Jumat, 02 Maret 2012

Arema ISL Menjadi Tujuan Studi Banding Klub Jepang






Arema Indonesia yang berlaga di ISL alias Arema ISL ternyata mampu membuat klub asal Jepang terpukau. Adalah pesona suporter fanatik Arema Indonesia yang tergabung dalam wadah Aremania yang membuat klub Jepang itu terkagum-kagum.

Meskipun Arema Indonesia dan tim-tim lain dari Indonesia belum sanggup berbuat banyak di level sepakbola Asia, terutama di Liga Champions Asia, namun gegap-gempita, fanatisme, dan kreativitas yang ditunjukkan Aremania justru mampu membuat banyak pihak terperangah lantaran takjub.

Salah satu klub asal Jepang, yakni Japan Football University Association (JUFA FC), mengutarakan rasa kagumnya terhadap Aremania dan Arema Indonesia. Mereka akan mengirimkan timnya untuk studi banding ke Malang. Selain melakukan laga persahabatan melawan Arema ISL dan Persela Lamongan, JUFA FC juga ingin merasakan suasana meriah di stadion dengan hadirnya ribuan Aremania.
“JUFA tertarik bekerjasama dengan Arema (ISL) karena Arema merupakan salah satu klub besar Indonesia dan memiliki dukungan besar dari Aremania,” demikian penjelasan dari Media Officer Arema ISL, Sudarmaji, Kamis (2/3).
Di tahun-tahun sebelumnya, JUFA FC lebih sering mengadakan studi banding ke negara-negara Eropa atau Asia Barat (Timur Tengah). Namun, di tahun 2012 ini, mereka memilih Indonesia, tepatnya Malang yang menjadi markas Arema ISL, sebagai tujuan try-out mereka.

Adapun agenda JUFA FC selama di Malang adalah sebagai berikut:
  • 18 Maret 2012 – Persela Lamongan vs JUFA FC di Stadion Surajaya, Lamongan
  • 19 Maret 2012 – Coaching Clinic di Batu, Malang
  • 20 Maret 2012 – Arema ISL vs JUFA FC di Stadion Kanjuruhan, Malang

Danau Matano, Sulawesi Selatan


Danau Matano Sulawesi Selatan, merupakan danau terdalam ke delapan di dunia. Danau Matano adalah sebuah danau di sebelah utara Sulawesi Selatan, tepatnya berada di tengah pulau Sulawesi di di desa Nuha ,Sorowako, Kabupaten Luwu Timur. Danau ini memiliki kedalaman sejauh 600 meter (1.969 kaki), 382 meter di antaranya di atas permukaan laut. danau ini adalah danau terdalam di Asia Tenggara serta terdalam kedelapan di dunia. Danau Matano bukan merupakan pembentukan dari beberapa anak sungai, tetapi terbentuk dari ribuan mata air sehingga tidak akan pernah mengalami kekeringan. Airnya sangat jernih.



Sebagai sumber daya alam yang sangat potensial maka perusahaan tambang nikel terbesar kedua dunia, PT.INCO memanfaatkan buangan air dari Danau Matano sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk pemanfaatan di pabrik, dan juga untuk penggunaan oleh masyarakat. Danau ini juga merupakan satu-satunya jalur penghubung antara sulawesi selatan (Suruako) dengan sulawesi tengah (Marowali) . Danau ini dapat dilintasi dengan menggunakan perahu kayu bermotor selama kurang lebih 30 menit.

Dengan panorama indah yang dikelilingi oleh pegunungan Verbec… , danau Matano ini sangat layak dijadikan tujuan wisata. Pasir pantainya yang putih, dengan ombak yang ramah namun masih memungkinkan untuk berolahraga air semisal renang, layar, ski air, kano dan menyelam. Kecerahan air yang mencapai 23 meter sangat menggoda untuk olahraga snorkling dan diving, apalagi ikan-ikan yang hidup di danau ini merupakan ikan yang sangat khas dan tidak dijumpai di daerah lain. 


Beberapa event lokal dan nasional pernah diselenggarakan disana, antara lain lomba perahu dayung tahunan, Sunday market, year end party, sampai kompetisi renang nasional PRSI menyeberangi danau Matano. Di daerah Sorowako ini , ada tiga pantai yang kerap dikunjungi masyarakat yakni pantai Old Camp, pantai Idee (Pontada) dan pantai Kupu-kupu (Salonsa). Di sisi danau lainnya, desa Nuha, Tapulemo dan desa Matano, juga memanfaatkan danau matano sebagaimana masyarakat Sorowako.
Danau Matano, yang berarti mata air dalam bahasa Dongi, bahasa asli Sorowako, terbentuk dari ribuan mata air yang muncul akibat gerakan tektonik; lipatan dan patahan kerak bumi yang terjadi di sekitar daerah litosfir yang membutuhkan waktu lama untuk terisi oleh air dan membentuk danau sekitar 4juta tahun yang lalu. Di area Sorowako, juga terbentuk dua danau lainnya, danau Mahalona (kedalaman 60mtr) dan danau Towuti (kedalaman 200mtr). Air yang mengalir dari Danau Matano dialirkan melalui sungai Larona ke Danau Mahalona kemudian ke Danau Towuti dan selanjutnya menuju muara melalui sungai Malili dan berakhir di Laut Bone. Sungai inilah yang menjadi penggerak PLTA Larona dan PLTA Balambano. dan PLTA Karebbe.



Danau Matano tak hanya terkenal karena panorama alamnya yang mempesona. Di sana juga ternyata menyimpan banyak keunikan. Dari letak dan komposisi kimianya yang khas hingga kekayaan fauna endemik yang hanya dapat ditemukan pada danau tersebut. Dan yang paling membanggakan pula, dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan tidak terjadi perubahan signifikan terhadap ekosistem danau sejak 1930-an hingga saat ini. Bahkan karena kekhasannya, beberapa ilmuan menilai danau di Sorowako, terutama Danau Matano patut diusulkan menjadi world heritage.


Posisi dasar danau sangat khas, dimana letaknya lebih rendah daripada permukaan laut. Suatu gejala alam yang langka di dunia, hanya dilampaui oleh laut Mati, di lembah Jordan Mesir. Danau Matano juga bersifat isotermal, yang berarti beda suhu antara permukaan dan dasar danau kurang dari dua derajat celsius. Kecerahan air 23 m, padahal banyak danau lain di Indonesia hanya beberapa meter bahkan dm saja. 



Sifat khas lain di jumpai di dekat Desa Matano dimana beberapa mata air muncul dari dasar danau. Lalu pada kedalaman 200-300 m dapat dijumpai kolam ikan dengan indikasi aliran gravitasi di dasar danau. Jenis flora dan fauna yang hidup di Danau Matano bersifat endemic yang masih terjaga dengan baik. Secara awam, flora dan fauna endemik adalah mahluk hidup yang hanya ditemui di suatu tempat dan tidak bisa ditemukan di tempat yan lain. Festival Danau Matano 2009 merupakan festival pertama di adakan di sorowako. Tepatnya di pantai ide yang telah berlangsung selama 2 hari yaitu tanggal 6 – 7 Juni 2009 . Dalam festival ditampilakan beragam kebudayaan yang ada di pesisir danau Matano dan lomba ketangkasan dipesisir pantai.

Saksi Bisu Sejarah Makassar di Benteng Fort Rotterdam




Makassar mempunyai banyak tempat wisata yang menarik. Selain Pulau Samalona dan Pantai Losari, di Makassar terdapat Benteng Fort Rotterdam yang gagah. Benteng ini juga pernah menjadi tempat pengasingan Pangeran Dipenogoro.


Benteng Fort Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan awalnya bernama Benteng Ujung Pandang. Karena dikalahkan belanda, benteng ini berubah nama menjadi Benteng Fort Rotterdam. Jika berkunjung ke Makassar, benteng ini merupakan tempat yang harus dikunjungi. Letaknya berada di pinggiran kota dan mudah dicapai. 


Benteng ini dibangun pada sekitar abad ke-15 oleh Raja Gowa ke-10. Awalnya, benteng ini digunakan untuk melindungi Ujung Pandang, nama Makassar di masa lalu, oleh Kerajaan Gowa. Kerajaan gowa adalah kerajaan besar dan berjaya di Makassar pada masa lampau. Bahan dasar pembuatan benteng ini adalah tanah liat, hingga ditambahkan batu-batu padas untuk mengokohkannya.


Sekitar tahun 1600-an, Benteng Ujung Pandang menjadi saksi perang antara Kerajaan Gowa dengan Belanda. Sultan Hasanudin saat itu memakai benteng tersebut sebagai tempat pertahanan. Hingga akhirnya, Belanda menang dan menduduki Makassar serta benteng tersebut.


Setelah menang, Belanda kembali merenovasi benteng tersebut dan mengganti namanya menjadi Benteng Fort Rotterdam. Nama Fort Rotterdam diambil dari nama tempat kelahiran Cornelis Speelman, penguasa Belanda yang menaklukan benteng tersebut. Pada masa pemerintahan kolonial belanda, benteng ini menjadi salah satu tempat pusat pemerintahan dan penyimpanan rempah-rempah.


Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, giliran Jepang yang menjajah dan menduduki Benteng Fort Rotterdam. Pada masa Jepang, benteng ini menjadi pusat studi dan bahasa. Barulah pada masa kemerdekaan, benteng ini menjadi pusat kebudayaan dan seni Makassar. Di kompleks Benteng Fort Rotterdam juga terdapat Museum La Galigo. Museum ini menyimpan sejarah kebesaran dan peninggalan Kerajaan Gowa.

Benteng Fort Rotterdam pernah menjadi tempat pengasingan Pangeran Diponegoro pada masa penjajahan Belanda. Di sinilah Pangeran Diponegoro ditahan dan menghabiskan sisa hidupnya. Anda dapat melihat ruang tahanan yang sempit, sebagai tempat Pangeran Diponegoro saat ditahan.


Tidak hanya sejarahnya, bangunan Benteng Fort Rotterdam memang menarik. Tempat ini pun sudah menjadi objek foto bagi para traveler atau fotografer. Selain itu, di benteng ini juga terdapat pagelaran Fort Rotterdam Jazz Festival. Pagelaran musik tersebut menampilkan musisi-musisi jazz tanah air.

Berkunjunglah ke Benteng Fort Rotterdam, di sana terdapat banyak pelajaran mengenai sejarah yang menarik.

Maino, puncak ala Sulawesi Selatan

Jika Bogor punya Puncak Pass, Sulsel juga punya Malino sebagai daerah wisata. Di sana, terdapat perkebunan dan hutan pinus yang menjadi daya tarik tersendiri.


Malino adalah salah satu objek wisata yang sayang untik dilewatkan jika Anda berkunjung ke Sulawesi Selatan. Daerah yang kaya akan pemandangan indah ini berada di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Lokasinya sekitar 90 km atau 2 jam perjalanan dari Kota Makassar.


Di sana, wisatawan akan disuguhkan oleh hamparan sawah dan batuan gamping. Belum lagi hutan pinus yang menambah kesejukan di kawasan ini. Malino juga dikenal sebagai kawasan penghasil sayur dan buah. Biasanya, perkebunan inilah yang sering dijadikan lokasi wisata oleh pengunjung. 

 

Kawasan wisata ini juga dikenal sebagai Puncaknya Sulsel, karena daerahnya yang hampir mirip dengan kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.


Anda akan disajikan dengan perjalanan yang berkelok-kelok dan pemandangan pegunungan yang hijau. Kehidupan masyarakat di Malino pun masih tradisonal dan alami, tentu akan memberikan cerita tersendiri. Anda dapat menemukan persawahan yang masih menggunakan kerbau sebagai alat untuk membajak.


Malino juga terkenal sebagai kebun teh. Perkebunan teh yang masih hijau dan sangat asri untuk dipandang. Tidak hanya melihat, Anda juga bisa menikmati wisata memetik daun teh di tempat ini. Dengan pohon-pohon pinus di sekitar kebun teh, akan menjadikan suasana lebih syahdu dan menyenangkan.

