerti. Kejikasanaan memahami apa yang sulit dimengerti menjadi pilar yang kuat menopang perkawinan kita.

7. Penerimaan


Menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa kita dan pasangan kita memang berbeda dan mampu menerima perbedaan itu sebagai seni dalam pernikahan merupakan pilar yang juga penting dalam perkawinan.

8. Partnership


Partnership alias semangat bekerja sama di antara suami dan istri. Tanpa adanya partnership, umumnya rumah tangga mudah goyah. Selain itu perlu "persahabatan" yang bisa dirasakan keduanya. Coba bayangkan, alangkah nikmatnya bila masalah apa pun yang menghadang senantiasa dihadapi bersama dengan seorang sahabat.

Bila Terjadi Kepincangan


Idealnya, menurut Titi, semua pilar tersebut sama-sama ikut menyangga bangunan rumah tangga agar segala sesuatunya menjadi lebih kokoh dan kuat. Namun dalam realitas sering terdapat kepincangan di sana-sini, entah dalam hal motivasi, kesetaraan dan sebagainya. Kalau hal seperti ini yang terjadi, apa yang harus dilakukan?

"Semua terpulang pada tujuan pernikahan itu sendiri. Kalau memang tujuan mereka jelas dan motivasi suami maupun istri kuat, tentu akan ada ´usaha´ dari kedua belah pihak untuk menyelaraskan semuanya," jawab psikolog yang antara lain berpraktik di Empati Development Center. Keduanya akan bersedia menerima pasangannya, apa pun adanya. "Tapi ingat, menerima di sini bukan berarti pasrah begitu saja lo, melainkan harus ada penyesuaian di sana-sini yang bisa diterima bersama."

Mengarungi biduk perkawinan tanpa masalah memang mustahil karena friksi-friksi sangat mungkin muncul kapan saja dan mencakup aspek apa saja. "Namun sekali lagi kembali pada usaha suami dan istri untuk mempersepsikan perbedaan yang ada. Apakah perbedaan itu akan dibesar-besarkan atau dicarikan jalan keluarnya."

Saat menentukan pilihan mungkin saja calon suami/istri adalah yang terbaik. Namun dalam perjalanan hidup perkawinan mereka, di mata istri atau suami, ternyata pasangannya bukan lagi yang terbaik. Lo, kok bisa begitu? "Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang dinamis. Selalu saja ada perubahan. Oleh karena itulah dibutuhkan kesadaran kedua belah pihak untuk terus-menerus menyesuaikan diri."

Singkatnya, walaupun semua pilar yang disebutkan itu ada dalam rumah tangga, tidak ada jaminan bahwa pernikahan ini akan mulus tanpa batu sandungan. Namun setidaknya dengan adanya pilar-pilar kokoh tadi, suami dan istri akan dipermudah dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Gayatri beraksi di DPR ala MD


Gayatri, nasabah Bank Century kembali beraksi lagi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Bahkan dia juga sempat membanding-bandingkan aset di bagian tubuhnya dengan pembobol nasabah Citibank, Malinda Dee.

Gayatri mengenakan celana jins biru tua dan baju ketat seksi tanpa lengan warna hijau. Sehingga terlihat tali bra berwarna putih transparan.

Gayatri juga memakai sandal berhak 5 cm warna putih. Di lehernya, disematkan kalung mutiara putih. Rambutnya dikuncir kuda.

Wartawan sempat menyeletuk, "Ikut-ikutan Malinda Dee nih?"

Gayatri lalu menjawab, "Eh punya Malinda Dee itu palsu. Yang ini asli loh," jawab Gayatri sambil menempatkan dua tangannya di dadanya. Dia juga menyodorkan dadanya kepada wartawan.

Politisi Demokrat yang juga anggota Timwas Century Achsanul Qosasih yang mendengar ucapan dan melihat tingkah Gayatri pun tersenyum.

Gayatri bersama 30 nasabah Century lainnya ke DPR untuk mengikuti rapat Timwas Century dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Gayatri yang berada di balkon DPR, meneriaki LPS sebagai 'Lembaga Perampok Simpanan' dan 'LPS cuma takut dipecat, balikin duit kita'.

Pemimpin rapat Timwas Century Pramono Anung, bahkan sempat memukul palu dan meminta peserta di balkon DPR tenang.

"Ibu-ibu harap tenang, kita rapat dulu," pinta Pramono.

Rapat Timwas Century dengan LPS selesai sekitar pukul 12.50 WIB. Gayatri dan rekannya pun pulang.



Parodi ala melinda dee

"Dalam gelar Kasus Penggelapan uang nasabah Citibank: Ada satu hal yang bikin pusing polisi mengusut Melinda Dee alias MD (pegawai Citibank yang mencuri uang nasabah Rp17 M). Diketahui, payudara MD ternyata hasil operasi Silikon dan dibayar dari hasil kejahatan tersebut. Sekarang polisi bingung bagaimana cara menyita aset tersebut????? Dan semua orang yang pernah menikmati 'aset' tersebut, saat ini merasa khawatir karena bisa masuk penjara lewat pasal TURUT MENIKMATI HASIL KEJAHATAN..:p :p (hahahaah)"


Undangan, Melinda dan Gayus akan menikah di ruang sel Cipinang, Minggu, 1 Mei 2011 jam 09.00 sampai selesai. Tak tanggung-tanggung, tamu yang mereka undang adalah kalangan pejabat kelas A, seperti ketua KPK, Dirjen Pajak, Gubenur BI, dan beberapa pejabat lainnya.


Melinda Dee pasti menangis bombay, tak hanya mobil mewah saja yang kena sita, 'aset'-nya yang satu ini pun tak luput kena sita.

MD kalahkan Jupe [ urusan dada ]


Julia Perez Jadi Biker Seksi Jakarta Julia Perez terkenal sebagai salah satu aktris yang kerap tampil seksi. Saat pemberitaan soal si pembobol kartu kredit, Malinda Dee ramai diperbincangkan, Jupe merasa tersaingi.

"Aku di entertainment nggak pernah ada saingan. Perempuan itu aja tuh lebih, wah itu baskom. Sakit hati gue, dia bawa Rp 17 miliar dibilang boom sex, gue 4 tahun baru dibilang boom sex," ucap Jupe seraya tertawa saat ditemui usai mengisi acara ulang tahun ke-3 'DahSyat' di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (6/4/2011).

Untuk menjaga bentuk tubuhnya, kekasih pesepakbola Gaston Castano itu selalu menjaga pola makan dan olahraga teratur. Jupe bersyukur karena memiliki tubuh yang proporsional.


Meski demikian, aktris berusia 30 tahun itu mengaku memiliki keinginan untuk operasi plastik. Entah serius atau bercanda, Jupe ingin mengubah bagian bokongnya.

"Pengin kalahin Malinda gue, pengin bokong lebih gede lagi. Ya nggaklah, nggak akan pernah puas," tuturnya seraya tersenyum.