Sabtu, 22 Maret 2014

Ini Gadget yang "Sekarat" Dijegal Smartphone


Smartphone biasanya sudah dilengkapi kalkulator yang cukup canggih. Jadi tidak perlu lagi menggunakan kalkulator seperti ini, kecuali mungkin di toko-toko. 


Penjualan pemutar musik MP3 terus menurun, bahkan iPod yang boleh dibilang paling populer. Apalagi kalau bukan digerus smartphone yang memiliki pemutar musik canggih dan suara jernih. 


Smartphone generasi terbaru sudah dibekali kamera canggih dan sudah bisa menggantikan kamera saku. Penjualan kamera saku pun terindikasi anjlok.

Zaman dahulu, orang membaca peta kertas jika tidak mengenal lokasi. Saat ini, peta yang sangat canggih seperti Google Maps sudah menggantikannya.

Dulu untuk bangun tidur, diperlukan alarm terpisah seperti ini. Kini, banyak yang beralih menggunakan ponsel.


Perangkat GPS terpisah seperti ini saat ini juga sudah bisa digantikan ponsel cerda. 

Telepon landlines seperti ini rasanya sudah jarang digunakan terutama di rumah tangga karena kedatangan ponsel dan smartphone. 

Komputer meja mungkin tidak diminati seperti dulu karena berbagai fungsinya sudah bisa digantikan perangkat mobile, termasuk smartpohone.


Perekam suara digital kini sudah tidak terdengar gaungnya. Smartphone juga bisa melakukannya dengan kemampuan yang tidak kalah bagus.


Konsol game portabel lambat laun tergerus smartphone dengan kemampuan gaming yang semakin canggih dan aplikasi melimpah.

Smartphone juga bisa merekam video kualitas tinggi. Buat apalagi membeli camcorder? 

Netbook dulu sangat populer, namun tergerus zaman. Salah satunya karena kedatangan perangkat mobile seperti smartphone.

Dahulu, perangkat PDA (Personal Digital Assistant) sangat populer. Namun kini hampir tidak ada gaungnya karena kedatangan smartphone. 

Barcelona dan Pemberontakan yang Tak Pernah (Dibuat) Selesai





“Barcelona adalah senjata dahsyat dari sebuah bangsa tanpa negara,” Manuel Vazquez Montalban.

El Clasico bukan sekadar pertarungan 90 menit di lapangan antara Real Madrid melawan Barcelona. Ini adalah pertarungan dua bangsa dalam sebuah negara bernama Spanyol.

Memang, bayangan kudeta, perlawanan, atau pemberontakan akan selalu membayangi El Clasico. Karena itu pula gaungnya akan selalu lebih tinggi, dinanti, dan diikuti ketimbang laga besar lain, atau derbi sekalipun. Sebab yang klasik sudah tentu punya nilai lebih tinggi.

Kedua klub memang selalu (dan akan senantiasa) berseberangan karena paham-paham klasik. Real klub ibu kota, Barca pinggiran dan lepas pantai. Real asli Spanyol, Barca kebanyakan imigran. Fans Real menganut paham kanan yang nasionalis, fans Barca memilih kiri dengan etno nasionalis. Dan, tentu saja, Los Blancos jadi wakil kerajaan, sementara Blaugrana sang pemberontak.

Bangsa Imigran yang Ingin Merdeka

Biasanya, kisah pemberontakan biasanya lahir dari tanah kesengsaraan. Tapi tidak dengan cerita dari Katalunya. Daerah yang berada di pesisir pantai ini sebenarnya lebih maju dan kaya.

Bahkan ketika belum bersatu dalam Kerajaan Spanyol, Katalunya adalah pusat perdagangan, kebudayaan, dan jalur utama masuk ke Spanyol, dengan banyak saudagar dan kapitalis yang berkuasa di Spanyol berasal dari Barcelona. Tak heran jika mereka merasa lebih dulu tahu tentang dunia luar, ketimbang Madrid yang pusat pemerintahannya di tengah-tengah Spanyol.

Di pantai Katalunya, imigran-imigran yang tersisih dari negaranya masing-masing diterima dengan baik. Mereka dianggap saudara senasib. Dan pembauran inilah yang menjadikan Katalunya merasa berbeda. Mereka berpikir sebagai bangsa yang harus bebas. Apalagi para awak kapal yang bersandar di pelabuhan kerap membawa cerita indah tentang kemerdekaan negara-negara luar.

Menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan juga membuat Katalunya berpikir bahwa mereka lebih besar dari Spanyol. Apalagi Katalunya selalu berada di bawah pendudukan politik tuan tanah Kastilia yang tinggal di Madrid, meski lebih maju secara ekonomi. Katalunya hanya sapi perah bagi kumpulan orang udik tak berdaya yang duduk-duduk manis di Madrid.

Keresahan itu lalu dimanfaatkan oleh pengusaha Swiss dan eks kapten FC Basel, Joan Gamper, dengan beberapa ekspatriat Inggris yang doyan sepakbola. Mereka mendoktrin Katalunya bahwa perjuangan mereka bisa disuarakan melalui sepakbola.

Gamper, yang kemudian meminta dirinya dipanggil “Hans Gamper” agar lebih Spanyol, mendirikan Football Club Barcelona pada 1899. Sang presiden pertama, yang belum move on dari FC Basel itu, lalu memilih warna merah biru klub lamanya untuk dipasang di Barcelona. Berikut pula terkait logo. Gamper menyelipkan logo FC Basel dan logo bendera negara Swiss di dalam logo Barcelona.

Klub itu kemudian dibalut slogan, “Mes que un club”, atau lebih dari sebuah klub. Tagline itu untuk selalu mengingatkan bahwa Barca bukanlah klub sepak bola biasa dan bahwa Katalunya bukan sekadar daerah biasa. Ada yang diperjuangkan dengan didirikannya klub ini.



Seorang penulis kontemporer besar di Spanyol, Manuel Vazquez Montalban, dalam novelnya berjudul "Offside", menggambarkan Barca dan Katalunya dengan kalimat, "senjata dahsyat dari sebuah bangsa tanpa negara".

Dengan identitas itulah Barca dan Katalunya terus menunjukkan identitas mereka yang istimewa dan perlahan mengeluarkan hawa memberontak.

Tapi pemberontakan ini boleh dikatakan setengah-setengah. Sedari dulu Katalunya memang bergaya ingin merdeka dan mengklaim lebih besar ketimbang Spanyol. Namun tak pernah ada usaha serius untuk memberontak, atau katakanlah melakukan perang demi mewujudkan kemerdekaannya sendiri.

Patut diingat bahwa sebagai kota perdagangan dan industri, selain memiliki buruh, Katalunya juga jadi gudangnya orang kaya yang borjuis. Meski ideologi sosialisme dan anarkisme tumbuh subur disana, Katalunya-pun adalah rumah bersahabat bagi kapitalis yang mengenggam Spanyol.

Pilihan Raja

Meski hanya setengah-setengah, aura permusuhan dari publik Katalunya tetap sampai pada Kastillia yang menguasai Spanyol. Ditambah lagi saat itu mulai muncul gelagat pemberontakan dari anti monarki. Di bawah kekuasaan Raja Alfonso XIII, para Kastillia juga mencari cara untuk mengatasi para kelompok anti monarki, terutama Katalunya dengan Barcelonanya.

Mereka mencoba membentuk klub tandingan di Barcelona pada 1900. Klub ini dinamakan Espanyol dengan nama yang diambil dari kata Espana dan Spanyol, demi alasan nasionalisme. Belakangan klub ini malah terlihat jadi blunder. Espanyol yang mewakili Spanyol malah lebih kecil ketimbang Barca yang hanya mewakili Katalunya. 

Tak hanya di Barcelona, kerajaan Kastillia juga membentuk klub-klub nasionalis pada beberapa kota. Penggunaan kata Real (Royal, kerajaan), adalah ciri dari klub-klub bentukan mereka.

Di Madrid yang merupakan kota pusat pemerintahan, kerajaan juga berupaya membuat klub besar untuk menandingi Barcelona. Namun di sana sudah terlanjur berdiri Madrid Football Club yang didirikan Juan Padros pada 1902. Klub ini adalah hasil usaha Padros dalam menyatukan kembali New Foot-Ball de Madrid dan Club Espanol de Madrid yang terpecah dari induknya, Football Club Sky (berdiri 1897).

Tak perlu berepot-repot lagi mendirikan klub lagi, kerajaan kemudian memilih Madrid FC untuk jadi wakilnya. Tim ini pun diberi subsidi dari kerajaan.

Selain letaknya di Madrid, Raja Alfonso, memilih klub ini juga karena prestasinya. Salah satunya dengan menjuarai Piala Spanyol 1905. Lebih-lebih mayoritas pemainnya bermain untuk tim nasional kerajaan yang menggunakan nama Royal Spanish Football Federation.

