Selasa, 09 Desember 2014

Makam Gandrung di Kabupaten Banyuwangi

SEBUAH kompleks makam tua ter dapat di tepi pantai Semenanjung Sembulungan. Bangunan tersebut terlihat cukup menonjol di antara gubuk-gubuk lain di pantai berpasir putih tersebut. Kom pleks makam itu juga dikelilingi pagar tembok. Gerbangnya juga lumayan ko koh dengan tulisan “Selamat Datang” di bagian atasnya. Tepat pada sisi utara kompleks tersebut ada makam.

Bangunan inti makam itu dikelilingi tembok dan ditutup atap genting. Lantai bangunan dilapisi keramik warna putih Namun, lantaran tidak ada juru kunci yang merawat makam tersebut, kawasan tersebut terkesan kurang bersih. ‘’Memang tidak ada juru kuncinya. Hanya sesekali saja kalau ke betulan ke sini, kami yang menyapu dan membersihkan,’’ ujar Sunamin, seorang nelayan asal pesisir Tratas, Kecamatan Muncar.
Tepat di tengah bangunan itu ter dapat tirai putih, semacam kain kafan, yang mengelilingi se kaligus menutup makam. Jarak kain pembatas dengan makam sekitar 1,5 meter. Kain itu dipasang mirip seperti penutup dipan (tempat tidur) kuno yang berfungsi sebagai pelindung nyamuk. Ketika tirai tersebut dibuka, ter lihat dua makam yang posisinya berdampingan. Dilihat dari bentuk dan jenis nisannya, makam tersebut diperkirakan su dah berumur puluhan hingga ratusan tahun.

Namun, sejarah asal-muasal makam tersebut masih belum begitu jelas. Itu lantaran banyak versi yang berkembang di masyarakat terkait sosok tokoh yang dimakamkan di lokasi tersebut. Salah satu versi yang beredar di masyarakat Muncar, makam ter sebut merupakan makam se pasang penari gandrung di masa lalu. Konon, saat itu tengah digelar upacara tradisi petik laut di Perairan Muncar. Lantaran sesaji yang di berikan dalam tradisi itu kurang lengkap, muncullah petaka di tengah laut.

Sepasang penari gandrung itu meninggal dunia saat upacara petik laut itu. Selanjutnya, jenazahnya di makamkan di Tanjung Sembulungan tak jauh dari lokasi pem buangan sesaji Petik Laut. Karena itu, ada warga yang menyebut makam tersebut merupakan makam Mbah Gandrung. Sementara itu, versi lain menyebutkan, makam tersebut merupakan makam Sayid Yusuf.

Sayid Yusuf dikenal sebagai tetua nelayan Muncar. Pada se tiap kegiatan petik laut Muncar selalu diadakan ziarah ke ma kam tersebut. Pada masa hidupnya, Sayid Yusuf sangat menyukai Gandrung, sehingga ku burannya disebut dengan makam gandrung. Bahkan, setiap pe tik laut, kesenian Gandrung dipentaskan di sekitar makam. Itu untuk menghormati sang tetua.

Versi lain menyebutkan, kompleks tersebut adalah makam Mbah Kalong. Namun, referensi yang menyebutkan tentang figur Mbah Kalong itu sangat minim. Biasanya, warga Banyuwangi, Situbondo, dan sekitarnya, yang berziarah kelokasi itu menyebut makam itu se bagai tempat peristirahatan yang terakhir Mbah Kalong. Ada pula yang menyebut makam ini sebagai makam keramat Mbah Agung Kalong. sumber : radar Banyuwangi