 


Selain itu, cobalah untuk menunggangi kuda di tempat ini. Anda dapat menjelajahi kebun teh dengan kuda ditemani kabut-kabut yang dingin di sini. Sambil berkuda, Anda bisa mengambil gambar perkebunan teh dan hamparan perbukitan yang hijau.


Ada beberapa objek wisata menarik lainnya di Malino, seperti air terjun Takapala. Embun dari air terjun ini sangat terasa dingin. Air Terjun Takapala sangat digemari oleh pengunjung. Selain itu, ada juga air terjun Ketemu Jodoh yang sayang untuk dilewati. Mitosnya, banyak pengunjung yang mendapatkan jodoh setelah berkunjung ke tempat tersebut. Apakah Anda berminat?



Berkunjung ke Malino, dijamin akan kembali menyegarkan pikiran Anda. Tempatnya yang tenang, sejuk dan dingin akan menjadi obat untuk menghilangkan stress.

Upacara Labuhan, Memperingati Bertahtanya Sultan Jogja

Ini merupakan upacara Labuhan pertama sejak sepeninggalnya Mbah Maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi, dan digantikan oleh anaknya. Tak hanya warga setempat, para wisatawan juga ikut menyaksikan ritual tahunan ini. 


Minggu pagi, 3 Juli 2011 lalu, warga telah memenuhi area lava tour di Pangukrejo, menanti rombongan labuhan untuk segera naik ke atas. Ini merupakan upacara labuhan pertama sejak sepeninggalnya Mbah Maridjan sebagai juru kunci dan digantikan oleh anaknya.


Mas Lurah Surakso Sihono atau yang biasa dipanggil Pak Asih merupakan juru kunci Merapi yang baru, melanjutkan jejak ayahnya sendiri yaitu Mbah Maridjan. Memimpin upacara labuhan adalah salah satu dari tugasnya sebagai juru kunci. Labuhan Alit yang diadakan setiap tahun ini dilakukan untuk memperingati bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan dilaksanakan setiap tanggal 30 Rajab (penanggalan Jawa).


Berbeda dengan upacara labuhan di Parangkusumo yang dilakukan langsung setelah prosesi di Kraton, labuhan di Merapi dilakukan satu hari setelahnya. Setelah prosesi di Kraton, seluruh uba rampe dibawa oleh utusan dari Kraton kepada Camat Cangkringan. Pada malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, baru kemudian pagi hari berikutnya upacara labuhan dilaksanakan.

 
 
Sekitar pukul 06.30 WIB rombongan mulai berjalan ke atas dengan didampingi tim pengamanan dari relawan Merapi, TAGANA dan SAR. Seluruh rombongan berjalan menyusuri jalan setapak di kaki Merapi dengan perlahan dan hati-hati menuju alas Bedhengan, kurang lebih 1,5 km dari Kinahrejo.

Alas Bedhengan dipilih sebagai lokasi labuhan demi keamanan seluruh peserta labuhan mengingat lokasi lama di bukit Sri Manganti masih belum dapat dicapai pasca-erupsi Merapi tahun 2010. Untuk upacara labuhan pada tahun-tahun berikutnya belum diketahui apakah lokasi akan kembali ke bukit Sri Manganti ataukah masih di alas Bedhengan, semuanya tergantung situasi dan kondisi yang ada.


Sesampainya di tempat labuhan, Sang Juru Kunci Merapi dan para abdi dalem segera memulai prosesi labuhan. Setelah seluruh rangkaian upacara labuhan dilakukan, para abdi dalem mulai mempersiapkan bungkusan plastik kecil-kecil berisi nasi dan ayam guna dibagikan kepada seluruh peserta labuhan. Tidak sedikit wisatawan dari mancanegara yang turut dalam upacara Labuhan karena prosesi Labuhan Alit telah menjadi agenda tahunan dan merupakan daya tarik wisata budaya di Yogyakarta.