Raja Alfonso pun lalu memberikan tambahan kata Real (Royal) pada Madrid FC, sehingga namanya berubah menjadi Real Madrid club de Futball pada 1920.

Sempat Di Atas Angin

Liga pertama di Spanyol pada 1929 kian melecut semangat Katalunya. Saat itu, dari 10 klub peserta, Barcelona dikepung lima klub milik kerajaan. Mereka adalah Real Club Deportivo Espanol, Real Racing Club de Santander, Real Madrid Foot-ball Club Madrid, Real Sociedad de Foot-ball, dan Real Union Club.

Karena semangat yang tinggi, Barcelona kemudian lolos ujian pertamanya ini. Mereka jadi juara dengan keunggulan dua angka dari Madrid pada akhir musim. Publik Katalunya senang dan bangga, sementara Kastillia gigit jari.

Setelah merebut dua gelar juara di kompetisi berikutnya, Madrid sempat terpuruk karena berdirinya negara republik demokratis, Segunda Republica Espanola. Kekuasaan King Alfonso pun jatuh, menyusul anti monarki yang memenangkan pemilihan secara mayoritas.

Sang raja lalu kabur ke luar negeri saat Republik Kedua Spanyol diproklamirkan pada 14 April 1931.

 Pada masa pendudukan Segunda Republica Espanola yang berlangsung hampir delapan tahun ini, Barcelona berada di atas angin. Mereka punya banyak teman senasib untuk benar-benar mewujudkan pemberontakan dan kemerdekaan. Tapi mereka tetap tidak berani menyuarakan kemerdekaan Katalunya sendiri.

Dengan restu raja, Generalissimo Francisco Franco akhirnya mampu mengembalikan kekuasaan kerajaan pada 1939. Kali ini giliran para pemberontak dibumi-hanguskan. Tak terkecuali Barcelona yang selalu mendengungkan superiotas kebangsaan Katalunya.

Perang saudara di Spanyol pun pecah.

Sebagai pendukung Real Madrid, Franco juga mengikuti perkembangan sepakbola secara obsesif. Ia juga tahu bahwa Barcelona adalah alat Katalunya. Menurutnya, kesebelasan Barca adalah deretan keempat yang harus disapu bersih dari Spanyol setelah kelompok komunis, anarkis, dan separatis.

Sebenarnya, Franco bisa saja membunuh semua orang yang berkaitan dengan Barca untuk menyapu bersih segala hal yang berkaitan dengan Katalunya. Namun ia mengurungkan niatnya.

Alih-alih membumi-hanguskan, Franco lebih berkonsentrasi untuk membunuh semangat perlawanan Barca dan sejarahnya. Seperti saat pengeboman Katalunya pada 16-18 Maret 1938. Yang dihancurkan Franco adalah kantor Barcelona tempat menyimpan piala-piala kesebelasan, bukan Nou Camp.

Ia tentu saja bisa meratakan Nou Camp, sebagaimana ia bisa melarang publik Katalunya menggunakan bahasa ibunya sendiri. Tapi opsi ini tidak dilakukannya. Franco malah sengaja membuat Nou Camp sebagai tempat publik Katalunya meneriakkan perlawanan. Prinsipnya sederhana. Daripada Katalunya bergerilya di luar, Franco membuat suara-suara pemberontakan itu hanya bergema di dalam stadion.

Tujuannya jelas, rakyat Katalunya dipaksa hanya menyalurkan kemarahan mereka saat pertandingan berlangsung. Pada tempat yang ditentukan Franco, pada waktu yang disediakan Franco. Perlawanan melalui chant dan bendera khas senyera di dalam stadion, yang merupakan alat pelampiasan amarah penduduk Katalunya, sebenarnya justru alat peredam perlawanan yang paling efektif.

Dengan dibuat puas bersuara di dalam stadion, penduduk Katalunya justru dibungkam perlawanannya.

Franco juga tak membubarkan Barcelona. Ia masih bermurah hati dengan hanya meminta klub tersebut mengganti nama dengan menggunakan bahasa Kastillia, Club de Futbal Barcelona.

Ia juga mengerdilkan sejarah Barca. Pada 1943, dalam semifinal Piala Generalissimo (sekarang Copa Del Rey), ia menebar ancaman hukuman mati kepada Blaugrana. Hasilnya, Real yang menjadi lawan Barca menang fantastis 11-1. Kemenangan yang selalu dijadikan didengungkan Real tentang sejarah.

Pada akhirnya Franco sukses memadamkan pemberontakan di Spanyol. Segunda Republica Espanola, yang mengungsi ke Meksiko, membubarkan diri pada 1976.

Namun Franco tak pernah bisa memadamkan semangat perlawanan pendukung Barcelona pada pemerintah dan alatnya, Real Madrid. Sakit hati kepada Real dan Kastillia tetap abadi hingga kini. Tapi, tetap sebatas pertandingan sepakbola dan di dalam Nou Camp.

Karena sikap yang tak pernah benar-benar mau memberontak itulah, Katalunya paling banter hanya mendapatkan otonomi atau daerah istimewa di Spanyol. Mereka tak pernah benar-benar bebas dan tak pernah benar-benar menuntut. Kemerdekaan dan kebesaran Katalunya hanya ada di dalam stadion.

Persis seperti yang diinginkan Franco.
 

Kisah Waria Pengamen Berjuang Hidupi Istri dan Anak di Ibu Kota


Jarinya lentik dan gemulai memoleskan bedak di kedua pipi. Bibirnya tipis berpoleskan gincu berwarna merah. Bulu matanya melengkung meniru bulu mata 'anti badai' ala artis nasional. Malam itu, Lilis merasa dirinya bak bidadari turun dari kahyangan.

"Bodiku seksi kan ya? Langsing, singset?" kata Lilis saat ditemui di kontrakannya di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (17/3/2014) malam.

Lilis yang bertubuh kurus semampai itu sebenarnya bernama asli Heri Yus. Ya, Lilis adalah waria (wanita-pria) atau bahasa awamnya banci. Lilis pun tak menampik sebutan yang disematkan pada dirinya.

"Aku dari kecil udah di Jakarta dari umur 6 tahun ikut uwa-ku. Dari kecil emang udah kayak perempuan sih, nggak nyangka udah gede kayak gini," kata Lilis yang kenes ketika berbicara.

Kedua orang tua Lilis sudah meninggal sejak dia kecil. Dia yang merupakan bungsu dari 7 bersaudara itu kemudian tinggal bersama neneknya. Sehari-hari, Lilis mencari sesuap nasi dengan mengamen ke kampung-kampung di daerah Ragunan, Cilandak, dan sekitar wilayah Jakarta Selatan.

Namun terkadang, dia dan kawan seprofesinya juga bisa 'menjajah' hingga daerah Pondok Gede, Jakarta Timur. Dia memilih keliling dari kampung ke kampung karena takut dikejar petugas jika mengamen di pinggir jalan.

"Emang sih dapetnya dikit. Tapi takut dikejar tramtib. Paling kalau muter dari kampung ke kampung dapetnya Rp 30 ribu, Rp 50 ribu yang paling gede. Udah itu dicukup-cukupin," ucapnya

Dari pagi hingga sore, Lilis berpeluh-peluh membopong sound system, 'senjata'nya ketika bergoyang untuk mengamen. Ketika matahari telah turun di ufuk barat, Lilis beranjak pulang. Namun sesekali ketika malam telah larut, Lilis beredar lagi di riuhnya Ibu Kota.

"Sehari-harinya ngamen, lagu-lagunya yang masa kini pokoknya. Mau liat aku goyang itik? Terus kalau malem kadang kalau lagi kesepian gitu lah, kalau lagi pengen ya mejeng," kata Lilis agak malu-malu membeberkan 'profesi' sampingannya.

Hal yang mengejutkan, Lilis yang akan berusia 30 tahun bulan Mei mendatang itu memiliki seorang istri dan seorang anak perempuan berusia 3 tahun. Awalnya Lilis berniat menambah teman karena tidak memiliki hasrat dengan perempuan. Namun, akhirnya dia luluh juga dan meminang wanita yang kini jadi istrinya.

"Anakku namanya Meisya. Dia di kampung sama neneknya. Kalau istri tinggalnya misah di Pantai Indah Kapuk, soalnya kan kerjanya jauh-jauhan," kata Lilis yang mengaku asli Purbalingga itu.

Lilis menyadari dirinya yang 'berbeda' dengan kebanyakan orang. Namun, dia juga tidak menyangka istrinya sampai mau dipinang. Bahkan orang tuanya menerima Lilis apa adanya.

"Langsung diterima langsung setuju, adik-adiknya juga. Aku bilang langsung ke orangtua istriku. Maaf ya, aku kerjanya jadi banci, ngamen. Nggak apa-apa, yang penting kerja aja, gitu kata orangtuanya istriku," kisah Lilis.

Kejujuran Lilis membuahkan hasil yang tak pernah disangkanya. Lilis pun tak mau berlarut-larut hidup sebagai waria sebab anaknya sudah pasti akan beranjak dewasa dan mengenal ayahnya

"Kalau anak udah gede, dikit-dikit berubah. Istriku bilang kalau udah gede, jangan gini-gini mulu mas, malu sama anak. Aku juga pengan punya anak lagi," kata Lilis sembari membenarkan gincunya.

Kontrakan Lilis yang seharga Rp 300 ribu tak ubahnya seperti kandang ayam. Posisinya persis di pinggir kali dengan bentuk rumah panggung. Sebab sewaktu-waktu banjir menghadang. Dinding kontrakan yang terbuat dari triplek, terlihat tak begitu kokoh. Meski hidup seadanya dengan 2 rekan sejawatnya, Vina dan Beti, Lilis bahagia.

Kini, prioritas dirinya adalah untuk membahagiakan istri dan anaknya yang telah mempercayainya sebagai pemimpin keluarga. Seorang pemimpin yang bisa dipercaya tentunya memiliki tanggung jawab moral yang diembannya.

"Aku sayang sama anakku. Aku nggak pengen terus-terusan kayak begini. Tapi ya gimana ya susah sih kalau udah dari kecil kayak gini. Kadang ada keinginan untuk berubah," kata Lilis sambil membenarkan posisi payudara sumpelannya.

Senin, 17 Maret 2014

Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau!

Tahukah kamu kalau persoalan kabut asap di Riau itu sudah berjalan selama 17 tahun lamanya atau semenjak tahun 1997 silam dan terus berulang kali terjadi. Namun sepertinya kasus kabut asap pada tahun 2014 ini mencapai titik terparah sampai Riau dianggap sebagai kawasan tak layak huni. Bayangkan saja, jarak pandang bandara yang kurang dari 200 meter membuat bandara Sutan Syarif Kasim II ditutup semenjak Rabu (12/3) - Sabtu (15/3) hari ini.

Dengan index asap beracun yang maksimal 300, Riau bahkan menyentuh 1.200 yang membuat daerah itu benar-benar membahayakan. Seperti apa situasi mencekam yang ada di Riau? Berikut ini pemandangannya dan semoga pemerintah yang terkait bisa bertindak tegas pada pelaku pembakaran hutan yang membuat Riau menjadi kacau.
 

1. 6 Bulan Berselang


Ini adalah kondisi di tempat yang sama dalam dua waktu yang relatif tidak terlalu jauh di Pekanbaru. Foto pertama menampilkan kondisi kota Pekanbaru pada 3 September 2013 yang sangat cerah dengan langit biru dan awan putih. Namun sekitar enam bulan berlalu tepatnya pada 13 Maret 2014, pemandangan itu lenyap. Tak ada lagi langit biru yang cerah karena semua sudah tertutupi oleh kabut asap yang sangat pekat.

2. Pagi Seperti Malam


Normalnya adalah jika pagi hari dan sudah lepas pukul tujuh itu adalah kondisi di mana langit berwarna biru sangat terang dengan sinar matahari hangat yang menerpa bumi. Tapi apa yang terjadi di Riau sana sangatlah berbeda. Saat pukul tujuh ketika semua orang melakukan aktivitas kerja atau sekolah justru kondisi masih gelap dan bahkan butuh lampu kendaraan dinyalakan karena jarak pandang terbatas.
 

3. Kota Penuh Asap


Bisa dibilang ketebalan kabut asap di kota Pekanbaru bisa dibilang sangat parah bahkan pada Kamis (13/3) kemarin sekitar pukul 13.00 membuat asap tebal seakan menutupi ruas-ruas jalan utama Pekanbaru. Menurut data yang ada, sudah sebulan lamanya rakyat Riau harus menghirup udara kotor akibat polusi asap, dampak kebakaran hutan dan lahan. Penderitaan yang seakan enggan pergi ini membuat publik Riau kesal, putus asa dan juga sedih.

 

4. Bandara Tertutup


Seperti yang sudah dibilang, karena jarak pandang yang terbatas di bandara Sultan Syarif Kasim II, membuat penerbangan ditutup. Dengan jarak pandang kurang dari 200 meter memang mustahil bagi pesawat lepas landas atau mendarat di Riau. Lihat saja, kondisinya begitu pekat oleh kabut asap. Karena kabut asap ini pula, maskapai penerbangan harus menelan kerugian mencapai 80 juta rupiah setiap kali mereka gagal terbang. 
 

5. Udara Tak Layak


Bila mengacu pada standar kesehatan internasional, harusnya seluruh warga Riau memang diungsikan. Dengan index asap beracun terparah adalah 300, Riau bahkan sudah menyentuh angka 1.200 yang berarti pemda setempat dan pemerintah pusat harus melakukan tindakan tegas dan secepatnya. Imbas dari kebaran  hutan itu adalah udara mengandung CO2 dan partikel metan yang membuat tingkat oksigen menurun drastis dari batas normal 20,93%.

Jika demikian maka berarti apa yang dihirup oleh warga Riau adalah bukan oksigen lagi namun juga zat beracun. Untuk menanggulanginya pun tak bisa memakai masker tipis biasa namun harus memakai masker ber-standar HEPA

6. Ini Dia Pemicunya?


Menurut pantauan satelit melaporkan ada lebih dari seratus total titik api di sekitar Riau  yang terus membakar lahan dan hutan yang akhirnya menimbulkan kabut asap tebal. Dampaknya pun tak hanya ke Riau namun sampai menyebar ke Selat Malaka. Dilaporkan ada hampir lima puluh ribu warga menderita penyakit ISPA, pneumonia, asma, iritasi mata dan kulit. Jelas bahwa para perambah dan pembakar lahan serta hutan inilah yang menjadi pemicu dari bencana merugikan ini. Jika begini, siapa yang salah? Manusia atau alam? 
 

7. Rindu Langit Biru


Bisa dibilang bahwa kini warga Riau sangat merindukan langit biru yang jernih dengan awan putih dan sinar mentari yang indah. Sepertinya hal yang bisa kamu rasakan setiap hari itu menjadi sesuatu yang sangat mahal bagi warga Riau. Alih-alih melihat langit biru, apa yang mereka lihat sehari-hari di luar rumah saat ini hanyalah kabut asap tebal yang bahkan untuk bernafas saja cukup sulit.

8. Tak Bisa Melihat Jauh


Pada Kamis (13/3) kemarin sepertinya kabut asap di Riau mencapai salah satu titik paling mengerikan. Bahkan jarak pandang di Pekanbaru hanya mencapai 300 meter sampai pukul 12.00 siang. Coba kamu bandingkan, jika di lokasimu saat ini sebelum pukul 12.00 siang kamu pasti sudah bisa melihat apapun. Dengan kondisi kualitas udara di level berbahaya, hujan deras mungkin satu-satunya yang diharapkan warga Riau untuk terjadi segera saat ini.

9. Entah Malam Atau Siang


Tebalnya kabut asap di Riau memang membuat siapapun sulit membedakan sedang siang atau malam dalam foto yang ada. Karena ketebalan asap yang sangat mengganggu pernafasan itu seakan membuat sinar matahari pun malu untuk memberikan sinarnya. Para dokter spesialis paru menyebutkan jika idealnya warga Riau memang harus dievakuasi. Saat ini, dalam ruangan ber-AC saja warga Riau berbahaya apalagi berjalan di tengah kotanya yang terselimuti asap?
 

10. Matahari Tak Tembus


Selain mata yang perih dan sesak nafas dirasakan oleh warga Riau karena kabut asap ini memang sangat merugikan. Fisik tersakiti jelas mental juga merasakan beban yang berat. Dengan jarak pandang pendek dan sinar matahari yang bahkan sulit menembus pekatnya kabut asap, jelas bahwa banyak warga Riau memilih tinggal di dalam rumah.

Menurut laporan merdeka.com, kini Polri terus melakukan penyelidikan soal pembakaran hutan dan lahan di Riau yang sudah mencapai tahap penetapan tersangka hampir 40 orang. Sungguh tangan-tangan tak bertanggung jawab yang membuat puluhan ribu jiwa sulit bertahan hidup. Semoga hukuman sebanding diberikan untuk mereka.

Minggu, 16 Maret 2014

Cantiknya Miss Korea Tahun '70-an, Sebelum Operasi Plastik Populer

Tahun lalu beredar foto yang menampilkan wajah kembar finalis Miss Korea. Teknik Photoshop dan operasi plastik yang populer di Korea membuat para finalis tersebut jadi berwajah mirip satu sama lain. Apakah memang wanita Korea sudah sejak dulu menggandrungi operasi plastik?

Foto-foto peserta Miss Korea tahun '70-an berikut ini membuktikan bahwa dulu para finalis kontes kecantikan masih tampil dengan kecantikan alami mereka. Seperti dikutip Rocket News, di tahun tersebut, teknik Photoshop dan operasi kecantikan belum sepopuler sekarang. Inilah kecantikan alami Miss Korea tahun '70-an.

