Rabu, 18 Mei 2011

Sabar tak semudah membalikkan telapak tangan


KETIKA sepi tak bisa diusir, tak mudah melakukan apapun. Telinga bagai jauh dari pendengaran. Mata meski memandang jauh tapi tak melihat sesuatu. Bebunyian di luar adalah suara cangkrik dan serangga liar lain yang lagi riang.

Kadang kala saya jadi sedikit cengeng, Padahal sudah begitu banyak teman dan sahabat yang memberi semangat. “Hidup harus terus dijalani,” begitu motivasi para sahabat bertubi-tubi memberi peringatan. Ya, hidup memang wajib terus dilanjutkan.

Sesungguhnya saya sudah mencoba dan terus berusaha untuk pulih. Ketika dulu ujian itu belum dirasa, sepertinya saya akan mampu menerima cobaan seperti apapun dari-Nya. Saya selalu mengingatkan orang-orang yang berada di depan saya ketika saya memberi nasehat, “Bersabarlah. Hidup- mati, jodoh dan peruntungan datangnya dari Tuhan,” begitu mudah menjelaskan kepada pendengar atau kepada orang-orang yang berada di sekitar kita. Konsep itu memang seperti itu.

Tapi ketika ujian itu benar-benar diberikan-Nya kepada saya, sungguh saya rupanya tidak mudah menerimanya. Saya seperti tak yakin bahwa itu benar-benar terjadi pada diri saya. Saya seperti ingin menyesal mengapa itu terjadi pada saya. Saya serasa ingin terus menangis dan sedih. Serasa setiap yang bersuara adalah menusuk rasa duka saya. Setiap yang diam bagai mengiris rasa pilu saya. Sintimental menjadi naik beribu lipat.

saya harus bisa membuktikan kalau kata sabar bukan hanya untuk diucapkan tapi adalah untuk dipraktekkan. Saya sadar kalau sabar ternyata memang tidak semudah bicara. Enteng mengatakan tapi berat melaksanakan. Namun harus juga dilewati. Semoga rangkaian kata ini menjadi salah satu usaha bahwa sabar yang sesulit apapun tetap harus diwujudkan.

sumber : inspirasi sahabat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar