Minggu, 05 Februari 2012

Sekaten dan Grebeg Maulud, Warisan Abadi dari Solo


 
Slogan Solo, 'The Spirit Of Java' membuat kota ini penuh nuansa tradisi. Salah satunya adalah Sekaten dan Grebeg Maulud yang diadakan tiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ini acara yang dinanti masyarakat Solo tiap tahun.



Maulid adalah kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam ajaran Islam. Banyak tiap daerah di Indonesia yang merayakan perayaan ini. Solo juga menggelar perayaan Maulid Nabi dengan meriah dan khidmat. Ada dua acara penting dan besar, yaitu Sekaten dan Grebeg Maulud. Dua acara besar yang mengundang banyak wisataan untuk melihatnya dari dekat.

Sekaten adalah upacara perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini berlangsung selama 7 hari, yang di tahun ini jatuh pada tanggal 30 Januari-5 Februari 2012. Sekaten merupakan tradisi peninggalan dari Kerajaan Demak. Konon, nama Sekaten berasal dari bahasa Arab, yaitu syahadatain. Ternyata, upacara Sekaten sangat erat dengan sejarah penyebaran agama Islam di Solo.



Selain itu, terdapat pasar malam dalam perayaan Sekaten. Pasar malam berlangsung selama perayaan Sekaten, bahkan berminggu-minggu sebelumnya. Pasar malam tersebut berada di alun-alun utara Solo. Di dalam pasar malam, ada banyak jenis permainan seperti, komedi putar, odong-odong, dan masih banyak lagi. Serta banyak penjual makanan yang menjajakan kuliner-kuliner khas Solo.

Puncak acara sekaten adalah saat Grebeg Maulud. Grebeg Maulud bertepatan pada tanggal 5 Februari besok atau tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Islam. Dalam Grebeg Maulud terdapat gunungan, yaitu acara puncak dari rangkaian upacara perayaan Maulid Nabi. Gunungan berisi hasil-hasil bumi berupa kacang-kacangan, buah, berbagai macam sayuran dan masih banyak lagi yang disusun melingkar. Hasil-hasil bumi di gununggan adalah hasil-hasil bumi yang terbaik di Solo.



Grebeg Maulud ditandai dengan dikeluarkannya gunungan makanan dari dalam kompleks kraton dan dibawa menuju Masjid Agung Kraton. Gunungan tersebut akan direbutkan oleh masyarakat Solo. Setiap orang akan bersaing sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan hasil-hasil bumi yang berada di dalam gunungan. Bukan hanyak karena kualitas hasil buminya, namun gunungan dipercaya juga menyimpan banyak rezeki dan berkah. Sebelum diperebutkan, gunungan di doakan dulu di dalam keraton agar menjadi berkah bagi masyarakat Solo.

Sebagai warisan dan adat turun menurun, tradisi seperti ini harus terus dijaga dan dilestarikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar