Kamis, 17 Maret 2011

Semar, Sang Wakil Dewa di Bumi



Ada beberapa versi naskah yang menceritakan tentang asal-usul Semar. Semua naskah tersebut menyatakan Semar sebagai pengejawantahan (penjelmaan) dari dewa. Beberapa naskah yang mengisahkan tentang asal-usul Semar antara lain naskah Serat Kanda, naskah Paramayoga, naskah Purwakanda, dan naskah Purwacarita.

Karakter Semar

Secara terminologi Bahasa Jawa, kata Semar berasal dari kata Haseming Samar-Samar (penggambaran dari kehidupan Sang Penuntun). Semar digambarkan sebagai seorang laki-laki namun memiliki payudara layaknya perempuan. Tangan kanan Semar menunjuk ke atas (simbol Sang Maha Tunggal) dan tangan kiri menunjuk ke belakang (simbol dari berserah diri secara total sekaligus keilmuannya yang netral namun simpatik).

Semar memiliki rambut kuncung sebagai penggambaran Akuning Sang Kuncung (sebagai kepribadian pelayan). Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah Tuhan. Semar berjalan menghadap ke atas dan merupakan teladan agar semua manusia harus selalu memandang ke atas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat. Kain Semar disebut Parangkusumorojo, perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar ia mampu memayuhayuning bawono (menciptakan keadilan dan kebenaran di bumi).

Sosok Semar merupakan sosok dewa yang hidup di dunia sebagai abdi. Oleh karena itu, keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Sebagai Lurah Karang Dempel (Karang artinya Gersang dan Dempel artinya Keteguhan Jiwa), sosok Semar selalu digambarkan selalu tersenyum dan bermata sembab (penggambaran suka dan duka).

Peran Semar

Semar memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai kisah pewayangan. Sebagai penasehat para ksatria, Semar berada dalam posisi yang sangat strategis untuk memberikan masukan bagi para penentu kebijakan. Tidak hanya sampai disitu, Semar juga sebagai berfungsi sebagai guru spiritual yang bertugas mendidik para ksatria untuk selalu berada di jalan kebenaran dan menjaga kestabilan negara dari kebatilan para raksasa.

Semar adalah seorang ayah dari Gareng, Petruk, dan Bagong (versi pewayangan Jawa) ataupun Cepot, Dawala, dan Gareng (versi pewayangan Sunda). Ia sosok ayah yang bertanggung jawab serta mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik, berkepribadian mulia serta memiliki dedikasi tinggi pada negara dan bangsanya. Sebuah contoh kesuksesan mendidik keluarga sekaligus mendidik bangsa secara bersamaan.

Semar dan Kehidupan Bernegara

Di semua kisah pewayangan, selalu dapat dipastikan, para ksatria dibawah asuhan Semar selalu mampu mengalahkan para raksasa asuhan Togog, penjelmaan dari Bathara Antaga. Ini sebuah simbol kebaikan yang selalu mampu mengalahkan kejahatan dan menunjukkan pentingnya sosok Semar sebagai jembatan penghubung antara penguasa dan rakyatnya dalam mewujudkan sebuah negara yang adil, makmur, dan sejahtera.

Sosok Semar adalah perwakilan sifat baik dari Tuhan yang mewakili kehendak rakyat. Ia sendiri tidak mempunyai hasrat untuk menjadi penguasa ataupun keinginan untuk memperkaya diri. Sosok spiritualis yang merasa cukup dan selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, bersahaja, dan menjadi tempat bertanya serta meminta fatwa bagi siapapun. Dialah guru bangsa sejati yang selalu ada dikala diperlukan, dan tidak terikat dalam golongan manapun. Ibarat oksigen, ia tidak berbau dan tidak pula berwarna namun setiap mahluk tidak dapat hidup tanpanya.

Apa jadinya jika tidak ada Semar dalam sebuah negara? Negara akan menjadi tidak terkendali karena baik penguasa maupun rakyatnya akan saling mementingkan diri ataupun golongannya sendiri. Penguasa akan mengeluarkan kebijakan yang memberatkan dan merugikan rakyatnya. Rakyat yang telah terintimidasi akan berbuat liar seperti tidak berpendidikan, kekerasan dan pertikaian merajalela, saling hujat dan saling tuduh antar manusia, kelumrahan untuk berkorupsi, jual beli hukum dan keadilan, kemaksiatan yang diakulturasikan dengan kebudayaan, langkanya kepedulian, dan sulitnya hidup secara nyaman maupun sejahtera.

Senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, sosok Semar ini mutlak ada di manapun dan kapanpun. Dialah penghibur dikala sedih, solusi dari berbagai masalah, dan suara dari rakyat jelata. Suara dan kepribadiannya baik serta tulus dalam berbuat karena dialah wakil Tuhan bagi seluruh manusia.

Lantas dimanakah Semar bangsa Indonesia berada?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar