Minggu, 13 Mei 2012

Irshad Manji (Pantas) Ditolak

Beberapa waktu lalu, terdengar santer di beberapa media tentang penolakan terhadap aktivis yang mengaku reformis Islam bernama Irshad Manji. Irshad datang ke Indonesia untuk melakukan diskusi terhadap bukunya “Allah, Liberty, dan Cinta”. Penolakan pertama terjadi di kantor Salihara, Jakarta. Rencana diskusi di Yogyakarta pun batal karena mendapat penolakan dari aktivis di sana. Sementara itu, sepertinya diskusi yang dilakukan Irshad di Solo, di sebuah hotel, tidak “tercium” gelagatnya sehingga sukses digelar.

Sebenarnya, siapakah Irshad Manji sehingga seperti musuh bersama? Dikutip dari blog pribadinya, Irshad adalah seorang wanita yang mengaku muslimah dari Kanada dengan aktivitas ingin membuat reformasi dalam Islam. Dia seperti ingin menggugat pakem Islam yang sudah ada, menjadi gaya Islam yang lebih liberal. Dia menilai, budaya yang muncul dari Islam mesti direformasi.

Dia berani untuk melakukan liberalisasi Islam karena diperbolehkannya manusia untuk berijtihad. Atas dasar inilah kemudian Irshad mendirikan Project Ijthad. Dalam proyek ini, Irshad berusaha  mengampanyekan untuk memperbarui  Islam dengan “gaya baru yang lebih kreatif”. Contoh agendanya adalah memperbolehkan perkawinan antar-agama dan menyuarakan pluralistik yang terlalu bebas.

Irshad juga mengampanyekan tentang diperbolehkannya aktivitas gay dan lesbian. Lewat program acara di Queer Television (QT), Kanada,  Irshad banyak melakukan eksplorasi kehidupan gay dan lesbian. Sontak langkah Irshad ini mendapat pujian dari pelaku homoseksual dan lesbian yang banyak terdapat di sana. QT pun pun mendapat penghargaan atas usahanya ini.

Bagi masyarakat Indonesia, agenda Irshad ini jelas mendapat penolakan. Hanya aktivis tertentu, seperti Jaringan Islam Liberal (JIL) dan komunitas lebian serta gay, yang bisa dengan mudah menerimanya. Masyarakat Indonesia yang mayoritas masih memegang Islam sesuai dengan ajaran Nabinya tidak bisa menerima kebebasan berpikir ala Irshad yang terlalu liberal.

Dalam bukunya “Allah, Liberty, dan Cinta”, Irshad menganggap tidak perlu adanya ketakutan tentang Tuhan, sebab “Tuhan itu Cinta”. Implikasinya, aturan dalam Islam yang tidak menyenangkan hati juga kena imbasnya untuk tidak perlu digubris. Yang dilaksanakan adalah aturan yang sesuai dengan kesenangan dan cinta. Dan, homoseksual dan lesbian itu sah-sah saja baginya.

Masalahnya, doktrin Irshad memang tidak ada sumbernya. Dia berpikir atas rasionalitasnya sendiri. Inilah menjadi polemik besar di negara ini saat ada pihak berusaha menodai agama. Apalagi, Irshad begitu pro terhadap homoseksual dan lesbian yang tidak diterima di negara ini. Kecemburuan terhadap Islam membuat sebagian pemeluknya memutuskan untuk membubarkan diskusi Irshad. Jadi, jangan heran kalau Irshad dan pemikirannya (harus) ditolak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar