Minggu, 29 Mei 2011

'BATAS', Dilema di Batas Negara


Pemain: Jajang C Noer, Marcella Zalianty, Arifin Putra, Piet Pagau, Ardina Rasti, Otig Pakis.

Jaleswari (Marcella Zalianty), dengan ambisi dan kepercayaan diri yang penuh, mengajukan diri untuk megambil tanggung jawab memperbaiki kinerja program CSR bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan. Dia menyanggupi masuk ke daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan dan menjanjikan dalam dua minggu ketidakjelasan itu dapat diatasi.

Ternyata suatu kehendak belum tentu sejalan dengan dengan kenyataan. Daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan memiliki pola kehidupannya sendiri. Mereka memiliki titik pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan. Mereka tidak terlalu perduli tentang kawasan batas negara. Mereka hidup dengan kesadaran wawasan budaya Dayak yang tidak terpisahkan oleh demarkasi batas politik. Peristiwa kehidupan yang unik membawa Jaleswari dalam situasi yang pelik. Konflik batin terjadi ketika dia terperangkap pada masalah kemanusiaan yang jauh lebih menarik dan menyentuh dibanding data perusahaan yang sangat teoritis dan teras kering karena pada hakekatnya masalah rasa sangat relatif dan memiliki kebenaran yang berbeda.

Jaleswari berada dalam tapal batas pilihan. Karisma hutan dan pola hidup masyarakat telah menyadarkan dirinya bahwa upaya memperbaiki kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan adat istiadat setempat. Peristiwa kehidupan manusia yang melanggar adat dan mampu menyengsarakan sesamanya tergelar jelas di depan mata. Jaleswari sangat memahami Adeus, seorang guru yang dipercayakan menjalankan program pendidikan, kini menjadi pribadi pendiam dan apatis, karena sistem pendidikan yang diinginkan perusahaan di Jakarta tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat lebih memilih untuk menjadi tenaga kerja yang dijanjikan jadi kaya oleh penjual jasa bernama Otik. Salah satu korbanya adalah Ubuh (Ardina Rasti), pekerja TKI yang melarikan diri dari negara tetangga. Oleh masyarakat Dayak di sana, Ubuh tak hanya memperoleh perlindungan namun juga kehangatan dan keramahan yang perlahan membuatnya berangsur pulih dari trauma.

Tragedi kemanusiaan ini, merubah pemikiran Jaleswari. Semua peristiwa terjadi di depan matanya. Jiwanya goncang dan Panglima Dayak (Piet Pagau), kepala suku menuntunnya memahami 'bahasa hutan' yang mengetengahkan rasa hormat dan cinta untuk tidak merusak, dan malah sebaliknya menjaga dan meningkatkan harkat manusia dan lingkungan kehidupannya. Langkah Jaleswari sangat membantu Arif (Arifin Putra) sebagai instrumen negara yang dalam penyamaran dan ditugaskan di wilayah perbatasan.

Cerita ini menarik dengan mengajak kita ke lokasi terluar Negara Republik Indonesia. Kecantikan alam dan kearifan lokal memberi penonton suguhan berbeda. Hanya sayang, cerita yang panjang dan bertele-tele justru terkesan membosankan. (kpl/uji/nat)

Genre:Drama
Jadwal Tayang:19 Mei 2011
Sutradara:Rudi Soedjarwo
Produser:Marcella Zalianty
Produksi:Keana Production & Communication
Durasi:-

Indonesia Aman dari Sanksi FIFA


Setelah FIFA memastikan tidak mengagendakan pembahasan khusus tentang Indonesia, Presiden AFC Mohammed bin Hammam pun malah "dicekal". Kekhawatiran indonesia diskorsing sejauh ini (syukurlah) tak terbukti. Kenapa?

Sejak kegagalan menggelar kongres pemilihan Ketua Umum PSSI periode 2011-2015 20 Mei lalu, Indonesia kerap diisukan akan terkena sanksi.

Ini sehubungan dengan surat FIFA perihal penugasan Komite Normalisasi (KN) yang menginginkan adanya kepengurusan baru sebelum 21 Mei. Ketua KN Agum Gumelar bahkan sudah pesimistis jika Indonesia akan lolos dari sanksi.

Dalam pertemuannya dengan Thierry Regenass dan Frank Hattum sebagai perwakilan FIFA, sehari setelah kongres itu, Agum melihat gelagat tak baik dari keduanya. Adanya perlakuan tak baik dari peserta kongres kepada Regenass dan Hattum disinyalir sebagai salah satu penyebabnya.

Hari demi hari berlalu, pemberitaan soal Indonesia terancam sanksi pun kian kencang berhembus di media-media lokal sampai pada Jumat,(27/5) kemarin, FIFA melansir dalam situs resminya agenda Kongres FIFA yang akan dihelat 31 Mei hingga 1 Juli.

Di agenda tersebut, pembahasan mengenai sanksi dan skorsing hanyalah yang menyangkut Brunei Darusallam dan Bosnia Herzegovina.

Lalu FIFA sendiri sebenarnya tidak ada alasan untuk menjatuhkan sanksi dari FIFA karena tak ada pelanggaran statuta atau intervensi pemerintah.

Sabtu (28/5) sore WIB, Agum mengadakan jumpa pers dengan awak media yang salah satu isinya adalah mengungkapkan jika rekomendasi Indonesia untuk dikenai sanksi muncul dari perwakilan AFC yang hadir pada kongres itu. Dalam hal ini Alex Sosay lah orangnya.

Pernyataan Agum setelah malah langsung dibantah oleh Sekjen FIFA Jerome Valcke. Dari informasi yang dihimpun detiksport, Valcke sudah sudah menegaskan jika Indonesia sudah aman dari sanksi. Dan pada sidang Komite Eksekutif FIFA 30 Juni ini, tak ada pembahasan soal itu.

"Confirm (dipastikan) tidak ada sanksi buat Indonesia dan tidak ada di agenda kongre. Saya baru bertemu Jerome Valcke. Sidang Exco FIFA akan membahas laporan (Thierry) Regenass dan Frank van Hattum yang hadir dalam kongres PSSI,” ujar Farid Rahman yang adalah anggota delegasi khusus Gerakan Reformasi Sepakbola Nasional Indonesia (GRSNI).

Satu lagi yang memperkuat fakta jika Indonesia akan lolos adalah dicekalnya Bin Hammam oleh Komite Etik FIFA terkait dugaan kasus suap dalam pemilihan presiden baru FIFA.

Hammam dikenal dekat dengan kepengurusan PSSI sebelumnya, di mana dulu ia termasuk salah satu pihak yang melanggengkan Nurdin Halid memimpin PSSI dari balik jeruji besi.

Kini setelah beberapa fakta itu dibeberkan, masih adakah ketakutan Indonesia akan terkena sanksi?

sumber : detik

Karya Anne Avantie


Kemeriahan itu adalah pergelaran tunggal karya perancang kenamaan, Anne Avantie.


Perancang 57 tahun tersebut menandai 22 tahun kiprahnya di dunia mode dengan mempersembahkan pergelaran itu untuk orang-orang yang turut membesarkannya ketika dia kecil dan hingga remaja di Solo.