Selasa, 22 Mei 2012

Tak Akan Ada Makam di 'Piramid' Gunung Padang

Situs megalitik Gunung Padang menjadi kontroversi sejak mencuat kabar adanya piramid yang berada di lapisan bawah punden berundak berteras 5 di Gunung Padang. Namun, seorang arkeolog sekaligus ahli Efigrafi membantah bila di bawah lapisan tanah Gunung Padang terdapat piramid laiknya sebuah makam Firaun di peradaban Mesir Kuno.

"Silakan digali, tidak ada itu namanya piramid seperti di Mesir," kata Arkeolog Dr. Hasan Djafar, saat berkunjung ke Situs Megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jabar, Selasa (22/5).

Hasan yang pernah mengajar di Universitas Indonesia (UI) ini juga pernah melakukan penelitian di sejumlah situs kepurbakalaan.

Baginya, walau dirinya belum pernah meneliti secara langsung situs tersebut. Informasi mengenai keberadaan situs yang pertama kali ditemukan NJ Krom, WN Belanda, tahun 1914 itu didapatkan dari pertukaran informasi antar arkeolog Indonesia.

Hasan sendiri pernah menggeluti temuan situs komplek candi Budha di Karawang yang ternyata dibangun 200 tahun terlebih dulu daripada Candi Borobudur, yaitu abad ke 600 SM.

Menurut Hasan, peradaban purbakala di nusantara tidak semaju di Mesir saat piramida berdiri tegak dan telah mengenal teks sebagai medium komunikasi.

"Kalaupun ada piramid, bukan artinya piramid budaya mesir yang mengenal teks. Ini (situs Gunung Padang) adalah punden berundak yang dibangun tinggi, tidak ada ruang kosong atau makam seperti di Mesir," katanya.

Punden berundak jaman megalitik sengaja dibangun tinggi oleh kehidupan purbakala. Karena saat itu peradaban mengenal konsep reliji menyembah alam yang diyakini memiliki kekuatan bernyawa, seperti angin, matahari, gunung, dan lautan.

"Lantas, mengapa harus tinggi?"

"Karena mereka menganggap dewa-dewa berada di tempat tinggi," katanya.

Senada dengan muridnya, Ali Akbar, Hasan tidak menampik bila konsep reliji masyarakat dahulu, khususnya yang hidup di zaman pra sejarah, menggunakan Gunung Padang sebagai medium untuk memuja Gunung Gede.

"Bisa dilihat dari arah beberapa ruangan yang ada dan artefak yang bersisa seperti kursi batu yang menghadap ke Gunung Gede, atau pendaringan (peristirahatan) yang menghadap posisi sama," ujar Doktor yang saat ini mengabdi di Universitas Indraprasta untuk program studi Pendidikan Sejarah.

sumber: detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar