Selasa, 15 Juni 2010

Perang Bubat



Perang Bubat adalah perang yang kemungkinan pernah terjadi pada masa pemerintahan raja Majapahit, Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada . Persitiwa ini melibatkan Mahapatih Gajah Mada dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat pada abad ke-14 di sekitar tahun 1360 M. Sumber-sumber tertua yang bisa dijadikan rujukan mengenai adanya perang ini terutama adalah Kidung Sunda dan Kidung Sundayana yang berasal dari Bali .

Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit; yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.

Namun catatan sejarah Pajajaran yang ditulis Saleh Danasasmita dan Naskah Perang Bubat yang ditulis Yoseph Iskandar menyebutkan bahwa niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit, dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajyatajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.

Hayam Wuruk memutuskan untuk memperistri Dyah Pitaloka. Atas restu dari keluarga kerajaan, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamarnya. Upacara pernikahan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubuminya yaitu Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.

Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Berangkatlah Linggabuana bersama rombongan Sunda ke Majapahit, dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.

Kesalah-pahamana

Melihat Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit, maka timbul niat lain dari Mahapatih Gajah Maada yaitu untuk menguasai Kerajaan Sunda, sebab untuk memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya tersebut, maka dari seluruh kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan hanya kerajaan sundalah yang belum dikuasai Majapahit. Dengan makksud tersebut dibuatlah alasan oleh Gajah Mada yang menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat sebagai bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit, sesuai dengan Sumpah Palapa yang pernah ia ucapkan pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta. Ia mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan mengakui superioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri menurut Kidung Sundayana disebutkan bimbang atas permasalah tersebut, karena Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.

Gugurnya Rombongan Sunda

Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggbuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini di akhiri dengan di maki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap pada posisi semula.

Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri dan pejabat kerajaan Sunda, serta putri Dyah Pitaloka.

Hayam Wuruk menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (darmadyaksa) dari Bali - yang saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka - untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau Kidung Sundayana (di Bali dikenal sebagai Geguritan Sunda) agar diambil hikmahnya.

Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang. Gajah Mada sendiri tetap menjabat Mahapatih sampai wafatnya (1364). Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan esti larangan ti kaluaran, yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak timur negeri Sunda (Majapahit).

Sumber : "Perang Bubat", Naskah bersambung Majalah Mangle, Bandung, 1987. Wikipedia






Korea "Chollima" Utara dalam kancah sepak bola dunia

Chollima, itulah julukan timnas korea utara, chollima (tokoh mitos korea berbentuk kuda) berhasil lolos ke piala dunia 2010 di afrika selatan setelah bermain imbang di kandang arab saudi di riyadh. korea utara memantapkan posisinya sebagai wakil asia ke-4 setelah didului oleh korea selatan, jepang,dan australia.

korea utara terakhir kali masuk piala dunia pada piala dunia tahun 1966, tepatnya 44 tahun yang lalu. pada saat itu korea utara mengalahkan timnas italia 1-0 dengan gol yang di cetak oleh pak do-ik.

tapi, langkah chollima terhenti saat babak perempat final, chollima di kalahkan oleh timnas portugal dengan skor 5-3 padahal korea utara mencetak 3 gol lebih dulu. namun kemenangan chollima di gagalkan oleh eusebio, pemain portugal peraih sepatu emas di piala dunia 1966.

berikut line up timnas korea utara di piala dunia 2010 :

cerita kejayaan korea utara pada tahun 1966, di buat film oleh direc tor daniel gordon ber judul “The games of Their Lives”.

Semangat Korea Utara inspirasi Indonesia


Siapapun yang menyaksikan pertandingan Brasil versus Korea Utara (Korut) Rabu (15/6) dini hari pasti memberikan pujian terhadap Ginseng Utara. Betapa tidak, setengah babak pertama Brasil dikurung oleh permainan kolektif Korut.

Barulah pada babak kedua Brasil dapat keluar dari tekanan dan mengakhiri drama dengan skor 2-1.

Korea Utara, datang ke Afrika Selatan dengan status runner up kualifikasi grup Asia. Mereka datang dengan sejarah masuk perempat final Piala Dunia 1966 di Inggris.

Secara sosiologis, rakyat Korea Utara hidup dalam isolasi dunia, sebagai akibat ujicoba nuklir dan rudal balistik yang dilakukan pemerintahnya. Embargo tersebut mengharuskan semua barang-barang impor yang masuk ke Korut disortir.

Namun demikian, rakyat Korut tidak menjadi lemah. Embargo malah membuat mereka tambah kuat. Tak terkecuali di lapangan hijau. Korut kini menjadi kekuatan besar sepakbola Asia. Bahkan semalam mereka bisa membuktikan, juara dunia 5 kali Brasil dibuat kewalahan oleh semangat tempur mereka.

Asosiasi sepak bola Korut telah menghasilkan pemain-pemain timnas yang layak untuk final Piala Dunia FIFA meski dengan sumberdaya dan fasilitas yang kalah dibandingkan asosiasi yang lebih mampu secara ekonomi.

Atas dasar itu, tahun ini (2010) Korut meraih penghargaan "Association of the Year" dari AFC.

Ketertindasan malah membuat Korea Utara bangkit dan menunjukkan kepada dunia bahwa negeri ini bisa berbicara lebih dalam dunia sepakbola.

Vuvuzela bisa mengakibatkan tuli


Vuvuzela dibanggakan publik Afrika Selatan sebagai pemain ke-12 dari tim nasionalnya. Padahal hasil penelitian menyebut kalau suara yang dihasilkan vuvuzela bisa menyebabkan tuli.

Vuvuzela sejak awal, bahkan sebelum Piala Dunia 2010 dimulai, telah memicu kontroversi. Alat tiup sejenis terompet yang punya suara besar itu dianggap bisa mengganggu konsentrasi pemain dan komunikasi pelatih dengan skuadnya di lapangan.

Toh fans Afsel malah menganggap alat tersebut sebagai senjata untuk membantu Steven Pienaar dkk meraih hasil maksimal di Piala Dunia ini.

Laga pembuka Piala Dunia 2010 antara Afsel kontra Meksiko menjadi semacam ajang unjuk gigi Vuvuzela. Di dalam Stadion Soccer City, tiupan Vuvuzela tak berhenti sejak awal hingga akhir laga.

Ternyata terompet berbahan plastik tersebut bisa memicu bahaya. Efeknya akan sangat merugikan karena bisa menyebabkan ketulian. Demikian hasil penelitian yang dimuat di harian terbesar di Afsel, Sunday Times.

Disebutkan kalau suara yang dihasilkan vuvuzela bisa mencapai 127 desibel. Lebih tinggi dibanding gergaji mesin yang 'cuma' 100 desibel atau mesin pemotong rumput (90 desibel). Sedangkan terompet yang menggunakan tabung gas juga hanya berkekuatan 123,6 desibel.

Suara vuvuzela memang cuma berbeda tipis dengan peluit wasit (121,8 desibel) atau drum (122 desibel). Namun karena vuvuzela bertiup hampir sepanjang pertandingan, potensi merusak tersebut kemudia muncul.

Soalnya suara dengan tingkat di atas 100 desibel akan berpotensi merusak saat dibunyikan secara terus menerus selama 15 menit. Disarankan fans untuk meninggalkan stadion mencari lingkungan yang tak terlalu bising.

Darmogandul Piala Dunia 2010


Bola berpusing-pusing. Berhari-hari disepak, jutaan kali menggelinding. Darmogandul melakukan itu. Gondal-gandul menggiring bola. Gandul-gandul pula jatuh bergulingan di tanah. Terus siapa yang jadi Sunan Bonang-nya? Inilah pembuka komentar ngawur piala dunia.

Dunia memang lagi berpesta. Pecinta sepakbola dimanjakan. Pagi siang sore malam laga para duta ditayang. Dan dari sana sedih dan ria saling berselang, mengiring kesebelasan yang diidolakan kalah atau menang.

Afrika Selatan tempat pesta itu. Negeri ini layak sebagai tuan rumah, sebagai apresiasi insani. Berhasil bangkit dari ‘perbedaan’ menuju sama dan sebanding. Nelson Mandela layak mendapat penghargaan itu. Negerinya terpilih sebagai penyelenggara sepak bola dunia, ajang persahabatan, persaudaraan, dan kompetisi negara sejagat.

Darmogandul adalah bagian dari itu. Dia dibenci sekaligus dipuji. Dan dia dicaci tapi tak dipungkiri tetap diharap-harap untuk kembali. Kepolosan dan kejujurannya menempatkan sang tokoh menjadi sinterklas yang paradoks. Kendati di balik itu tersembunyi radiks muasal manusia secara geneologis.

Darmogandul merupakan serat tua. Diasumsikan hasil olah rasa dan olah pikir pujangga sekaligus mistikus Jawa, Raden Ngabei Ronggowarsito. Bercerita tentang keyakinan pra-Islam yang syok ketika agama Allah makin bersinar. Para wali menerima perlawanan pseudo, harus saling adu argumen untuk mendirikan benang yang masih basah.

Adalah Butalocaya yang mendiami Gua Selomangleng di Kediri. Gua yang didefinisikan sebagai persinggahan awal ‘manusia getek’ saat perpindahan bangsa-bangsa di dunia itu terserak di tempat ini. Patung dan arca berdiri gagah. Segagah mereka yang percaya itu adalah tuhan yang harus disembah.

Di tempat ini dialog keras Butalocaya ‘penjaga keamanan mistis’ Kediri dengan Sunan Bonang terjadi. Sang Sunan merusak semua patung yang ada. Alibi guru Sunan Kalijaga itu untuk menyelamatkan rakyat dari sikap sirik. Tapi Butalocaya berasumsi patung dan arca taklah sirik. Itu sebagai bentuk penghormatan manusia Jawa terhadap makhluk lain yang tidak kasat mata tetapi ada.

Debat makin keras dan mengarah SARA. Serat ini kemudian dilabelisasi sebagai ‘kalam wadi’. Tulisan berdasar ungkapan hati kecil yang (harusnya) tak setiap orang boleh membaca dan menikmati. Namun apa hubungannya dengan piala dunia yang saat ini sedang berlangsung?

Darmogandul adalah lambang laki-laki. Dia eufemisme dari kejantanan. Jantan secara harafiah. Dari jantan keras, tegas, ngawur, dan juga kasar, sampai jantan berimplikasi kriminalisasi. Darmogandul layak sebagai padanan dari piala dunia kali ini.

Dari sanepan (kata bersayap yang berfungsi sebagai ramalan) itu, maka kelak yang tampil sebagai jawara tak lagi seperti Italia yang memboyongnya tatkala laga di Jerman. Atau Perancis yang sekadar membangun tembok tebal di pertahanan. Tetapi yang kuat, keras, dan ngototlah yang bakal lahir sebagai juara.

Tanda-tanda itu sebagian sudah terjadi. Inggris draw lawan Amerika Serikat. Yunani kalah lawan Korea Selatan. Italia imbang lawan Paraguay. Dan nasib Prancis juga sama dengan Inggris serta Italia. Siapakah kandidat pembawa pulang trofi Piala Dunia tahun ini?