Miss Korea 1975
Inilah Ji-Hye Seo, Miss Korea 1975. Wanita cantik ini memiliki wajah asli tanpa sayatan pisau operasi. Dengan tinggi 168 cm dan berat 56 kg, ia berhasil keluar sebagai pemenang.

Miss Korea 1972
Dengan tinggi 170 cm dan berat 58 kg, wanita bernama Yeon-Joo Park ini berhasil memenangkan kontes kecantikan Miss Korea pada 1972. Penampilan Park memperlihatkan kecantikan alami wanita Korea.

Parade
Pemenang Miss Korea akan berkeliling kota dengan naik kendaraan terbuka sehingga seluruh masyarakat bisa menyapa dan melihat wajahnya.

Perbedaan
Pada tahun '70-an sampai '80-an, wanita dengan wajah dan tubuh berisi masih mendominasi menjadi peserta dan pemenang Miss Korea. Namun mulai '90-an, wanita dengan wajah dan tubuh langsing, yang dianggap cantik.

Selasa, 11 Maret 2014

Candi Singosari malang

Dalam zaman Indonesia Hindu daerah Malang dan sekitarnya merupakan suatu daerah ramai yang berkasnya masih nampak di mana-mana hingga kini. Banyak sisa bangunan yang didirikan di bawah pengaruh agama yang dianut waktu itu seperti Hindu, Budha maupun campuran anasir Budha dan Siwa.

Di antara sisa-sisa peninggalan itu terdapat bangunan tempat pemujaan raja atau leluhur raja yang umumnya kita kenal sebagai candi. Salah satunya adalah Candi Singosari di daerah Malang, Jawa Timur, di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari; dari Singosari setelah melewati pasar membelok ke kiri, kira-kira 300 meter kemudian di sebelah kanan, terdapat Candi Singosari. Tidak jauh dari sana di alun-alun terdapat dua arca penjaga besar. Banyak lagi arca dan bangunan candi yang ditempatkan di pinggir lapangan percandian. Semuanya itu merupakan sisa dari kelompok bangunan suci yang dahulu pernah meliputi suatu daerah yang luas di sebelah barat daya candi.

Deskripsi Bangunan
Candi Singosari adalah bangunan berbentuk bujur sangkar terbuat dari batu. Bangunan ini menghadap ke arah barat. Seluruh candi terdiri dari tingkat bawah atau batur setinggi 2 meter, kaki yang tinggi, tubuh yang ramping, dan atap yang berbentuk limas.

Kaki
Pada kaki candi terdapat bilik berisi sebuah yoni (lambang kewanitaan) yang biasanya terdapat dalam tubuh candi. Ini merupakan keistimewaan karena umumnya kaki candi memiliki ruangan.

Bilik-bilik lain yang dapat kita masuki melalui selasar keliling pada batur dan dahulu berisi arca Durga (utara), Ganesa (timur) dan Siwa Guru (selatan). Kecuali arca Guru, arca-arca lain sudah tidak ada di tempatnya. Di bilik tengah ini juga merupakan keistimewaannya, terdapat suatu saluran di bawah lantai bilik. Mungkin dahulu dipergunakan untuk mengalirkan air pembasuh linggayoni ke suatu pancuran (sekarang sudah tidak ada, tetapi bekasnya masih terlihat jelas).

Di atas bilik candi, maupun di atas relung terdapat hiasan kepala Kala. Dalam pada itu di sisi kiri kanan bangunan penampil yang ada di depan (barat) terdapat relung tempat arca Nandiswara dan mahakala.

Tubuh
Tubuh candi tidak memiliki bilik karena bilik candi terdapat di dalam kaki candi. Di bagian luar tubuh candi dibuat relung-relung tidak dalam yang semuanya kosong. Relung-relung tidak kelihatan karena tertutup oleh puncak-puncak keempat penampilannya. Apakah relung-relung itu dahulunya arca, tidak diketahui dengan jelas.

Atap
Bagian atap candi hanya sebagian saja yang tinggal. Berlawanan dengan bagian yang lain maka pada bagian atap ini telah selesai di pahat dengan hiasan yang halus, sedangkan bagian bawah masih polos. Ini menunjukkan kemungkinan cara menghias candi dimulai dari bagian atas. Kenyataan seperti ini sering kita jumpai pula pada candi-candi lain, misalnya Candi Sawentar di dekat Blitar.

Candi Singosari tidak berdiri sendiri. Di sekeliling halaman candi masih ditemukan banyak arca. Ditinjau dari jumlah dan sifat arca yang terdapat di situ, dapat disimpulkan mungkin dahulu terdapat sekurang-kurangnya lima bangunan suci, yang sebagian bersifat Siwa dan sebagian lagi Budha. Selain itu dari lapangan percandian ditemukan suatu prasasti berangka tahun 1351 M yang menyebutkan pendirian suatu bangunan suci untuk para penderita Siwa dan Budha yang meninggal bersama Kertanegara. Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa Candi Singosari bersifat campuran Siwa-Budha. Ini tidak mengherankan mengingat agama yang dianut oleh Kertanegara merupakan campuran Siwa dan Budha, bercorak Tantra. Brangkali bangunan itu antara lain memuat arca Brahma dan beberapa arca kecil yang terdapat pada lapangan percandian.

Tidak jauh ke barat, di alun-alun, terdapat dua arca penjaga sangat besar. Arca-arca raksasa itu tidak dapat dipindahkan karena berat sekali dan tentunya berdiri di situ masih pada tempatnya yang asli, sebagai menjaga jalan masuk ke percandian yang sangat luas di belakangnya. Tingginya 3,70 m dan satu di antaranya terpendam sampai ke pusatnya. Arca-arca ini mempunyai tali ular melilit pada bahannya; sedangkan kepalanya dihiasi dengan jamang ular dengan sejumlah tengkorak.

Latar Belakang Sejarah
Perkembangan Candi Singosari dapat dihubungkan dengan raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari. Bangunan ini kemungkinan didirikan bersamaan dengan waktu diadakan upacara sraddha (upacara untuk memperingati 12 tahun sesudah raja wafat) atau tahun 1304 M, masa pemerintahan Raden Wijaya, raja Majapahit I.

Kakawin Nagarakertagama karangan Prapanca, pupuh XLII-XLIII, menyebutkan bahwa Raja Kertanegara adalah seorang raja yang tiada bandingnya di antara raja-raja di masa lampau. Ia menguasai segala macam ilmu pengetahuan seperti Sadguna (ilmu ketatanegaraan) Tatwopadeso (ilmu tentang hakikat), patuh pada hukum, teguh dalam menjalankan ketentuan-ketentuan agama yang berhubungan dengan pemujaan Jina (apageh ing jinabrata), tekun berusaha dalam menjalankan prayogakrya (ritus-ritus tantra). Disebutkan pula bahwa sang raja jauh dari tingkah alpa dan congkak, tawakal dan bijak, menganut agama Budha.

Kertanegara adalah raja terakhir. Kerajaan Singosari yang memerintah tahun 1268-1292 M. Ia adalah anak Wisnuwardhana. Sejak tahun 1254 M sudah dinobatkan sebagai Yuwaraja (Raja muda). Biasanya raja muda ini sebelum menggantikan raja yang berkuasa penuh diberi kedudukan sebagai raja di suatu daerah/wilayah. Pada masa pemerintahannya dianggap telah menghina Kaisar Mongol Kubhilai Khan karena selain tidak mau tunduk, ia telah melukasi muka utusannya yaitu Meng-chi, sehingga Khubilai Khan memutuskan menggempur Jawa sebagai hukuman atas tindakan Kertanegara tersebut. Penyerangan ini dilakukan tahun 1292 M dipimpin oleh tiga panglima perang yaitu Shih-Pi, Iheh-Mi-Shih dan Kau Hsing.

Sementara itu di dalam negeri sendiri Kertanegara menghadapi pemberontakan yang dipimpin Jayakatwang, raja bawahan Kertanegara. Kertanegara gugur dan dicandikan di Singosari.

Pemugaran
Pada 1934 keadaan Candi Singosari sangat rusak, sehingga Pemerintah Hindia Belanda melakukan usaha untuk menyelamatkannya dengan membongkar sampai kepada baturnya, kemudian membangun kembali selapis demi selapis. Pembangunan kembali seluruhnya tidak memungkinkan, karena banyak bahan asli yang hilang, terutama dari puncak-puncak bilik samping. Candi dibangun kembali sampai kepada atap tingkat dua dan itu pun tidak lengkap. Pekerjaan pembangunan kembali selesai tahun 1936.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Singosari memegang peranan penting di masa lalu, maka peninggalan-peninggalannya yang tersisa patutlah dilestarikan sebagai benda cagar budaya seperti diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang antara lain berbunyi: Upaya melestarikan benda cagar budaya dilaksanakan selain untuk memupuk rasa kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jatidiri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila, juga untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional.