Minggu, 10 Juni 2012

Bisnis cuci pakaian pertama di Mogadishu

Dry Cleaning 

Jaminan keamanan, biasanya menjadi salah satu syarat utama seorang pebisnis membuka usahanya di sebuah daerah atau negara.

Namun, agaknya syarat ini diabaikan oleh seorang pengusaha Mohamed Mahamoud Sheik yang justru membuka usaha pencucian pakaian di salah satu kota paling berbahaya di dunia, Mogadishu.

Keputusan ini diambil Mohamed, kala pulang ke ibukota Somalia itu setelah merantau bertahun-tahun di luar negeri.

Kepada BBC, Mohamed mengatakan dalam 10 bulan terakhir ini kondisi keamanan Mogadishu berangsur-angsur membaik, sejak kelompok militan Al-Shabab dipukul mundur pasukan Uni Afrika dan pemerintah Somalia.

Selain itu, Mohamed melihat peluang bisnis mencuci pakaian sangat terbuka. Karena banyak warga Somalia harus mencuci pakaiannya hingga ke Kenya.

"Ayah saya dan para pejabat pemerintahan harus membawa pakaian mereka ke Kenya hanya untuk dicuci," kata Mohamed.

"Mereka kadang mengantar sendiri pakaiannya atau menitipkan pakaian itu kepada teman yang akan bepergian ke Nairobi. Semua orang, mulai dari Presiden hingga rakyat biasa sangat menderita," tambah Mohamed.

Tanpa pengalaman

Mohamed yang memiliki gelar bisnis dari sebuah universitas di Malaysia sempat bekerja di Bandara Dubai sebelum mendapatkan ide bisnisnya ini.

Tanpa pengalaman sedikitpun dalam dunia bisnis cuci mencuci, dia harus magang di perusahaan layanan pencucian pakaian milik temannya.

"Membangun layanan pencucian dry cleaning di Mogadishu sangat sulit. Peralatan sangat mahal dan saya harus memesan semuanya dari Dubai, Amerika Serikat dan Italia," kata Mohamed.

Tak hanya sulit saat memulai, mencari lokasi yang strategispun menjadi sangat sulit di Mogadishu.

"Karena kota ini mulai membaik, kini semua orang mencari tempat untuk membuka bisnis. Mencari lokasi toko sangat sulit belakangan di Mogadishu karena banyaknya pesaing," tambah Mohamed.

Setelah mendapatkan lokasi, Mohamed melakukan uji lapangan sebelum membuka bisnisnya pada Jumat (8/6) lalu yang bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-24.

Dia mengatakan warga Mogadishu tak mempercayai saat mereka melihat papan nama tokonya yang tertulis Somali Premium Laundry.

"Saat mereka melihat tanda itu, mereka bertanya Wow ini benar-benar jasa pencucian? Kapan akan dibuka?" papar Mohamed.

Tantangan besar

Usaha cuci pakaian di Mogadishu bisa dibuka karena kota itu kian aman ditinggali.

Mohamed Sheik paham betul bahwa dia akan menghadapi tantangan besar dalam menjalankan bisnisnya di tengah negara yang lama dijerat peperangan itu.

"Sangat sulit mencari orang di Mogadishu yang memahami bisnis dry cleaning. Saya menemukan satu orang yang pernah bekerja di dry cleaner di Mogadishu lebih dari 20 tahun lalu. Namun peralatan yang digunakannya sama sekali berbeda," tambah dia

Namun, setidaknya dengan kedamaian yang mulai terbentuk membuka bisnis di Mogadishu bukanlah sebuah mimpi.

Bahkan pemerintah menyediakan pasokan air bersih dan listrik yang cukup bagi berbagai bisnis swasta yang mulai menghidupkan kota itu.

Mohamed berharap usahanya akan menuai keberhasilan dan dia berjanji sebagian keuntungan usahanya akan diberikan untuk sekolah bagi anak-anak tuna rungu di kota itu.

"Saat ini di Mogadishu, Anda bisa berjalan-jalan kemanapun dan kapanpun. Anda merasa sangat aman. Bunyi ledakan dan pertempuran sudah berhenti," tuturnya.

"Saya merasa sedikit kesepian di Dubai dan saya selalu mengkhawatirkan keluarga saya di Mogadishu. Sekarang saya bisa mencari nafkah di sini, di tengah keluarga dan bangsa saya," ujar Mohamed bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar